FITNAH : ORANG YANG MAKAN NANGKA SAYA YANG KENA GETAH.
Di picu oleh sebuah SMS
gelap beberapa karakter, jika orang membaca dan mendengar nya mengarah ke
pribadi Muhammad surur murid Ust Luqman Ba’abduh. Ketika Ahmad Farid membacakan
sms gelap tersebut, di depan saya, saya langsung memberhentikannya. Pengirim
sms tertulis tungkal, sehingga saya tidak tahu isi semuanya. Saya mengingkari
per buatan tersebut. Mulailah Yuda memfitnah, berdusta dan namimah,
mengatakan bahwa Rano Abu Zufar yang menulis atas perintah saya, padahal Rano
sudah mengingkari. Muhammad Surur pun terpancing dusta namimah( adu domba ) Yuda, mulai pula merobek kehormatan saya, dan juga
orang yang percaya dengan Yuda dan Muhammad Surur ikut merobek kehormatan saya,
sehingga fitnah terus beanak pinak. Ahmad Farid sebagai tabiat aslinya suka
dengan gosip dan namimahpun ikut serta memanas- memanasi Muh surur. Mereka
berdua ( muhammad surur, yuda )seiya dan sekata menempel dan berdampingan
bersanding indah melakukan fitnah terhadap saya, sudah ada persamaan batin dan
watak mempersatukan mereka. Saya mengingkari perbuatan tersebut selesai ta’lim
di WKS tebing tinggi. Walaupun saya dan Rano sudah mengingkari tetap saja Yuda
dan Muhammad surur memfitnah saya dengan kilah dalih tidak mungkin Ust muhammad
ja’far dan Rano mau mengaku. Bahkan Ahmad Farid ikut serta memanasi muhammad
surur, menjadi pengadu domba kesana kemari. Dan sayapun tidak heran dengan
lisan Ahmad Farid sejak tahun pertama bahkan sekarang di barisan Salim.Suatu
ketika Solihin Purwodadi berkata kepada saya “ saya sudah ke WKS Tebing tinggi
ustadz, saya sudah tahu pelakunya, dia sakit hati dengan akhlaq Surur tapi
Ustadz yang kena korban”. Saya tidak ada memaksa Sholihin untuk membuka siapa
pembuat SMS sebenar nya, biarlah aib pelakunya tertutup bagi saya selama-
selamanya. Fitnah Yuda Muhammad Surur ini terus berbuntut panjang sekali. Ada
seorang perempuan fulanah sangat mempercayai dusta namimah Yuda lalu merobek
kehormatan saya di daerah MA Bungo (
masih di pulau Sumatra ), lalu jama’ah berkumpul berinisiatif moyoritas
mengusulkan untuk mengusirnya, ada yang menahan dengan alasan dia di butuh kan
ngajar anak- anak. Lalu penanggung jawab ta’lim di daerah ( si fulan ) tersebut
menelpon saya tentang perbuatan fulanah....begini......... begitu...., lalu
mereka berunding moyoritas mengusulkan untuk mengusirnya, lalu si fulan minta
tanggapan saya. Satu sisi saya terharu, orang luar Jambi kota cepat tanggap
membela kehormatan saya sementara yang di Jambi kota tenang- tenang saja, akan
tetapi saya menyarankan jangan di usir...... biarkan ia berbuat sesuka hatinya,
nanti jika ia sudah puas, ia akan mencaci maki dan namimah sesama kalian.
