Selasa, 07 Oktober 2014

Musuh Dalam Selimut 3

FITNAH : ORANG YANG MAKAN NANGKA SAYA YANG KENA GETAH.
      Di picu oleh sebuah SMS gelap beberapa karakter, jika orang membaca dan mendengar nya mengarah ke pribadi Muhammad surur murid Ust Luqman Ba’abduh. Ketika Ahmad Farid membacakan sms gelap tersebut, di depan saya, saya langsung memberhentikannya. Pengirim sms tertulis tungkal, sehingga saya tidak tahu isi semuanya. Saya mengingkari per buatan  tersebut. Mulailah  Yuda memfitnah, berdusta dan namimah, mengatakan bahwa Rano Abu Zufar yang menulis atas perintah saya, padahal Rano sudah mengingkari. Muhammad Surur pun terpancing dusta namimah( adu domba ) Yuda,  mulai pula merobek kehormatan saya, dan juga orang yang percaya dengan Yuda dan Muhammad Surur ikut merobek kehormatan saya, sehingga fitnah terus beanak pinak. Ahmad Farid sebagai tabiat aslinya suka dengan gosip dan namimahpun ikut serta memanas- memanasi Muh surur. Mereka berdua ( muhammad surur, yuda )seiya dan sekata menempel dan berdampingan bersanding indah melakukan fitnah terhadap saya, sudah ada persamaan batin dan watak mempersatukan mereka. Saya mengingkari perbuatan tersebut selesai ta’lim di WKS tebing tinggi. Walaupun saya dan Rano sudah mengingkari tetap saja Yuda dan Muhammad surur memfitnah saya dengan kilah dalih tidak mungkin Ust muhammad ja’far dan Rano mau mengaku. Bahkan Ahmad Farid ikut serta memanasi muhammad surur, menjadi pengadu domba kesana kemari. Dan sayapun tidak heran dengan lisan Ahmad Farid sejak tahun pertama bahkan sekarang di barisan Salim.Suatu ketika Solihin Purwodadi berkata kepada saya “ saya sudah ke WKS Tebing tinggi ustadz, saya sudah tahu pelakunya, dia sakit hati dengan akhlaq Surur tapi Ustadz yang kena korban”. Saya tidak ada memaksa Sholihin untuk membuka siapa pembuat SMS sebenar nya, biarlah aib pelakunya tertutup bagi saya selama- selamanya. Fitnah Yuda Muhammad Surur ini terus berbuntut panjang sekali. Ada seorang perempuan fulanah sangat mempercayai dusta namimah Yuda lalu merobek kehormatan saya di daerah  MA Bungo ( masih di pulau Sumatra ), lalu jama’ah berkumpul berinisiatif moyoritas mengusulkan untuk mengusirnya, ada yang menahan dengan alasan dia di butuh kan ngajar anak- anak. Lalu penanggung jawab ta’lim di daerah ( si fulan ) tersebut menelpon saya tentang perbuatan fulanah....begini......... begitu...., lalu mereka berunding moyoritas mengusulkan untuk mengusirnya, lalu si fulan minta tanggapan saya. Satu sisi saya terharu, orang luar Jambi kota cepat tanggap membela kehormatan saya sementara yang di Jambi kota tenang- tenang saja, akan tetapi saya menyarankan jangan di usir...... biarkan ia berbuat sesuka hatinya, nanti jika ia sudah puas, ia akan mencaci maki dan namimah sesama kalian. Beberapa waktu kemudian si fulan ini telpon  membenarkan ucapan saya, “Sekarang si fulanah sudah namimah antara jama’ah sudah terjadi perselisihan di antara jama’ah bahkan sampai berani adu domba saya dengan lainnya”, setelah berunding moyoritas jama’ah me ngusulkan agar ia di usir dari daerah tersebut, belum sempat di sampaikan kesepakatan kepa danya, fulanah sudah pergi duluan dari daerah tersebut. Beberapa bulan kemudian Ust Zuheir Syarif Bengkulu datang ke jambi menasehati Muhammad surur dan menyarankannya kembali belajar. Kembali ke pada lisan pendusta, provokator, namimah busuk prasangka menyengat berulat Yuda, terus memfitnah namimah di antaranya:
1.    Adu domba langsung dengan Ust Dzulakmal Riau. Di awali dengan kejadian Ust Dzulakmal mentahzir  Zubeir Perawang Riau karena beberapa masalah. Suatu ketika sedang ta’lim ahad pagi di Jambi, beliau datang duduk ta’lim, selesai ta’lim saya menyapanya karena sudah kenal baik, ketika saya di Pekan Baru, dan saya undang Zubeir ke rumah saya dan saya tunggu. Kemudian saya melayani pertanyaan sebagian ikhwan. Dan saya melihat Yuda mendatangi dan  berbincang dengan Zubeir.Saya lama menunggunya sehingga sempat menelpon, ternyata masih berbincang dengan Yuda. Di rumah saya, makan siang bersama berbincang sebentar kemudian pamit safar ke Pekan Baru, sempat Zubeir cerita “ bahwa Yuda ingin memasukkan anaknya ke SDIT Yayasan Imam Bukhori Jambi ( Ust Abu Salma lc ), lalu saya menasehati jangan, rintis saja sama ustdz, jika tidak mulai kapan lagi..dst. Beberapa hari kemudian Ust.Dzulakmal telpon saya dengan gaya khasnya ngamuk- ngamuk, kenapa menerima Zubeir, ia harus di usir karena begini....begitu... saya bertanya” siapa yang memberitahu Ustadz ? Ust Dzulakmal jawab” Yuda yang telpon saya.
2.    Adu domba tidak langsung dengan Ust Dzulakmal. Yuda menelpon Ustman pariaman, ternyata ust Dzulakmal disampingnya, lalu beliau bertanya tentang pembicaraan tersebut, dan Ustman menjawab. Beberapa waktu kemudian Ust. Dzulakmal menelpon saya, lalu dengan gaya khasnya ngamuk- ngamuk. Saya bertanya “ siapa yang memberitahu Ustadz? Beliau menjawab “Yuda.” Padahal faktanya dari Ustman dari Yuda.
3.    Adu domba dengan Ust Bukhori Prabu mulih SUMSEL, info dari Marwan sendiri yang cerita pada saya dan pengakuan dari Yuda telah menelpon Ust Bukhori begini....begitu....
4.    Adu domba dengan Abu Roziq Jakarta ( asli padang ), beliau mengaku pada saya menasehati Yuda
5.    Pengakuan Salim Boyalali sendiri di telpon Yuda sa’at masih di Jawa via telpon
6.    Adapun Abu Fatimah Padang Kota hanya menyebutkan info ikhwan Jambi kota tanpa menyebut nama, adapun isi sama dengan lisan yuda di Jambi.
7.    Adu domba dengan Ust. Luqman Ba’abduh, ketika beliau dan Ust Qomar Su’aidi mengada kan dauroh di kota Jambi sekitar 4 tahun lalu. Muhammad Surur dan Yuda sudah mengadu ke beliau, saya sudah menyanggupi ketika beliau ( Ust Luqman ) ngajak berbicara tertutup, ternyata tidak jadi, di batalkan oleh beliau. Namun ketika di dauroh Veteran jogya, Saya dengan Ust Luqman Ba’abduh dan Ust Qomar Su’aidi duduk bertiga di sebuah kamar. Ust luqman sempat emosi, menganggap saya tidak ada menasehati prilaku muridnya, padahal ketika saya ta’lim di Tebing tinggi, terkadang saya mengunjungi langsung Muhammad surur ke rumahnya mericek tuduhan atau laporan ikhwan lalu menasehatinya tertutup berdua saja, atau ketika lagi kebetulan Muhammad surur berkunjung ke rumah saya, sekalian mericek lalu menasehatinya. Saya anggap Muhammad Surur adalah saudara saya, sayalah dulu yang merekomnya isi ta’lim di WKS Tebing tinggi, di saat mereka menginginkan ustadz dari jawa, istrinya pun dulu adalah murid saya di Pekan baru, dan sayalah dulu yang menjadi wasilah ta’aruf mereka. kemudian ada pembicaraan yang menyerempet fitnah dakwah....tapi bukan fitnah Yaman.
Marwan membela dan bisa bersanding manis indah dengan Yuda Abu Ihsan karena banyak persamaan watak dan tabiat serta sebagian fitnah Yuda adalah bagian fitnah Marwan.
8.    Saya di tuduh merekom ikhwan Sururi untuk mengajar anak- anak lalu fitnah ini beranak pinak, saya di tuduh sudah menyeberang menjadi Ustadz sururi. Itu pun di picu lisan Marwan. Suatu ketika Marwan termasuk salah seorang yang saya undang musyawaroh untuk wacana bantu saya ngajar anak-anak yaitu Ali bafadhol mahasiswa IAIN yang menghadiri ta’lim saya, namun ia tidak punya motor apakah bisa atau tidak, perlu di tanya dulu. Belum sempat saya bertanya ke Ali Bafadhol saya sudah di fitnah kemana- kemana oleh Yuda. Saya tidak tahu sama sekali saat itu ternyata Ali Bafadhol juga datang ta’lim ke ust Abu salma lc  Yayasan Imam Bukhori Jambi. Jika Marwan kenal Ali Bafadhol kenapa Marwan tidak memberi tahu saya atau menasehati saya ketika dalam musyawaroh atau di luar musyawaroh? Marwan lebih senang menjadi tukang ghibah, ngrumpi dan gossip , reporter info taiment dan tukang fitnah adu domba  bersama Yuda. Bahkan Abu salsa Solo yang pernah kerja di WKS Tebing tinggi menel pon ke salah seorang ikhwan tapah mericek, apakah benar berita, saya sudah menyeberang menjadi Ustadz sururi. Demikianlah api lisan Marwan dan Yuda. Ternyata baru ketahuan Marwan lebih satu tahun lamanya  memasukkan anak pertamanya Ubaid ke Play grup/ Tk yayasan imam bukhori ust Abu Salma lc yang dia tuduh Sururi. Wahai Marwan mana harga diri dan kehormatanmu serta rasa malumu? Bahkan kamu belajar dengan Ust Abu Salma Lc. Justru kamu menjadikan orang yang kamu tuduh sururi sebagai ustadz anakmu, dan Ustadz mu sendiri, sementara kamu menjadikan saya sebagai bahan ghibah, bisik- bisik, gossip, ngrumpi  seperti arisan ibu- ibu kampung dan  fitnah adu domba tatkala baru wacana Ali bafadhal untuk mengajar anak- anak. Bahkan kamu sejak tahun pertama suka mencari- cari kesalahan- dan aib murid – murid Ust Abu Salma baik yang sedang dan yang telah berlalu, yang dia sudah tobat.