Beberapa waktu kemudian si fulan ini telpon
membenarkan ucapan saya, “Sekarang si fulanah sudah namimah antara
jama’ah sudah terjadi perselisihan di antara jama’ah bahkan sampai berani adu
domba saya dengan lainnya”, setelah berunding moyoritas jama’ah me ngusulkan
agar ia di usir dari daerah tersebut, belum sempat di sampaikan kesepakatan
kepa danya, fulanah sudah pergi duluan dari daerah tersebut. Beberapa bulan
kemudian Ust Zuheir Syarif Bengkulu datang ke jambi menasehati Muhammad surur
dan menyarankannya kembali belajar. Kembali ke pada lisan pendusta, provokator,
namimah busuk prasangka menyengat berulat Yuda, terus memfitnah namimah di
antaranya:
1. Adu domba langsung
dengan Ust Dzulakmal Riau. Di awali dengan kejadian Ust Dzulakmal
mentahzir Zubeir Perawang Riau karena
beberapa masalah. Suatu ketika sedang ta’lim ahad pagi di Jambi, beliau datang
duduk ta’lim, selesai ta’lim saya menyapanya karena sudah kenal baik, ketika
saya di Pekan Baru, dan saya undang Zubeir ke rumah saya dan saya tunggu.
Kemudian saya melayani pertanyaan sebagian ikhwan. Dan saya melihat Yuda
mendatangi dan berbincang dengan
Zubeir.Saya lama menunggunya sehingga sempat menelpon, ternyata masih
berbincang dengan Yuda. Di rumah saya, makan siang bersama berbincang sebentar
kemudian pamit safar ke Pekan Baru, sempat Zubeir cerita “ bahwa Yuda ingin
memasukkan anaknya ke SDIT Yayasan Imam Bukhori Jambi ( Ust Abu Salma lc ),
lalu saya menasehati jangan, rintis saja sama ustdz, jika tidak mulai kapan
lagi..dst. Beberapa hari kemudian Ust.Dzulakmal telpon saya dengan gaya khasnya
ngamuk- ngamuk, kenapa menerima Zubeir, ia harus di usir karena
begini....begitu... saya bertanya” siapa yang memberitahu Ustadz ? Ust
Dzulakmal jawab” Yuda yang telpon saya.
2. Adu domba tidak
langsung dengan Ust Dzulakmal. Yuda menelpon Ustman pariaman, ternyata ust
Dzulakmal disampingnya, lalu beliau bertanya tentang pembicaraan tersebut, dan
Ustman menjawab. Beberapa waktu kemudian Ust. Dzulakmal menelpon saya, lalu
dengan gaya khasnya ngamuk- ngamuk. Saya bertanya “ siapa yang memberitahu
Ustadz? Beliau menjawab “Yuda.” Padahal faktanya dari Ustman dari Yuda.
3. Adu domba dengan
Ust Bukhori Prabu mulih SUMSEL, info dari Marwan sendiri yang cerita pada saya
dan pengakuan dari Yuda telah menelpon Ust Bukhori begini....begitu....
4. Adu domba dengan
Abu Roziq Jakarta ( asli padang ), beliau mengaku pada saya menasehati Yuda
5. Pengakuan Salim
Boyalali sendiri di telpon Yuda sa’at masih di Jawa via telpon
6. Adapun Abu Fatimah
Padang Kota hanya menyebutkan info ikhwan Jambi kota tanpa menyebut nama,
adapun isi sama dengan lisan yuda di Jambi.
7. Adu domba dengan
Ust. Luqman Ba’abduh, ketika beliau dan Ust Qomar Su’aidi mengada kan dauroh di
kota Jambi sekitar 4 tahun lalu. Muhammad Surur dan Yuda sudah mengadu ke
beliau, saya sudah menyanggupi ketika beliau ( Ust Luqman ) ngajak berbicara
tertutup, ternyata tidak jadi, di batalkan oleh beliau. Namun ketika di dauroh
Veteran jogya, Saya dengan Ust Luqman Ba’abduh dan Ust Qomar Su’aidi duduk
bertiga di sebuah kamar. Ust luqman sempat emosi, menganggap saya tidak ada
menasehati prilaku muridnya, padahal ketika saya ta’lim di Tebing tinggi,
terkadang saya mengunjungi langsung Muhammad surur ke rumahnya mericek tuduhan
atau laporan ikhwan lalu menasehatinya tertutup berdua saja, atau ketika lagi
kebetulan Muhammad surur berkunjung ke rumah saya, sekalian mericek lalu
menasehatinya. Saya anggap Muhammad Surur adalah saudara saya, sayalah dulu
yang merekomnya isi ta’lim di WKS Tebing tinggi, di saat mereka menginginkan
ustadz dari jawa, istrinya pun dulu adalah murid saya di Pekan baru, dan
sayalah dulu yang menjadi wasilah ta’aruf mereka. kemudian ada pembicaraan yang
menyerempet fitnah dakwah....tapi bukan fitnah Yaman.