Demikin juga pada hari ini, Dzulfadhli& Marwan saling bertolak belakang dan bersiteru, namun bisa bersanding manis indah mempesona memfitnah saya. Marwan berbeda visi dengan Salim terhadap samudra fitnah Yaman, namun bisa berdampingan bersanding indah mempesona lengket menjadi kaki tangan mata telinga bala tentara  fitnah Salim dan belajar dengan Abu Sulaiman jeri Bengkulu. Demikianlah persamaan jiwa watak dan tabi’at kalian telah merekatkan dan menyatukan hati- hati kalian untuk melakukan pembunuhan karakter terhadap saya dan terhadap manusia.
9.    Suatu ketika Tirmidzi Sei lilin,yang sekarang sudah  pindah ke ma’had Ust Bukhori Prabu mulih bercerita kepada saya, bahwa ia di telpon Ust fulani dari Jawa, mengaku:”ketika mereka dulu datang  rombongan bulan syawal ke jambi 3,5 tahun lalu (mengunjungi/ta’ziyah ortu Ust Saifuddin Zuhri lc JATENG kemudin terus safar ke Bengkulu mengunjungi ust Abu Turob yang barusan pulang dari Yaman bulan Ramadhan),mereka memperhatikan gerak gerik, gaya bicara bahkan cara berjalan Ust Muhammad Ja’far, sejak dari jambi sampai selama di Bengkulu ternyata tidak sama seperti yang di fitnahkan yang beredar........dst. Kata Tirmidzi “ saya membela kehormatan ustadz, selama ini saya bergaul belajar tidak seperti itu... Saya katakan, saya berlindung kepada Allah dari pada hal tersebut, saya tidak bisa memastikan namun sebagian ucapannya untuk pembunuhan karakter saya, ada kemiripan dengan fitnah ini.
10.  Suatu ketika Ustman Pariaman menelpon saya, memberitahu, “ bahwa Yuda Abu Ihsan menelponnya, mengatakan” bahwa Ust Muhammad Ja’far mensyaratkan jika ia ( Yuda ) minta ma’af atas semua kesalahan maka harus di masukkan di internet”..., Ustman bertanya ( ricek ) kepada saya, “apakah benar ustadz? Saya jawab,”saya tidak pernah mengatakan demikian, ini fitnah dusta Yuda”.
11.  Wahai Marwan, bukankah setelah kedatangan Ust Zuher Syarif ke Jambi menasehati Muh Surur, kamu sendiri berbicara kepada saya, Yuda sekeluarga akan pindah belajar ke Jawa? Mana bukti ucapan kamu ?
12. Ketika dauroh Ust Dzulakmal, Yuda pun ikut makar beliau untuk mengambil alih mesjid Bagan pete, bahkan ikut meminta sertifikat tanah mesjid kepada Salman sebagaimana pengakuan Salman. Masih ada lagi rentetan lisan Yuda dan Muhammad Surur juga menam bah, tapi sudah cukup sebagian contoh di atas.
 13. Marwan pernah mengatakan pada saya “ bahwa Yuda bercerita bahwa saya di berhentikan mengajar di Bahar karena akhlaq buruk.Fitnah ini ternyata sampai juga ke Tirmidzi sei lilin, sehingga ketika mengisi ta’lim di Bahar, ia berinisiatif sendiri bertanya langsung kepada Marimin Bahar, maka Marimin mengingkari. Kemudian Tirmidzi bercerita kepada saya tentang pertemuannya dengan Marimin. Semoga Allah Ta’ala membalas kebaikan Marimin jujur dengan fakta.
 14. Saya persaksikan sejak sebelum fitnah muh surur muncul, Yuda adalah sosok orang yang tidak beradab berbicara, bertamu, tukang nammimah dan suka ngatur orang dalam urusan pribadinya, jika tidak terpenuhi maka akan mencari pendukung dan provokator kasak kusuk kesana kemari. Dan point ini banyak kasus.
 15. Marwan pun meramaikan fitnah Salim yaitu berkaitan tukang urut dukun dan yang lainnya. Apalagi Marwan adalah target utama Salim untuk mengadakan dauroh sebagaimana kronologis dan Marwan awal ikut mengantarkan anak ( Ubaid ) ngaji, sehingga semakin memudahkan menjalian hubungan batin yang terpendam.
Tuduhan Taufiq ke 8 ( pada sabtu sore 16 maret 2013/ 4 Jumadil awwal 1434 ) : menasehati kesalahan- kesalahan antum depan ikhwah bukan ghibah.
     Jawaban saya : Tampak sekali Taufiq sudah taqlid dan mengkultuskan dan guluw ( berlebih- lebihan ) terhadap Salim, demikian juga Abu Izhar, Abu Faris dan Abu Luqman sebagai orang yang di tuakan tidak malu bersikap demikian kepada Salim, demikian juga tidak malu kepada saya sebagai korban yang di zholimi. Sehingga puluhan tuduhan Salim kepada saya, baik sebelum malam makar dan malam makar Taufiq, tidak perlu lagi di tanya kepada saya ( ricek ) baik- baik, sopan santun, apalagi tertutup tapi langsung di nasehati ( dalih makar ) di depan umum itu pun di iringi emosi yang meledak- ledak dan tunjuk- tunjuk tangan, dan tidak mempercayai lagi hak jawab saya, pada hakekatnya justru obral fitnah, celaan, hinaan dll. Ini kekejian Abu Izhar, Abu Faris, Abu Luqman, Ari cs pada saya.
Jika mengalah dalam pembicaraan, sikap Taufiq adalah nasehat, jika saya terbukti bersalah, apa kah demikian metode ( manhaj menasehati dalam Islam ? apakah seperti adab kalian terha dap seorang guru? dari sini Abu Izhar, Abu Faris, Abu luqman dkk telah mengkultuskan dan guluw terhadap Taufiq, seakan –akan Taufiq telah mengamalkan ilmu dan sunnah yang ber jalan, padahal dari mana,berapa lama Taufiq menimba ilmu khususnya manhaj salaf ? saya jawab tuduhan Taufiq ini dengan tiga Bab
1. Inilah fiqh cara menasehati
2. Perbedaan antara nasehat dengan ghibah
3. Perbedaan antara nasehat dengan ta’yir ( ejekan, celaan ).
4. Etika dalam menerima pengaduan seseorang.

BAB 1. INILAH FIQH CARA MENASEHATI
      Ada nasehat yang di sampaikan secara rahasia atau tertutup  dan ada yang boleh di depan umum. Banyak nasehat Ulama tentang menasehati secara rahasia atau tertutup seperti Imam Ibnu hibban, Imam Abu Muhammad Ali bin Ahmad bin Sa’id Ibnu Hazm, Ibnu Rajab dalam buku Al farqu baina an nashihah wat ta’yir, dan saya sebutkan sekalian dalam bab : perbe  daan antara nashihat dan ta’yir. Juga Syaikh Muhammad bin Sholeh Utsaimin berkata dalam buku Syarh Riyadhus sholihin bab 22 bab tentang nasehat, no 186 hal 506 : Dan nasehat untuk keumuman muslimin adalah engkau mencintai mereka sebagaimana engkau mencintai dirimu sendiri , membimbing mereka kepada kebaikan, menunjukkan mereka kepada perkara haq jika mereka menyimpang dari perkara haq, mengingatkan mereka jika lupa dengan perkara haq, menjadikan mereka di sisi engkau kedudukan bersaudara, karena Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam telah bersabda : seorang muslim adalah saudara muslim yang lain ( Muttafaqun ‘alahi), dan sabda beliau : seorang mu’min dengan mu’min yang lain bagaikan bangunan mengokoh kan satu bagian dengan bagian lain nya ( Muttafaqun ‘alaihi ), dan beliau bersabda : perumpamaan mu’minin dalam kecintaan, kasih sayang dan kelembutan bagaikan satu tubuh, apabila satu bagian tubuh merasakan sakit, maka seluruh tubuh merasakan demam dan sakit ( HR. Muslim 2586 ). Maka kamu apabila merasakan keperihan pada salah satu bagian dari anggota tubuh kamu, maka rasa pedih ini menjalar ke seluruh tubuh, demikian juga kaum muslimin apabila salah seorang di antara mereka merasakan sakit, maka seakan- akan rasa sakit itu juga menimpa dirimu. Dan hendaklah di ketahui sesungguhnya hakekat nasehat adalah: pembicaraan manusia secara rahasia antara dirimu dengan dirinya, sesung guhnya, jika kamu menasehatinya secara rahasia ( tertutup empat mata ), antara dirimu dengannya, maka engkau akan memberikan bekas pada jiwanya, iapun menyadari bahwasa nya kamu betul-betul tulus pemberi nasehat, akan tetapi jika kamu membicarakan ( kesala hannya) di depan manusia, maka terkadang muncul rasa sombong yang menyebabkan ia berbuat dosa dengan tidak mau menerima nasehat, terkadang ia menyangka sesungguhnya kamu hanyalah balas dendam dengannya, atau menjelekkannya, atau menjatuhkan/ memojokkan statusnya di depan manusia, sehingga ia tidak menerima nasehat tersebut, tetapi apabila di lakukan secara rahasia antara dirimu dengan dirinya ( empat mata ) berdua, maka nasehat tersebut teramat berharga bernilai besar dan ia akan menerima nasehatmu. Selesai.
       Imam Syafi’i berkata : dalam sebuah syair yang di sandarkan kepada beliau : hendaklah engkau sengaja mendatangiku, untuk memberi nasehat ketika aku sendirian, hindarilah mem beri nasehat kepadaku di tengah khalayak ramai, karena sesungguhnya memberi nasehat di hadapan banyak orang, sama saja dengan memburukkannya, saya tidak suka mendengarnya, jika engkau menyalahi saya dan tidak mengikuti ucapanku, maka jangan engkau kesal apabila nasehatmu tidak di ta’ati. ( Diwan As-syafi’i).
      Adapun di bolehkan nasehat di hadapan manusia dengan syarat- syarat :
1.    Apabila terlambat menyampaikan nasehat atau tertunda nasehat tersebut, maka akan ter luput amalan syar’i pada waktu tersebut. Contoh sebagaimana dalam shohih Muslim Kitab Al jumu’ah bab 14 no 58 (875) : dari Jabir bin ‘Abdillah berkata : Sulaik Al ghathafani datang ke mesjid pada hari jum’at dan Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam sedang duduk di atas mim bar , maka Suraik langsung duduk sebelum sholat, maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam apa kah engkau sudah mengerjakan sholat dua raka’at ? ia berkata “ belum” maka beliau meme rintahkannya “ bangunlah dan sholat dua raka’at.
        Dari hadist tersebut, beliau tidaklah menyiarkan kesalahan Suraik di depan umum, karena sa’at itu adalah waktu yang tepat untuk menasehatinya, jika di biarkan akan terlambat pelaksanaan sholat dua raka’at sebelum duduk dan tidak bisa di tunda selesai sholat jum’at.
1.        Melakukan penyelisihan syar’i terang- terangan di depan umum.

Dalam hadist lain, di shohih muslim no 2021 dari ‘Ikrimah bin ‘Ammar telah bercerita kepada ku Iyas bin Salamah bin Al Akwa’ sesungguhnya bapaknya menceritakannya, ada seseorang  pada masa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam makan dengan tangan kirinya, lalu beliau bersabda : makanlah dengan tangan kananmu, orang tersebut menjawab, “ saya tidak bisa”, maka beliau mendoakan keburukan untuknya dengan mengucapkan, semoga kamu benar- benar tidak bisa, tidaklah menghalangi orang tersebut ( untuk menta’ati Beliau ) melainkan karena sombong. Ber kata Salamah : maka langsung tangan orang tersebut lumpuh tidak bisa lagi memasukkan makanan ke dalam mulutnya.
Berkata Imam Nawawi : dan di dalam hadist ini, menunjukkan boleh mendo’akan keburukan atas pelaku penentang hukum syar’i tanpa ‘uzur lagi, Dan memerintahkan yang ma’ruf dan mencegah kemungkaran pada setiap kondisi sampai pada waktu makan.
Di Shohih Muslim no 2022 dari Wahab bin kaisan, ia mendengarnya dari Umar bin Abi Sala mah , ia berkata : saya berada di kamar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam dan tanganku bergerak mengelilingi piring, lalu beliau bersabda kepadaku, “ Wahai anak kecil ucapkan Bismillah dan makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah makanan yang dekat dengan kamu.
     Hadist ini menunjukkan boleh menasehati langsung di depan manusia atas penyelisihan syar’i yang sedang terjadi, apabila di dalamnya kebaikan untuk semua, dan jika di biarkan, berjalan teruslah penyelisihan syar’i yang di saksikan manusia.
Wahai Taufiq, justru kamu, ust Abu Hazim, Salim, Ari, Abu Izhar dkk  terang- terang di depan umum melakukan perbuatan dosa harom, keras kepala kecongkakan dan terus menerus. Justru kalian lah yang mesti di nasehati di depan umum bahkan boleh di doakan keburukan, karena kamu, Salim, Abu Izhar sudah di nasehati di kritik oleh Abu umar dan Abdullah Sei lilin, demikian juga Abu faris sudah di nasehati Abu fikron secara tertutup sebelum kedatangan taufiq, dan Abu Fikron pun sudah menasehati Ari, Abu Faris dan Abu Luqman, juga menasehati Salim via telpon. Abu Ajeng Supriyanto pun sudah menasehati Abu Faris dan Dzul fadhli. Abu Robi’ pun sudah menasehati Marwan tentang prilaku Taufiq Hidayat.
     Coba renungkan, apakah keadaan saya seperti dalam hadist tersebut? sehingga di nasehati di depan manusia ? ini mengalah dalam pembicaraan jika saya melakukan kesalahan, justru kalian tajassus, intel, musafir tatabu’ aurot pengorek kesalahan- kesalahan memfitnah busuk prasangka menyengat berulat, muntah kata-kata kasar bentak-bentak teriak-teriak tunjuk- tunjuk tangan kepada saya, tapi kalian piawai pintar membingkai dan membungkus candu dosa berantai kalian dengan istilah berasumsi baik di terima di hati, pencipta istilah penyedap rasa  kanibal memakan kehormatan manusia, bahasa indah manis mempesona menawan memukau dan memi kat hati, inilah bukti kalian bukan hanya sekedar meniti ( JIL) Jalan Iblis, tapi juga da’i handal JIL ( jalan iblis ).
     Apabila terhadap teman, saudara , kita harus memiliki adab- adab yang baik santun dalam menasehati kesalahannya, maka apalagi jika kita hendak menegur kesalahan seorang guru lebih lebih santun lagi. Berkata Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘utsaimin dalam kitab Al- ilmu hal 154 no 53 : Syaikh di tanya oleh seseorang,” apakah yang harus saya lakukan ter hadap salah seorang guru, sa’at melakukan kesalahan dalam pendapatnya, dan khususnya dalam mata pelajaran agama, dan saya tahu pasti jawaban yang benar ? Maka Syaikh men jawab, ini pertanyaan penting di mana kita mendapatkan bahwa sebagian guru-guru, tidak mau di koreksi oleh siapapun walaupun telah melakukan kesalahan, sikap demikian tidaklah benar. Setiap manusia tidaklah lepas dari kesalahan dan manusia apabila telah berbuat kesa lahan dan telah di tegur, maka ini merupa kan ni’mat Allah atasnya, supaya manusia tidak ter buai dalam kesalahannya. Akan tetapi bagi penuntut ilmu ( pelajar,murid ) haruslah mempu nyai kecerdikan, janganlah membantah guru tersebut di depan murid- murid yang lain, ini menyelisihi adab, tapi undurkanlah setelah selesai pelajaran ( secara empat mata), apabila guru menerima ( masukan murid tersebut ), maka guru tersebut menyampaikan ralat di hada pan murid-murid pada pelajaran yang akan datang, dan apabila guru tidak menerimanya, maka bagi murid tersebut meyampaikan koreksiannya di hadapan murid- murid yang lain pa da pelajaran berikutnya, dengan mengatakan wahai guru ( Ustadz) engkau telah mengatakan begini begini dan ini tidaklah benar. Selesai. 

1.                                           2.PERBEDAAN ANTARA NASEHAT DENGAN GHIBAH
     Berkata Imam Nawawi  : ketahuilah bahwasanya ghibah di perbolehkan untuk tujuan yang benar syar’i, di mana tidak mungkin sampai kepada tujuan tersebut kecuali dengan cara ber ghibah yang di sebabkan enam perkara :
1.    kedholiman, boleh bagi orang yang terdholimi untuk mengadukan kepada penguasa, qodhi dan selain keduanya yang mempunyai kekuasaan atau kemampuan untuk berlaku adil dari pelaku dholim, lalu ia berkata, “ si fulan telah mendholimi saya begini...
2.    minta pertolongan atas merubah kemungkaran dan mengembalikan pelaku ma’siat kepada kebenaran.......
3.    minta fatwa....
4.    dalam rangka memberi peringatan kaum muslimin dari keburukan dan dalam rangka memberi nasehat kepada mereka, dan yang demikian itu dalam kondisi- kondisi berikut ini : di antaranya dalam rangka menjarh ( menyebutkan cacat ) almajruhin ( orang- orang yang di sebutkan cacatnya ) dari para rawi hadist dan saksi, dan yang demikian itu di perbolehkan berdasarkan ijma’ kaum muslimin, bahkan bisa menjadi wajib hukumnya. Dan di antaranya untuk musyawaroh dalam ikatan pernikahan, atau dalam kerja sama, atau dalam hal titipan kepada seseorang, atau bergaul dengannya, atau dalam hal bertetangga dengannya, atau dalam hal lainnya, dan wajib atas orang yang di ajak untuk musyawaroh tidak menyembunyi kan keadaannya, bahkan ia menyebutkan kejelekan- kejelekan yang ada padanya dengan niat untuk memberi nasehat. Dan di antaranya, apabila ia melihat seorang pelajar bolak balik men datangi mubtadi’, atau seseorang fasiq dan menimba ilmu darinya, dan ia kuatir pelajar ter sebut terpengaruh berakibat bahaya padanya, maka ia harus menasehatinya dan menjelas kan keadaannya ( mubtadi’, orang fasiq ) dengan syarat semata- mata adalah nasehat, dan ini termasuk perkara menjadi kekeliruan di dalamnya, yaitu terkadang faktor yang mendorong pembicara adalah hasad ( iri hati ) saja, jatuh kepada perangkap iblis / ( JIL ) jalan iblis yang di imajinasi padanya bahwa ucapannya adalah nasehat, maka hendaklah di perhatikan.
Dan di antaranya, apabila seseorang yang memiliki kedudukan dalam pemerintahan, dan tidak melaksanakan tugas semestinya, dengan sebab sebab ia tidak pantas menduduki jaba tan tersebut, atau ia seorang fasiq, atau orang yang lalai, dan semisalnya, maka wajib mela porkan orang tersebut ke atasannya, agar memecatnya, dan menggantikan dengan orang yang pantas, atau atasan tersebut membuat aturan sesuai kondisi bawahannya, dan atasan tadi tidak tertipu dengannya, dan berusaha memberikan motivasi agar tetap istiqomah dan tidak menggantinya.
5. Terang- terangan dengan kefasikannya atau bid’ahnya seperti minum khamar, menyita harta manusia, mengambil pajak, mengambil harta dengan dholim, mempunyai perkara-per kara batil, maka boleh menyebutkan apa yang ia tampakkan terang-terangan dan harom menyebutkan aib- aib lainnya, kecuali yang di perbolehkan dengan sebab yang kami sebutkan.
6.    sudah di kenal, apabila seseorang sudah di kenal dengan gelar seperti si pincang, si bisu, si buta dan selain mereka boleh menyebut mereka seperti itu, dan di haromkan pemutlakan dalam rangka merendahkannya dan jika bisa mengenalkannya dengan selain itu lebih baik. Inilah enam sebab yang di sebabkan ulama. Riyadhus sholihin imam Nawawi.
      Berkata Ibnu Qoyyim : dalam buku Ar ruuh fasal: perbedaan antara nasehat dengan ghibah hal 240 : sesungguhnya nasehat itu bermaksud dalam rangka memberi peringatan kepada seorang muslim dari pada bahaya mubtadi’, penyebar fitnah, penipu, perusak maka di sebutkan perkara- perkara dalam pribadinya, apabila ada seseorang yang minta saranmu da lam bergaul, mu’amalah dan ikatan dengannya. Sebagai mana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam kepada Fathimah Binti Qois yang telah minta saran beliau tentang lamaran Mu’awiyah dan Abu Jaham, maka beliau bersabda : adapun Mu’awiyah laki- laki fakir dan Abu jaham laki- laki yang tidak melepaskan tongkat dari bahunya.
Maka apabila terjadi ghibah dalam rangka memberi nasehat yang di wajibkan oleh Allah dan RasulNya kepada hamba- hambaNya kaum muslimin maka hal demikian ( ghibah tersebut ) adalah taqarrub kepada Allah, termasuk amal kebaikan, tetapi apabila ( ghibah )menceritakan kejelekan orang lain untuk mencela saudaramu dan menodai kehormatan dan memakan dagingnya agar jatuh kehormatannya di hati- hati manusia ( pembunuhan karakter ) maka ghibah tersebut merupakan penyakit berbahaya dan api yang menghabiskan kebaikan sebagaimana api yang membakar kayu bakar. ( Ar-ruuh halaman 240).
      Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ fatawa juz 28 risalah fil ghibah hal 255 : Menyebutkan kejelekan- kejelekan manusia dengan perkara yang tidak dia sukai secara asal dua macam. Pertama : menyebutkan jenis perbuatan, kedua : menyebutkan orang ter tentu baik masih hidup atau sudah meninggal. Pertama : setiap macam perbuatan yang di cela Allah dan RasulNya wajib di cela pula dan itu tidak termasuk ghibah, sebagaimana setiap perkara yang di puji Allah dan Rasul Nya wajib di puji pula, dan apa saja yang di la’nat oleh Allah dan Rosul Nya, maka perkara tersebut di laknat juga. Sebagai mana Allah dan malaikat bersholawat atas beliau, maka wajib pula bersholawat padanya. Allah Ta’ala telah mencela orang kafir, orang fajir, orang fasiq, orang dholim, orang menyimpang, orang sesat, orang hasad, orang bakhil, tukang sihir, pemakan riba, pen curi, pezina, penipu dan orang fajir, sombong, angkuh dan semisal mereka, sebagaimana Allah Ta’ala telah memuji orang mu’min, orang bertaqwa, orang jujur, orang baik, orang adil, para pemberi bimbingan, orang dermawan, orang bersodaqoh, orang penyayang dan semisal mereka. Rasulullah mela’nat pemakan riba, penulis nya, al muhalil ( laki laki yang menikahi wanita  yang sudah di talaq tiga lalu sengaja di ceraikan agar mantan suami bisa menikahinya lagi ) dan muhalil lahu ( laki- laki yang sengaja minta ke seseorang untuk menikahi mantan istrinya yang sudah di talaq tiga kemudian di ceraikan lagi ), pelaku kaum luth ( homo ), pembuat perkara baru dalam agama, dan pelindungnya , pembuat khomar, pemeras khomar, yang minta di peras kan, yang minta di bawakan, pembeli, penjual, penuang, peminum, yang makan untungnya dan mela’nat Yahudi dan Nashroni yang mana mereka telah di haromkan lemak bangkai, lalu mereka mencairkannya lalu menjual dan memakan untung dan Allah melaknat juga orang- orang yang menyembunyikan apa yang di turunkan Allah dari pada hujjah............
     Sampai perkataan beliau.... hal 226 : apabila maksud tujuannya adalah memotivasi kebai kan, mencegah dari keburukan dan mentahzirnya, maka harus di sebut semua keburukan tersebut oleh sebab inilah , apabila sampai pada Nabi Shallallahu’alaihi wasallam seseorang telah berbuat sesuatu yang di larang agama, maka beliau bersabda : mengapa orang- orang membuat syarat- syarat yang tidak ada dalam kitab Allah ? barang siapa membuat syarat yang tidak ada dalam kitab Allah maka batil walaupun seratus syarat, mengapa orang- orang meni nggalkan sesuatu yang aku di beri keringanan ( di perbolehkan ) di dalamnya ? Demi Allah sesungguh nya aku orang yang paling bertaqwa dan orang yang paling tahu hudud ( batasan batasannya) di antara kalian, mengapa ada orang- orang yang berkata,”saya akan selalu berpuasa dan tidak berbuka” yang lain lagi berkata,” saya akan bangun malam dan tidak tidur “, yang lain lagi berkata,” saya tidak mau menikahi wanita”, yang keempat berkata,” saya tidak mau makan daging,”barang siapa yang benci dengan sunnahku bukanlah ia termasuk golo nganku.( hal 227)
       Sampai beliau berkata:...hal 229 : adapun yang kedua ( sisi pribadi-pribadi tertentu ) maka di sebutkan perkara-perkara yang ada dalam pribadinya daripada keburukan pada bebera pa keadaan : di antaranya : orang yang di dholimi, maka ia menyebutkan orang- orang yang mendholiminya atas perlakuan kedholiman, baik dalam rangka menolak kedholimannya, atau untuk mendapatkan keadilan. Sebagaiman ucapan Hindun, “Wahai Rasululullah sesungguhnya Abu Sufyan seorang yang pelit, ia tidak memberikan nafkah yang mencukupi aku dan anakku maka beliau bersabda kepadanya,”ambillah apa-apa yang mencukupi dirimu dan anakmu secara ma’ruf ( secukupnya ). 
      Sampai beliau berkata......hal 230 : Dan di antaranya : dalam rangka menasehati muslimin Dalam agama dan dunia mereka, sebagaimana dalam hadist Fathimah Binti Qois tatkala ia  bermusyawaroh dengan Nabi Shallallahu’alaihi wasallam tentang siapa yang akan menikahi nya dan ia berkata : Mu’awiyah dan Abu Jaham telah melamar saya, maka beliau berkata ( memberi nasehat ) : adapun Mu’awiyah laki- laki fakir tidak mempunyai harta adapun Abu Jaham seorang laki- laki yang suka memukul wanita, di riwayat lain tidak pernah meletakkan tongkat dari bahunya, maka beliau menjelaskan kepadanya ( Fathimah binti Qois ), bahwa Mu’awiyah fakir, mungkin tidak mampu memenuhi hakmu, dan Abu jaham bisa menyakitimu dengan pukulan. Dan seperti ini adalah sebuah nasehat kepadanya, meskipun mengandung penyebutan aib si peminang.
    Dan termasuk dalam ma’na ini ( dalam rangka memberi nasehat untuk kaum muslimin baik dalam urusan agama dan dunia mereka ) : yaitu nasehat kepada seseorang mengenai orang yang akan di ajak kerja sama, dan orang yang akan mewakilinya ( dalam sebuah urusan ), orang yang akan ia beri wasiat kepadanya, orang yang akan memberi saksi untuknya, bahkan orang yang akan menjadi hakim ( penengah ) dalam urusannya, dan semisal itu semua.
      Dan apabila hal ini dalam maslahat khusus ( pribadi ), maka bagaimana dengan nasehat yang berkaitan dengan hak- hak keumuman kaum muslimin, mulai dari penguasa, pejabat, para saksi, para karyawan kantor dan selain mereka, maka tidak di ragukan lagi bahwasanya nasehat dalam urusan itu semua lebih agung lagi, sebagaimana Sabda Nabi Shallallahu’alaihi wa’ala alohi wasallam : agama itu nasehat mereka bertanya,” untuk siapa wahai Rasulullah, beliau menjawab untuk Allah, KitabNya, RasulNya, untuk pemimpin muslimin dan keumuman muslimin.
Hal 231 : Dan mereka ( para shahabat berkata ) kepada Umar Bin Khattab mengenai ahli syuro angkatlah si fulan-si fulan sebagai pejabat, maka Umar menyebutkan kekurangan pada pri badi masing-masing enam tersebut,  padahal mereka generasi umat paling utama, Umar men jadikan kekurangan yang ada pada pribadi mereka sebagai penghalang untuk memilih mereka Dan apabila demikian, maka nasehat yang berkaitan masalah-masalah agama baik umum maupun khusus hukumnya wajib. Contoh perawi yang keliru atau dusta sebagaimana ucapan Yahya bin Sa’id, saya kira dia, Al Auza’i mengenai seseorang yang tertuduh dalam hadist atau tidak hafal, mereka berkata terangkan keadaannya, dan sebagian mereka berkata kepada Imam Ahmad bin Hanbal, “ sesungguhnya berat bagi saya untuk mengatakan fulan begini... begini, maka Imam Ahmad berkata : “ apabila kamu diam, dan saya diam, maka kapan orang jahil mengetahui mana yang shohih dan  mana yang cacat ? dan contoh lain menjelaskan tokoh ahli bid’ah baik dari tokoh- tokoh yang menyelisihi Al quran dan As sunnah, maka sesung guhnya menjelaskan keadaan mereka dan memperingatkan ummat dari mereka wajib dengan kesepakatan muslimin....( Majmu’ Fatawa Syaikul Islam ).
 Firman Allah Ta’ala dalam surat Yusuf ayat 5 :
  قال يا بني لا تقصص رؤياك على إخوتك فيكيدوا لك كيدا
 Artinya : Berkata Nabi Ya’qub “ wahai anakku ( Yusuf ) janganlah engkau ceritakan mimpi engkau kepada saudara- saudaramu, maka mereka akan membuat makar ( untuk membinasakanmu ), sesungguhnya syaithan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.
Berkata Syaikh As- sa’di dalam tafsirnya : sesungguhnya boleh menyebutkan manusia tentang perkara yang ia benci untuk nasehat bagi orang lain.

3.PERBEDAAN ANTARA NASEHAT DENGAN TA’YIR ( NGEJEK, HINAAN, CELAAN ).
     Rujukan yang terbagus dalam masalah ini adalah buku al farqu baina an nashihah wat ta’yir ( perbedaan antara nasehat dengan ejekan, celaan ) karya Imam Ibnu Rojab Al hanbali wafat tahun 795 H. Buku ini tipis namun isinya sangat bermanfa’at, karena tercampurnya atau ketidak tahuan manusia antara nasehat dengan obral ejekan, hinaan dan celaan semata ( ta’yir ). Berkata pengarang : sesungguhnya antara nasehat dan ta’yir keduanya mempunyai kesamaan yaitu  perkara penyebutan seseorang dalam perkara-perkara yang ia benci di sebutkan padanya, dan telah terjadi kesamaran antara keduanya pada kebanyakan manusia dan Allahlah pemberi taufiq kepada kebenaran. Perbedaan pada keduanya, Ta’yir itu ketahuilah adalah penyebutan kepada seseorang pada perkara-perkara yang ia benci, ini harom jika maksud penyebutan tersebut adalah mencela, membuka aib dan menjatuhkan ( kehormatan).
Adapun nasehat adalah : penyebutan kepada orang tersebut pada perkara- perkara yang di benci, jika di ucapkan padanya ada mashlahat bagi kaum muslimin secara umum atau bagi sebagian muslimin secara khusus, maksud semata- mata adalah tercapainya mashlahat ter sebut maka ini bukan harom bahkan di anjurkan. Dan sungguh ulama hadist telah menetap kan perkara ini dalam buku- buku mereka tentang al jarh dan at ta’dil, mereka menyebutkan perbedaan antara jarh rowi- rowi ( kritik dengan menyebutkan kekurangan- kekurangan mereka ), dengan ghibah. Dan membantah atas orang-orang yang menyamakan di antara keduanya baik dari kalangan ahli ibadah ( sufiyah) dan selain mereka dari orang- orang yang tidak luas ilmunya,....... hal 19.  
      Sampai perkataan beliau... hal 28 : Berkata Fudhail Bin ‘Iyadh ( wafat 187 H ) : “ seorang mu’min itu adalah menutupi ( aib, kekurangan ) dan menasehati adapun orang fajir ( pelaku dosa) adalah membuka aib dan menjatuhkan.” Maka apa yang di sebutkan oleh Fudhail Bin ‘Iyadh adalah merupakan tanda- tanda nasehat dan ta’yir. Nasehat adalah : selalu di sertai penutupan ( kesalahan, aib ), adapun ta’yir ( ejekan, celaan ) adalah di sertai penyebaran ( kesalahan, aib ). Dan pernah di katakan : barang siapa menegur saudaranya di depan manusia maka ia telah menta’yirnya atau sema’na dengan ini. Dan bahwasanya salaf membenci mengajak yang ma’ruf dan mencegah kemungkaran dengan cara seperti ini, dan para salaf menyukai melakukan nasehat secara rahasia antara penasehat dan yang di nasehati, maka inilah sesungguhnya tanda- tanda nasehat itu, yaitu ketika sang pemberi nasehat tidaklah mempunyai tujuan untuk menyebarkan aib- aib yang di miliki oleh orang yang di nasehati dan yang menjadi tujuannya semata adalah menghilangkan keburukan yang saudaranya tergelin cir dalam keburukan tersebut. Adapun penyebaran dan pembongkaran aib, maka itu adalah suatu perkara yang di haromkan oleh Allah dan RasulNya. Allah Ta’ala berfirman :
إن الذين يحبون أن تشيع الفاحشة في الذين آمنوا لهم عذاب أليم في الدنيا والآخرة والله يعلم وأنتم لا تعلمون                 
ولولا فضل الله عليكم ورحمته وأن الله رؤوف رحيم                                                                                         
Artinya : sesungguhnya orang- orang yang menyukai tersebarnya kekejian pada orang- orang yang beriman bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat dan Allah mengetahui dan kalian tidak mengetahui dan jika seandainya tidak karena keutamaan Allah dan rahmat Nya  atas kalian ( tidaklah di terangkan hukum- hukum ini ), dan sesungguhnya Allah Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.( An nur  19- 20 ).