Marwan membela dan
bisa bersanding manis indah dengan Yuda Abu Ihsan karena banyak persamaan watak
dan tabiat serta sebagian fitnah Yuda adalah bagian fitnah Marwan.
8. Saya di tuduh
merekom ikhwan Sururi untuk mengajar anak- anak lalu fitnah ini beranak pinak,
saya di tuduh sudah menyeberang menjadi Ustadz sururi. Itu pun di picu lisan
Marwan. Suatu ketika Marwan termasuk salah seorang yang saya undang musyawaroh
untuk wacana bantu saya ngajar anak-anak yaitu Ali bafadhol mahasiswa IAIN yang
menghadiri ta’lim saya, namun ia tidak punya motor apakah bisa atau tidak,
perlu di tanya dulu. Belum sempat saya bertanya ke Ali Bafadhol saya sudah di
fitnah kemana- kemana oleh Yuda. Saya tidak tahu sama sekali saat itu ternyata
Ali Bafadhol juga datang ta’lim ke ust Abu salma lc Yayasan Imam Bukhori Jambi. Jika Marwan kenal
Ali Bafadhol kenapa Marwan tidak memberi tahu saya atau menasehati saya ketika
dalam musyawaroh atau di luar musyawaroh? Marwan lebih senang menjadi tukang
ghibah, ngrumpi dan gossip , reporter info taiment dan tukang fitnah adu
domba bersama Yuda. Bahkan Abu salsa
Solo yang pernah kerja di WKS Tebing tinggi menel pon ke salah seorang ikhwan
tapah mericek, apakah benar berita, saya sudah menyeberang menjadi Ustadz
sururi. Demikianlah api lisan Marwan dan Yuda. Ternyata baru ketahuan Marwan
lebih satu tahun lamanya memasukkan anak
pertamanya Ubaid ke Play grup/ Tk yayasan imam bukhori ust Abu Salma lc yang
dia tuduh Sururi. Wahai Marwan mana harga diri dan kehormatanmu serta rasa
malumu? Bahkan kamu belajar dengan Ust Abu Salma Lc. Justru kamu menjadikan
orang yang kamu tuduh sururi sebagai ustadz anakmu, dan Ustadz mu sendiri,
sementara kamu menjadikan saya sebagai bahan ghibah, bisik- bisik, gossip,
ngrumpi seperti arisan ibu- ibu kampung
dan fitnah adu domba tatkala baru wacana
Ali bafadhal untuk mengajar anak- anak. Bahkan kamu sejak tahun pertama suka
mencari- cari kesalahan- dan aib murid – murid Ust Abu Salma baik yang sedang
dan yang telah berlalu, yang dia sudah tobat.
Demikin juga pada
hari ini, Dzulfadhli& Marwan saling bertolak belakang dan bersiteru, namun
bisa bersanding manis indah mempesona memfitnah saya. Marwan berbeda visi
dengan Salim terhadap samudra fitnah Yaman, namun bisa berdampingan bersanding
indah mempesona lengket menjadi kaki tangan mata telinga bala tentara fitnah Salim dan belajar dengan Abu Sulaiman
jeri Bengkulu. Demikianlah persamaan jiwa watak dan tabi’at kalian telah
merekatkan dan menyatukan hati- hati kalian untuk melakukan pembunuhan karakter
terhadap saya dan terhadap manusia.