Dan hadist- hadist tentang keutamaan menyampaikan nasehat tersembunyi sangat banyak ( hal 29 ). Sampai pengarang berkata.. hal 31- 34 : Dan hukuman orang yang menyebarkan kejelekan pada saudaranya mu’min, memburu ‘aib- aib, dan membongkar ‘aib- aibnya yang ter sembunyi, maka Allah akan memburu ‘aibnya dan membuka ‘aib- aibnya sekalipun ia berada dalam rumahnya. Sebagaimana yang di riwayatkan dari Nabi Shallallahu’alaihi wa’ala alihi wa Sallam bukan hanya dari satu jalan. Dan sungguh telah di keluarkan riwayat tersebut oleh Imam Ahmad ( 164- 234 H ), Abu Daud ( 202- 275 H ), At tirmidzi ( 209- 279 H) dari jalan yang banyak. Di keluarkan At Tirmidzi dari hadist waatsilah Bin Al asqo’ dari Nabi shallallahu’alaihi wa’ala alihi wasallam bersabda, “janganlah kamu menampakkan celaan kegembiraan atas perkara ( bencana ) yang menimpa saudaramu, maka (jika kamu berbuat demikian ), Allah akan mengobati (perkara yang menimpanya ), dan akan memberikan bala’ kepada ( seperti saudara kamu ). Berkata Tirmidzi : hasan ghorib. Dan Tirmidzi telah mengeluarkan pula hadist dari Mu’adz secara marfu : barang siapa yang menta’yir saudaranya dengan suatu dosa tidaklah ia meninggal kecuali mengerjakan dosa tersebut. Dan sanadnya terputus. Berkata Hasan Al Basri ( 21- 110 H ) : pernah di katakan barang siapa yang menta’yir ( ngejek, mengHina ) saudaranya dengan suatu dosa yang ia sudah taubat dari dosa tersebut, tidaklah ia mati hingga Allah memberikan bala’ ( cobaan ) dengan dosa tersebut. Dan telah di riwayatkan dari hadist Ibnu Mas’ud yang sanadnya ada dhoif, “ bala’ ( cobaan itu ) datang mengikut dengan ucapan, maka jika seseorang menta’yir orang lain dengan menyusui anjing betina maka akan menyusuinya. Dan telah riwayatkan ma’na ini dari sekumpulan salaf. Ketika Muhammad bin sirin terlilit hutang dan beliau di penjara karena hutang tersebut, beliau berkata,”sesungguhnya aku mengetahui ( sebab ) dosa yang telah menimpaku ini, yaitu aku telah menta’yir seorang laki- laki 40 tahun yang lalu, aku berkata ( mengejek ) kepadanya : wahai orang bangkrut ( halaman 34 ). 
     Dan tanda paling terang perbuatan ta’yir adalah : menampakkan keburukan dan kekejian ( korban ) yang di kesankan sebagai nasehat sebenarnya, dan ia sudah menyangka melakukan itu semua adalah adalah keburukan- keburukan ( korban ) itu tersebut baik secara umum maupun khusus padahal yang tersembunyi di batinnya adalah murni ta’yir dan semangat menyakiti maka ia termasuk saudaranya munafiqin yang mana Allah Ta’ala telah mencela mereka dalam Al Quran dalam banyak tempat. Maka sesungguhnya Allah ta’ala telah mencela orang yang menampakkan perbuatan dan ucapan yang baik padahal sebenarnya sebagai sarana untuk tujuan buruk sebagaimana dalam batinnya. Dan Allah telah menetapkan demikian termasuk daripada sifat- sifat munafiq sebagaimana dalam surat Al Baroah ( At taubah ), di dalamnya Allah Ta’ala membuka kejelekan orang munafiqin dan memperlihatkan keburukan mereka dengan sifat- sifat mereka yang keji.  
والذين اتخذوا مسجدا ضرارا وكفرا وتفريقا بين المؤمنين وإرصادا لمن حارب الله ورسوله من قبل وليحلفن إن أردنا إلا الحسنى والله يشهد إنهم لكاذبون
Artinya : Dan orang- orang ( munafiqin ) yang mendirikan mesjid dhiror ( untuk menimbulkan bahaya bagi kaum mu’minin ), dan kekafiran dan sarana pemecah belah di antara mu’minin serta menunggu kedatangan orang- orang yang telah memerangi Allah dan RasulNya, mereka sesungguhnya benar- benar bersumpah “ kami tidaklah menghendaki kecuali kebaikan dan Allah menjadi saksi bahwasanya mereka adalah para pendusta ( dalam sumpahnya ). At Taubah 188) .
لا تحسبن الذين يفرحون بما أتوا ويحبون أن يحمدوا بما لم يفعلوا فلا تحسبنهم بمفازة من العذاب ولهم عذاب أليملا تحسبن الذين يفرحون بما أتوا ويحبون أن يحمدوا بما لم يفعلوا فلا تحسبنهم بمفازة من العذاب ولهم عذاب أليم
 Artinya : Janganlah kamu wahai Muhammad menyangka bahwa orang- orang yang bergembira dengan apa yang mereka kerjakan ( menyembunyikan kenabian beliau dari manusia ), dan suka di puji dengan perbuatan yang belum mereka kerjakan, maka janganlah kamu menyangka bahwa mereka terlepas dari siksaan dan bagi mereka azab yang pedih ( Ali Imron188 ).
      Dan ayat ini turun bagi orang Yahudi saat Nabi Shallallahu’alahi wa ‘ala alihi sallam ber tanya kepada mereka tentang sesuatu, lalu mereka menyembunyikan dan memberitakan kepada Nabi selain sesuatu tadi. Dan sungguh mereka menampakkan kepada Beliau, bahwa mereka telah memberitakan kepada Beliau apa yang di tanyakan. Dan mereka mengharapkan pujian atas apa yang mereka kerjakan dan mereka bergembira dengan apa yang mereka sembunyikan dan memberitakan kepada Nabi apa yang selain dari sesuatu tadi. Yang demikian itu sebagaimana ucapan Ibnu Abbas Rodhiallohu ‘anhuma dan hadist beliau di keluarkan di Shohihaini. Dari Abu Sa’id Al khudri Radhiallahu ‘anhu : sesungguhnya beberapa laki- laki dari munafiqin, jika Rasulullah  Shallallahu ‘alahi wa’ala alihi wasallam keluar untuk berperang maka mereka sengaja tertinggal dari Rasulullah dan mereka bergembira di tempat duduk- duduk mereka dalam keadaan menyelisihi Rasulullah Shallallahu’alahi wa sallam, ma ka ketika Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa sallam kembali ( dari perang ) mereka mengemuka kan ‘uzur dan bersumpah di hadapan beliau, dan mereka lebih suka di puji dengan apa- apa yang sebenarnya mereka tidak kerjakan,” maka turunlah ayat ini. ( Bukhori 4567 dan Muslim 2777 ). ( Halaman 35 ).
     Maka inilah prilaku Yahudi dan Munafiqin, yaitu seseorang menampakkan suatu perkataan dan perbuatan yang secara zhohir bentuk perkataan dan perbuatan tersebut adalah baik, akan tetapi maksud sebenarnya adalah sebagai sarana untuk sampai kepada maksud yang buruk. Maka manusia memujinya dengan kebaikan atas apa yang di tampakkannya dari perbuatan tersebut. Dan sampailah ia dengan perbuatan tersebut kepada maksud buruk yang ia sembunyikan. Dan ia bergembira dengan pujian manusia kepadanya atas perbuatannya tersebut, karena perbuatan tersebut tampaklah citra bahwa orang yang baik, sementara di dalam batinnya ada sesuatu. Dan ia juga kesenangan ( dalam batin ) karena telah kesampaian tujuan buruk, maka sempurnalah kepentingan yang dia targetkan, dan terlaksanalah tipu dayanya dengan sebab kedustaan ini.
    Maka barang siapa seperti ini sifatnya maka ia termasuk dalam orang yang di sebutkan ayat ini dengan pasti. Dan ia mendapat ancaman pedih. Dan contoh itu semua : seseorang ingin mencela orang lain, merendahkannya dan membongkar aibnya, agar manusia menjauh dari orang tersebut. Bisa jadi ( ia melakukan itu semua ) karena senang menyakitinya atau permuSuhannya atau karena adanya kekhawatiran yang muncul dari persaingannya dengan orang tersebut atas masalah harta atau kepemimpinan atau selain itu dari pada perkara yang terceLa, maka ia tidak bisa meraih itu semua kecuali dengan mencela orang tersebut dengan sebab perkara agama, contoh : ada seseorang telah membantah pendapat lemah dari pendapat- pendapat seorang ‘alim tersohor, maka ia ( tukang fitnah ta’yir ) menyebarkan di kalangan orang –orang memuliakan orang ‘alim tersebut, bahwasanya si fulan ( yang membantah ) membenci , mencela dan mencaci orang ‘alim tadi, maka ia ( tukang fitnah ta’yir ) menipu dengan perbuatannya tersebut setiap orang yang memuliakan orang ‘alim tadi. Dan ia mem buat dugaan ( opini ) bagi orang yang memuliakan orang ‘alim tadi, bahwasanya kebencian dan gangguan si pembantah orang ‘alim adalah termasuk amalan yang  mendekatkan  diri kepada Allah. Sementara ia ( tukang fitnah ta’yir ) telah membela orang ‘alim tersebut dan telah menghilangkan gangguan yang di tujukan kepada orang ‘alim tersebut, dan yang demikian itu adalah perbuatan yang mendekatkan diri kepada Allah. Maka terkumpullah aksi ini yang tampak sebagai nasehat dua perkara buruk lagi harom yaitu :
 Pertama : membuat opini bahwasanya membantah pendapat orang ‘alim ini adalah sebuah bentuk kebencian, pencelaan dan hawa nafsu kepada beliau, dan terkadang di opinikan bahwasanya ia ( tukang fitnah ta’yir ) hanya sekedar memberikan nasehat kepada kaum muslimin ( dengan perbuatan tersebut ) dan sekedar menampakkan apa-apa yang tidak halal untuk di sembunyikan dalam perkara ilmiyah.
 Kedua : Ia ( tukang fitnah ta’yir ) menampakkan celaan atasnya ( si pembantah orang ‘alim ) agar tercapai dengan perbuatan tersebut hawa nafsunya dan tujuannya yang rusak tapi dalam kedok sebuah nasehat dan pembelaan terhadap ulama syar’i. Dan semisal dengan tipu daya ini adalah kedholiman Bani marwan dan pengikutnya, yaitu ketika mereka membuat manusia condong kepada mereka dan menjauhkan hati manusia dari kecintaan terhadap Ali Bin Abi Tholib, Al Hasan, Al husein dan keturunan mereka Rodhiallohu ‘anhum.
      Dan sesungguhnya tatkala terbunuh Ustman Bin ‘Affan, kaum muslimin melihat, tidak ada yang lebih berhaq  dari pada Ali Bin Abi Tholib untuk menjadi kholifah, lalu mereka mem Bai’at beliau, lalu berusahalah orang- orang yang ingin membuat ummat lari dari Ali, yaitu menampakkan issu besar terbunuhnya Ustman bin Affan, dan betapa buruknya kejadian tersebut, dan memang demikianlah keadaan sebenarnya. Dan terus berentetan membuat opini bahwasanya yang membangkitkan massa untuk membunuh Ustman adalah Ali Bin Abi tholib dan ini sebuah kedustaan dan tuduhan keji. Dan Ali bersumpah dan menguatkan sumpahnya untuk menolak tuduhan. Dan beliau orang jujur lagi menepati janji. Tatkala mereka ( Bani Marwan ) menampakkan opini tersebut, terpecahlah banyak hati manusia yang tidak memahami fakta sebenarnya terhadap Ali Bin Abi Tholib. Lalu berlanjut, Bani marwan segera memerangi beliau atas slogan agama dan mendekatkan diri kepada Allah , kemudian terus berlanjut kepada memerangi seluruh anak- anak beliau Ridhwanullahu ‘alaihim. Mereka menampakkan dan menyebarkan perkara tersebut di mimbar- mimbar pada hari jum’at dan pada hari besar lainnya sehingga tertanamlah di dalam hati pengikut- pengikut mereka sebagai mana yang mereka ( Bani Marwan ) ucapkan. Dan bahwasanya Bani marwan lebih berhaq menjadi kholifah daripada Ali Bin Abi Tholib dan anak- anaknya karena kedekatan nasab mereka dengan Ustman Bin Affan, dan tindakan mereka ( memerangi Ali ) adalah sebagai menuntut balas ( atas kematian Ustman ), maka dengan modus tersebut, tercapailah pelunakan hati- hati manusia atas mereka, kemudian memerangi Ali dan anaknya setelah kematian beliau, lalu merekapun berhasil menetapkan kekuasaan pada mereka dan kokohlah perkara tersebut pada mereka. ( Halaman 36- 37 ).     
      Maka dari penjelasan di atas tampaklah bahwa makar Taufiq, Salim, Ari, Abu Izhar dkk bukan hanya meniti ( JIL ) jalan iblis tapi juga meniru perbuatan Yahudi dan orang munafiqin.
2.       ETIKA DALAM MENERIMA PENGADUAN
      Dalam bab ini saya menjawab ucapan Taufiq sebagaimana di atas, sekalian lisan Ust Abu Hazim Muhsin, karena Salim dkk belum puas dengan kebrutalan Taufiq dan telah bersama sama kanibal memakan seluruh daging kehormatan saya, menelpon Ust Abu Hazim sebelum kedatangan dauroh dan ingin mengadili saya ke dua kali sebagaimana ungkapan Ustman Pariaman. Bahkan tanpa sepengetahuan saya di kontrakan tahfizdh sudah berkumpul ikhwan tapah dan Jambi kota sebagaimana dalam kronologis, kemudian mereka ( Salim, Ari dkk ) mengadukan ini.... dan itu....kemudian justru lisan Ust Abu hazim bukan hanya sekedar membenarkan bahkan menjadi menjadi pelengkap fitnah dan kain kafan terhadap tulang belulang saya, setelah daging saya habis di makan renyah gurih murah meriah enak sedap lezat nikmat oleh Taufiq,  Salim,  Ari dkk .
Ust Abu Hazim mengatakan “ hendaknya kalian memberikan ‘uzur karena muhammad Ja’far justru dulu di Dammaj kesurupan terus....... begini..... dan begitu....dst. Allahul Musta’an atas kekejian dusta Abu Hazim Muhsin.  
     Seseorang yang menerima pengaduan baik perkara pidana atau perkara perdata dari pe ngadu, apakah ia penguasa, atau penegak hukum seperti polisi, hakim, jaksa atau masyarakat sipil seperti ustadz, kepala suku, teman dan lain sebagainya, maka wajib mendengar jawaban dari orang yang tertuduh sebelum memutuskan hukum ataupun memberikan kesimpulan, opini. Sebagaimana pelajaran dalam kisah Nabi Daud surat Shod ayat 21- 24 dan kisah Nabi Yusuf surat Yusuf ayat 15- 18, Sunnah Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam dan kisah Qodhi Syuraih.
وهل أتاك نبأ الخصم إذ تسوروا المحراب                                          إذ دخلوا على داوود ففزع منهم قالوا لا تخف                خصمان بغى بعضنا على بعض فاحكم بيننا بالحق ولا تشطط واهدنا إلى سواء الصراط                     إن هذا أخي له تسع وتسعون نعجة ولي نعجة واحدة فقال أكفلنيها وعزني في الخطاب لقد ظلمك بسؤال نعجتك إلى نعاجه وإن كثيرا من الخلطاء ليبغي بعضهم على بعض إلا الذين آمنوا وعملوا الصالحات وقليل ما هم وظن داوود أنما فتناه فاستغفر ربه وخر راكعا وأناب   

Artinya : Dan apakah sudah sampai kepadamu ( wahai Muhammad ), berita tentang dua orang yang berperkara (di depan Daud), tatkala rombongan orang yang berperkara meman jat pagar mihrab ( tempat Daud beribadah )(21). Tatkala mereka masuk ( menemui ) Daud lalu ia terkejut karena kedatangan mereka. Mereka berkata, “janganlah kamu merasa takut, ada dua orang yang bersengketa yang salah seorang dari kami berbuat dholim kepada yang lain nya, oleh karena itu berikan keputusan perkara di antara kami dengan adil, dan janganlah kamu berlaku dholim dan tunjukkanlah kepada kamu kepada keputusan yang adil (22). Salah seorang dari mereka berkata,” sesungguhnya saudaraku ini mempunyai sembilan puluh sem bilan ekor kambing betina dan aku hanya mempunyai satu kambing betina, lalu ia berkata padaku, “ serahkan seekor kambing betinamu itu padaku, dan ia mengalahkanku dalam per debatan (23). Berkatalah Daud,” sungguh saudaramu telah berbuat dholim kepadamu dengan meminta kambing betinamu ( yang seekor itu) untuk di tambahkan kepada kambing betinanya (yang banyak), dan sesungguhnya kebanyakan orang- orang yang berserikat ( mela kukan usaha bersama ) itu sebagian mereka berbuat kedholiman kepada yang lainnya kecuali orang yang beriman dan beramal sholeh dan sedikit tipe mereka seperti ini, dan Daud menge tahui yakin bahwasanya Kami telah mengujinya, lalu Daud memohon ampun kepada Robbnya dan lalu menyungkur sujud dan taubat (24 ). Surat Shod 21- 24.

       Dalam ayat- ayat ini Nabi Daud ‘Alaihissalam, telah memutuskan hukum perkara pelapor (Penuduh ) tanpa bertanya kepada yang tertuduh. Allah telah menegur perbuatan tersebut,Ini sebuah pelajaran bagi setiap penerima pengaduan agar ia mendengar jawaban dari orang tertuduh sebelum memutuskan hukum.
Allah Ta’ala telah berfirman :
                                                                                                         فلما ذهبوا به وأجمعوا أن يجعلوه في غيابة       الجب وأوحينا إليه لتنبئنهم بأمرهم هذا وهم لا يشعرون             وجاؤوا أباهم عشاء يبكونقالوا يا أبانا إنا ذهبنا نستبق وتركنا يوسف عند متاعنا فأكله الذئب وما أنت بمؤمن لنا ولو كنا صادقينوجآؤوا على قميصه بدم كذب قال بل سولت لكم أنفسكم أمرا فصبر جميل والله المستعان على ما تصفون                                   
Artinya : Tatkala mereka ( Saudara- saudara Yusuf ) membawa pergi Yusuf dan mereka bersePakat melemparkan Yusuf ke dalam sumur, dan ( di waktu ia sudah di dalam sumur ) Kami Wahyukan kepada Yusuf, “ kamu kelak akan memberitahukan kepada mereka perbuatan mereka hari ini pada saat mereka sudah tidak lagi mengingatnya ( 15 ) dan pada sore hari, mereka datang kepada bapak mereka sambil menangis ( 16 ) mereka berkata,” wahai bapak kami, sewaktu kami sedang pergi berlomba, kami tinggalkan Yusuf di samping barang- barang kami, lalu ia di makan srigala, dan engkau tentunya tidak percaya kepada kami sekalipun kami adalah orang- orang yang jujur ( 17 ) Dan mereka datang sambil membawa gamis Yusuf yang  di lumuri darah palsu. Ya’qub berkata,” sebenarnya dirimu sendiri yang memandang baik perbuatan ( yang buruk), oleh karena itu, bersabar adalah sikap terbaik dan Allah lah tempat meminta pertolongan dalam menghadapi perkara yang kalian ceritakan ( 18 ).
     Dalam ayat- ayat ini banyak di ambil pelajaran di antaranya :
1 . setiap penegak hukum atau orang yang menerima pengaduan hendaknya jeli dan cerdik dalam menerima cerita pengaduan seseorang, karena bisa jadi si pengadu itulah penjahat, orang dholim sebenarnya yang sedang menutup kejahatannya di depan manusia sebagai mana saudara- saudara nabi yusuf.
2 . Suatu bukti dalam sengketa perlu di teliti lagi ke absahannya karena bisa jadi bohong dan palsu sebagaimana baju yusuf yang di lumuri darah palsu, demikian juga para saksi, bisa jadi mereka bohong justru bersekongkol dalam suatu kejahatan sebagai mana saudara nabi Yusuf.
3 .   Setiap penegak hukum atau orang yang menerima cerita pengaduan jangan langsung mem benarkan laporan pengaduan seseorang apalagi langsung menghukumi orang yang tertuduh, walaupun si penuduh telah menyodorkan bukti dan saksi.
4.    Dan jangan terkecoh tertipu dalam sebuah pengaduan hanya sekedar melihat bentuk indi kasi yang mendukung keterangan mereka walaupun sampai tingkat menangis dan meraung. Sebagaimana Nabi ya’qub tidak langsung membenarkan ucapan, persaksian dan bukti semua anak- anaknya terhadap kasus Yusuf.