9. Suatu ketika
Tirmidzi Sei lilin,yang sekarang sudah
pindah ke ma’had Ust Bukhori Prabu mulih bercerita kepada saya, bahwa ia
di telpon Ust fulani dari Jawa, mengaku:”ketika mereka dulu datang rombongan bulan syawal ke jambi 3,5 tahun
lalu (mengunjungi/ta’ziyah ortu Ust Saifuddin Zuhri lc JATENG kemudin terus
safar ke Bengkulu mengunjungi ust Abu Turob yang barusan pulang dari Yaman
bulan Ramadhan),mereka memperhatikan gerak gerik, gaya bicara bahkan cara
berjalan Ust Muhammad Ja’far, sejak dari jambi sampai selama di Bengkulu
ternyata tidak sama seperti yang di fitnahkan yang beredar........dst. Kata
Tirmidzi “ saya membela kehormatan ustadz, selama ini saya bergaul belajar
tidak seperti itu... Saya katakan, saya berlindung kepada Allah dari pada hal
tersebut, saya tidak bisa memastikan namun sebagian ucapannya untuk pembunuhan
karakter saya, ada kemiripan dengan fitnah ini.
10. Suatu ketika Ustman
Pariaman menelpon saya, memberitahu, “ bahwa Yuda Abu Ihsan menelponnya,
mengatakan” bahwa Ust Muhammad Ja’far mensyaratkan jika ia ( Yuda ) minta ma’af
atas semua kesalahan maka harus di masukkan di internet”..., Ustman bertanya (
ricek ) kepada saya, “apakah benar ustadz? Saya jawab,”saya tidak pernah
mengatakan demikian, ini fitnah dusta Yuda”.
11. Wahai Marwan,
bukankah setelah kedatangan Ust Zuher Syarif ke Jambi menasehati Muh Surur,
kamu sendiri berbicara kepada saya, Yuda sekeluarga akan pindah belajar ke
Jawa? Mana bukti ucapan kamu ?
12. Ketika dauroh Ust Dzulakmal, Yuda pun ikut makar beliau
untuk mengambil alih mesjid Bagan pete, bahkan ikut meminta sertifikat tanah
mesjid kepada Salman sebagaimana pengakuan Salman. Masih ada lagi rentetan
lisan Yuda dan Muhammad Surur juga menam bah, tapi sudah cukup sebagian contoh
di atas.
13. Marwan pernah mengatakan pada saya “ bahwa Yuda
bercerita bahwa saya di berhentikan mengajar di Bahar karena akhlaq
buruk.Fitnah ini ternyata sampai juga ke Tirmidzi sei lilin, sehingga ketika
mengisi ta’lim di Bahar, ia berinisiatif sendiri bertanya langsung kepada
Marimin Bahar, maka Marimin mengingkari. Kemudian Tirmidzi bercerita kepada
saya tentang pertemuannya dengan Marimin. Semoga Allah Ta’ala membalas kebaikan
Marimin jujur dengan fakta.
14. Saya persaksikan sejak sebelum fitnah muh surur
muncul, Yuda adalah sosok orang yang tidak beradab berbicara, bertamu, tukang
nammimah dan suka ngatur orang dalam urusan pribadinya, jika tidak terpenuhi
maka akan mencari pendukung dan provokator kasak kusuk kesana kemari. Dan point
ini banyak kasus.
15. Marwan pun
meramaikan fitnah Salim yaitu berkaitan tukang urut dukun dan yang lainnya.
Apalagi Marwan adalah target utama Salim untuk mengadakan dauroh sebagaimana
kronologis dan Marwan awal ikut mengantarkan anak ( Ubaid ) ngaji, sehingga
semakin memudahkan menjalian hubungan batin yang terpendam.
Tuduhan Taufiq ke 8 ( pada sabtu sore 16 maret 2013/ 4 Jumadil awwal
1434 ) : menasehati kesalahan- kesalahan antum depan ikhwah bukan ghibah.
Jawaban saya : Tampak
sekali Taufiq sudah taqlid dan mengkultuskan dan guluw ( berlebih- lebihan )
terhadap Salim, demikian juga Abu Izhar, Abu