Di dalam buku ‘Umdatul Ahkam no 372 : dari Ibnu ‘Abbas Rodhiallahu ‘anhuma : Sesungguhnya Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda : jika di berikan manusia kebebasan dengan tuduhannya benar-benar manusia  akan menuduh darah dan harta mereka akan tetapi sumpah bagi orang yang tertuduh ( Bukhori 4552 dan Muslim 1711 ).
Maka dalam hadist ini Nabi Shallallahu’alahi wasallam menjelaskan barang siapa yang membeberkan tuduhan pada orang lain maka harus ada bukti untuk melegimitasi tuduhannya dan sumpah bagi yang tertuduh.
Dalam buku Addarori Al Mudhiyyah kitab 25 kitab khushumah ( pertengkaran ) Imam Muh Bin Ali As syaukani dari hal 329 –342 membahas bab ini, saya sebutkan di sini beberapa dalil-dalil sepanjang halaman tersebut yang di sebutkan beliau seperti, sabda Nabi Shallahu’alaihi wasallam : dua orang saksi engkau atau sumpah nya sebagaimana dalam shohihaini dari hadist Al asy’at Bin Qois, dalam shohih muslim dari hadist Wa il Bin hujrin : sesungguhnya Nabi Shallallahu’alaihi wa ‘ala alihi wasallam bersabda kepada Al kindi apakah kamu mempunyai bukti ? ia menjawab “ tidak ada bukti, beliau bersabda : bagi kamu sumpah.
Hadist Ibnu ‘Abbas dalam Shohihaini ( Bukhori 4552 Muslim 1711 ) sesungguhnya Nabi Shallallahu’alaihi wa ‘alaihi wa sallam menetapkan sumpah atas orang yang tertuduh. Dan di keluarkan Al Baihaqi dengan sanad shohih : bukti bagi yang menuduh dan sumpah atas orang yang mengingkari.
Dan Ibnu Hibban dari hadist Ibnu Umar semisalnya dan di keluarkan At Tirmidzi dari hadist ‘Amr Bin Su’aib dari bapaknya dari kakeknya semisalnya.
       Demikian juga kisah Qodhi Syuraih bin Al Harist Al kindi ( Yaman ), di masa Umar Bin Khattab menjabat qodhi di Kufah ( Iraq sekarang ), datang seorang wanita dengan siterunya dalam keadaan menangis, lalu sebagian orang yang hadir berkata kepada Syuraih, saya tidak mempunyai dugaan kecuali wanita yang menangis itu dalam keadaan terdholimi, maka Syuraih berkata, “ apakah kalian tidak pernah mendengar kisah saudara- saudara Nabi Yusuf, ketika menemui ayah mereka ( Nabi Ya’qub ) pada waktu malam hari dalam keadaan menangis? Apakah menurut kalian mereka ( saudara- saudara Nabi Yusuf ) itu orang yang terdholimi atau orang dholim sebenarnya ?. Motto yang selalu di ulang- ulang oleh Syuraih di sidang pengadilan adalah : “ kelak suatu hari nanti yang zholim akan mengetahui kerugian di pihak siapa, yang zholim akan menanti siksa, yang terzholimi menunggu keadilan, aku bersumpah atas nama Allah bahwa setiap orang yang meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya aku merasa kehilangan dia “.    
       Kisah ini menerangkan bahwasanya sebuah kekuasaan, jabatan atau pekerjaan baik besar maupun kecil haruslah yang memikulnya orang yang memiliki keahlian, kekuatan, amanah dan ilmu tentang pekerjaan atau jabatannya.
       Wahai Ust Abu hazim Muhsin dan Taufiq, dari penjelasan di atas justru para pengadu kepada kalian yang harus kalian kritisi seperti Salim, Ari, Abu Faris dkk , tapi kenya taannya kalian berdua justru menambah kejahatan di atas kejahatan, kenistaan di atas kenis taan dan menyempurnakan kekejian di atas kekejian dari diri kalian sendiri, itu semua menun jukkan kesengajaan kalian ( Salim, Taufiq, Ari Aryo dkk ) bahkan sudah di rencanakan matang sebelum jauh hari ), makar untuk memfitnah dan menghancurkan saya bukan karena sebuah kekhilafan manusiawi .
              KENANGAN DENGAN UST ADNAN MAJID MENADO DAN UST lHSAN BANTUL                        JOGYA  DI DAMMAJ YAMAN.
      Waktu saya menuntut ilmu di Dammaj mulai Mei 2001 sampai desember 2004, saya sempat mengalami beberapa sengketa tuduhan fitnah dari beberapa kawan sesama penuntut ilmu, namun saya persaksikan berangkat dari kekhilafan semata dan yang menjadi qodhi ( penerima pengaduan ) pun santun, adil, ramah, beradab dan tidak ada untuk menambah menghancurkan saya berbeda dengan Taufiq dan Ust Abu Hazim Muhsin.
      Kasus pertama : saya pernah mendapat amanah memegang kunci sebuah kotak dari si fulan. Dan saya di perbolehkan meletakkan buku saya di dalam kotaknya dalam asrama di lantai bawah mesjid suatu ketika, si fulan pemilik kotak ini mengaku kehilangan tape recorder di dalam kotak tersebut, dan menuduh saya yang mencurinya karena kotak masih terkunci dan saya memegang satu kunci, saya mengingkari tuduhan dan dia pun bersikeras dengan tuduhannya karena indikasi tersebut.Lalu saya mengembalikan kunci kotaknya. Sungguh saya tersinggung dan marah dengan fitnahnya. Suatu ketika saya masuk kamar Adnan Majid Menado, beliau dengan senyum ramah berbicara tentang kasus saya, beliau berkata membela kehormatan saya, “ saya sudah menasehati si fulan itu, kamu tidak bisa menuduh Muhammad Ja’far yang mencuri tape recordermu karena kamu tidak punya bukti dan saksi , mungkin kamu kelupaan meletakkan tape mu dimana....cari dulu”. Sayapun mengucapkan terima kasih jazakallahu khoiro kepada Adnan majid yang telah membela kehormatan saya dan sayapun mengingkari tuduhan tersebut. Sungguh jika di tinjau subjektif, saya kalah karena berhadapan dengan teman lebih lama belajar di Dammaj. Beberapa hari kemudian, saat saya di dalam kamar pribadi, tiba-tiba ada mengetuk pintu, saya buka pintu, ternyata sang penuduh saya dengan muka ceriah ramah berseri berkata,” afwan ya Muhammad ja’far atas kesalahan saya, tape recorder sudah saya temukan di dalam saku jaket saat saya mau mencuci pakaian........dst”. Saya pun menasehati nya singkat, sayapun tulus mema’afkannya tiada bekas gores luka di dalam hati saya. Setiap manusia pasti mempunyai kesalahan, sebagaimana ia fulgar menuduh saya, iapun fulgar minta ma’af dan mengakui kesalahannya dengan kesatria.Kemudian si fulan kembali menyerahkan kunci kotaknya pada saya, tapi saya menolak, tidak mau kejadian itu terulang lagi. Sejak itu baik di Dammaj maupun ketemu di negeri ini, saya bergaul dan  bertemu mesra dengannya tiada ganjalan bekas luka di hati.Ini kekhilafan manusiawi tidak ada unsur sengaja makar menghancurkan kehormatan saya seperti makar Salim, Ari, Abu Izhar dkk , Ust Abu Hazim Muhsin dan Taufiq Hidayat Kuningan.
Sayapun bersyukur kepada Allah Ta’ala, tape recorder nya di temukan, sayapun bersih dari tuduhan,sementara jika tape nya, benar-benar hilang, dan bisa jadi ia masih memendam tuduhan maka menjadi buruk prasangka anyir menyengat terus kepada saya bagaikan langit yang tiada bertepi.
      Kasus kedua : suatu ketika Abu ihsan Bantul Jogya menemui saya dengan ramah dan santun, mengajak saya berbicara tertutup berdua, lalu memulai pembicaraan,”mohon ma’af, ada tuduhan untuk antum dari fulan, bahwa antum telah menjual kamar antum ke si fulan dan telah menerima uang sebagaimana harga, kemudian secara sepihak antum membatalkan dan mengembalikan  uang tersebut kepadanya...........dst”. Sayapun menjawab singkat,” saya tidak ada, menjual kamar saya kepadanya, fakta sebenarnya, sudah tersebar berita bahwa saya ingin pulang ke Indonesia, tiba-tiba si fulan itu gigih sekali mau membeli kamar saya, walaupun sudah saya bilang tidak jual, tetap merayu terus, sampai suatu ketika di depan teras mesjid, si fulan itu menyodorkan uang dengan paksa ke tangan saya, untuk beli kamar, saya tegas menolak, sampai ia menghiba, ya Muhammad ja’far saya malu di lihat orang seperti ini..........., terimalah uang di tangan saya ini....siapa tahu antum dengan melihat uang ini di kamar, mau jual kamar antum.. bawa dululah..... Saya mengalah untuk menjaga perasaannya, menerima uangnya dan saya katakan saya tidak jual kamar dan uang akan saya kembalikan”. Kemudian uang tersebut saya kembalikan padanya. Abu Ihsan Bantul menjawab, “ jika seperti itu kejadian sebenarnya, ya  sudah.....Sungguh saya tidak ada di bentak, di tunjuk- tunjuk di depan umum.....bicara kesana kemari, tuduhan di ulang-ulang ..dst  seperti perlakuan Taufiq Hidayat sebagaiman ikhwan Jambi kota dan Abu izhar persaksikan ( baca kronologis ) padahal saya sudah menjawab singkat, dan semua yang sejalan dengan lisan Salim, Ari dkk  termasuk Abu Ja’far Azmi Aceh suka mengulang pertanyaan tuduhan, demikian juga ketika saya di sidang di malam makar. Abu Ihsan Bantul tidak pula memperlakukan saya seperti perlakuan kamu wahai Abu Hazim bagaikan politik belah bambu menginjak sebelah dan mengangkat sebelah lainnya, senyum kepalsuan lain di muka lain di belakang, bermahkotakan peci kesholehan,  manis di depan menikam bisa di belakang, menanam tebu di tepian bibir rebung berduri di dalam hati, memoles madu di bibir menyimpan duri beracun di hati, bercakap bagaikan manis santan  menyembunyikan empedu di hati dan keris beracun di pinggang belakang. Padahal jika di lihat dari sisi subyektif, saya kalah dengan si fulan tersebut, karena Ust Abu Ihsan Bantul sudah lama mengenalnya waktu di Laskar jihad dulu. Lalu saya mendatangi si Fulan itu tertutup, dan menegurnya baik- baik, ia pun minta ma’af kepada saya, karena di kuasai perasaan ingin beli kamar saya. Sayapun mema’afkannya, tiada bekas luka di hati sehingga baik di Dammaj maupun ketemu di Indonesia bertemu mesra. Ini kekhilafan manusiawi tidak ada kesengajaan dan perencanaan makar untuk menghancurkan kehormatan saya sebagaimana makar Salim, Ari , Abu Izhar dkk , Ust Abu Hazim Muhsin dan Taufiq Hidayat kuningan.
     Kasus ketiga : waktu saya baru seminggu atau dua minggu di Dammaj, saya  mau kembali ke Son’a ambil uang tiket pesawat pulang, karena ketika berangkat beli tiket PP. Ada seorang teman yang sudah lama belajar di Dammaj, titip pesanan, saya pun meminta ia tulis sendiri pesanan di kertas, lalu si fulan ini memberikan kertas catatan pesanan dengan uangnya.
Pulang dari Son’a, saya memberikan pesanannya dengan sisa uangnya, kemudian si fulan memprotes saya, dengan tuduhan telah membeli sebuah susu kaleng tidak sesuai pesanan merk. Saya bersikukuh, susu itu sudah sesuai pesanannya, ia tetap ngomel.....tidak pernah minum susu merk tadi.
Akhirnya saya mencari kertas catatan pesanannya, lalu saya berkata kepadanya, “kertas ini adalah catatan pesanan, antum sendiri yang tulis”. Kemudian ia membacanya, lalu senyum tertawa,” kok saya salah tulis merk ya, kok saya lupa”. Afwan ya Muhammad Ja’far.
Dalam satu hari, si fulan ini lupa sendiri apa yang ia tulis dalam pesanannya, gimana jika tidak  ada catatan, dan ia bersikukuh menuduh saya, lalu cerita sama orang cari dukungan ? secara subyektif, saya pasti kalah karena ia sudah lama belajar di Dammaj dan saya baru datang. Inilah potret penuduh atau di perhalus bahasa “ pengeritik  atau kritikan “.
 Bisa jadi penuduh atau pengeritik itu yang salah, buruk sangka, lupa, bodoh, jahat, salah dengar, salah paham, salah lihat, salah baca, miss komunikasi, atau BUSER aib- aib ....dst, sungguh betapa indahnya atsar salaf menyibukkan dengan aib dan kekurangan sendiri, menghisab diri sendiri dan betapa keji dan nistanya (JIL ) jalan iblis dan kanibal kehormatan manusia.
KENANGAN DENGAN UST LUQMAN BA’BDUH DAN UST QOMAR SU’AIDI
      Pada tahun 2010, Muhammad Surur mengadakan dauroh mengundang Ust Luqman Ba’abduh dan Ust Qomar Su’aidi Lc, di sebuah mesjid di belakang POLDA Jambi. Saya menganjurkan ikhwan Jambi berta’awun dalam pembiayaan, persiapan dan kepanitiaan. Padahal dari awal saya sudah mengetahui, ada kepentingan pribadi Muhammad Surur dalam dauroh ini, yaitu ingin menyidang saya, karena Muhammad Surur percaya penuh dengan fitnah lisan dusta adu domba Yuda Abu Ihsan, yaitu Yuda telah berdusta memfitnah saya, telah membuat SMS gelap berkaitan kehormatan pribadi Muhammad surur. Namun beberapa orang ikhwan Jambi kota, mengundurkan diri dalam kepanitiaan seperti Abu Faris, Abu Luqman, Rano mereka bercerita kepada saya, yang intinya  alasan tidak cocok dengan gaya bicara Muhammad Surur, yang mereka anggap tidak menghargai orang.( tidak perlu saya sebutkan alasan mereka terperinci ). Wallahu a’lam. Dalam kenyataan inipun, masih ada orang-orang yang buruk busuk prasangka kepada saya, menuduh bahwa sayalah yang melarang ikhwan Jambi Kota untuk berta’awun dalam kepanitiaan saat itu. Allahul Musta’an. Pada hakekatnya mereka menyangka semua manusia seperti prilaku dan lisannya.    
     Kemudian Muhammad Surur mengirim surat undangan kepada saya pada waktu dan jam yang telah di tentukan, dengan materi membicarakan masalah-masalah di antara ikhwan. Saya sudah mengetahui dari beberapa ikhwan, ini hanya surat undangan kedok saja, padahal sasarannya saya sendiri. Saya langsung datang, menemui dan menyambut Ust Luqman dan Ust Qomar dengan membawa sedikit buah tangan, di rumah Abu Pasha dan yang membukankan pintu adalah Muhammad Surur. Saya di persilahkan masuk, dan menemui Ust Luqman dan Ust. Qomar di dalam kamar. Setelah berbincang sebentar, saya mempertanya kan agenda muhammad Surur kapan di mulai ? Beliau malah menjawab, tidak mengetahui, nanti tanya ke Muhammad Surur. Setelah berbincang, saya pamit pulang malam itu juga.
     Di sela dauroh, saya kembali mendatangi beliau di mesjid di waktu istirahat, bertanya kapan kita duduk berbicara ? Beliau menjawab “ cukup kita berempat ( ana, Ust. Qomar, antum dan Muhammad Surur ), jangan melibatkan ikhwan”.,Saya jawab, “setuju saja”.  Beliau melanjutkan “jika ada ‘aib antum nanti malu di bicarakan, jika ada ‘aib Muhammad Surur nanti malu di bicarakan”. Saya jawab” jika saya ada ‘aib, saya senang di luruskan dan di nasehati dengan cara santun, apalagi pembicaraan tertutup, itu sudah ada itikad baik”. Beliau senyum. Besok hari pada hari kedua, setelah shubuh ta’lim di rumah Abu Pasha, kemudian setelah itu pindah ta’lim di Mesjid bagan Pete sampai selesai. Setelah sarapan pagi, saya menemui Muhammad Surur, dan Ust Luqman pada tempat berbeda bertanya kapan agenda pertemuan kita ?, ternyata jawaban mereka semua sama, tidak jadi, tidak usah.
      Beginilah ulah lisan Yuda, si busuk prasangka anyir menyengat berulat, pendusta adu domba di antara manusia. Padahal saya yang mencarikan istri untuk Muhammad Surur dan menghubungi mertuanya, merekom isi ta’lim di WKS Tebing Tinggi, padahal awalnya ikhwan WKS ingin dari jawa yang sudah senior, juga saya mengusahakannya agar ia mengisi ta’lim di Sei Bahar. Apapun masalah yang saya dengar tentang Muhammad Surur, saya menemui ke rumahnya di WKS di sela- sela ta’lim, menasehati baik- baik tertutup, begitu juga ketika bertemu di Jambi Kota. Datanglah manusia provokator, busuk prasangka, pendusta adu domba, membuat keributan antara saya, Muhammad Surur dan ust. Luqman ba’abduh. Semoga Allah sajalah yang membalas kejahatan Yuda selama ini. Jika pun pertemuan tertutup tetap di adakan,maka ‘aib kembali kepada yang punya i’tikad.
      Wahai Abu Hazim Muhsin, bandingkan kepribadian, lisan dan ilmumu dengan Ust luqman .  Muhammad Surur adalah murid beliau, secara emosionil tentu lebih dekat dengan murid nya.Namun beliau dan Ust. Qomar tidak ada  bersikap seperti lisan dan kepribadianmu.

KENANGAN DENGAN UST ZUHEIR SYARIF BENGKULU
      Setelah dauroh Ust Luqman Ba’abduh dan Ust Qomar Su’aidi di kota jambi sekitar 5 tahun lalu, Sholihin Purwodadi mengundang beliau ke Jambi, untuk menyelesaikan fitnah Yuda Abu Ihsan dan Muhammad Surur ( sebagaima sudah di bahas di atas ), saya terserah kepada Sholihin dan Muhammad Surur, siapa yang mau di jadikan hakim untuk mengadili saya atas tuduhan- tuduhannya. Saat itu insya ALLAH saya sudah siap menjawab, meladeni tantangan mubahalah muhammad surur bahkan melakukan serangan balik membongkar akhlaq Muhammad Surur yang selama ini saya tutupi atau saya sabari baik saya sebagai korban langsung maupun persaksian manusia dari Medan, Riau sampai jambi. Rencana pertemuan di adakan di Ds Purwodadi, saya langsung ke Desa Purwodadi, saya lama menunggu beliau , akhirnya beliau datang sendiri. Setelah duduk berdua berbincang sebentar, beliau bicara singkat, “ saya sudah menasehati semua prilaku muhammad Surur dan menyarankannya kembali belajar ke Ust Luqman......................dst. Saya sebagai orang yang banyak di tuduh, Ust Zuheir, hanya mempertanyakan satu hal saja, itupun bisa saya jawab, duduk perkaranya. Adapun fitnah murahan Yuda yang lain tidak di pertanyakan.Ust Zuheir bisa mengkritisi semua tuduhan mereka berdua, padahal belum bertanya kepada saya apa jawabannya. Dan tidak ada berprilaku seperti Taufiq dan Abu Hazim Muhsin. Wahai Ust Abu Hazim, inilah asatidzah yang sekarang di katakan sebagai hizbi dalam konteks samudra fitnah Yaman, namun mereka semua bersikap adil terhadap saya, ketika kehormatan pribadi saya di nodai, sesuai dengan ilmu syari’at, santun, bijaksana, adil, dan beradab di depan dan  beradab belakang saya. Tetapi kamu menjadi mufti kanibal pemakan kehormatan manusia dan mufti jalan iblis, pandai menanam tebu di pinggir bibir rebung berduri di hati, menikam bisa dari belakang. Mengulas senyum kepalsuan di bibir bermahkotakan ‘imamah kesholehan berbalut jubah domba menuntun srigala pemakan kehormatan manusia. Maka teranglah makar kamu, Taufiq, Salim, Ari, dkk sebenarnya adalah pembunuhan karakter dan kanibal kehormatan.                                                                                                                                                    
     Bahkan ketika jum’at siang tgl 22 maret 2013/ 10 jumadil awwal 1434 H, Taufiq sudah sekian banyak menumpahkan tuduhan kepada saya sebagaimana kronologis, sampai-sampai Taufiq berkata,” waktu dauroh di Purwodadi, Sholihin bercerita kepada saya..........kok begitu  akhlak kamu.
Dalam point ini, Salim kesibukan mengisyaratkan Taufiq untuk diam, Taufiqpun diam lalu bera lih menuduh ke perkara yang lain tidak menyebut nama Sholihin  lagi. Wahai Salim, kenapa kamu sibuk mendiamkan Taufiq ketika ia menyebut nama Sholihin? apakah kamu takut saya jawab?
Silahkan Sholihin bersikap ksatria, jika tidak ada mengadakan pembicaraan dengan Taufiq atau Salim, silahkan mengingkari datangi Abu Izhar sebagai donatur dan tuan rumah makar Taufiq. Karena sudah kelihatan belang terang benderang Salim manusia Raja pendusta dan Raja adu domba.
Tuduhan Taufiq ke 9 : Antum mau membubarkan dauroh saya ini , menghalangi dakwah salafiyah adalah thoriqoh ( jalan, cara ) iblis.
Saya jawab :   saya tidak ada mau membubarkan daurohnya sebagai dalam kronologis di atas, justru menunjukkan kekejian lisan Salim musuh dalam selimut, membuat dusta adu domba.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar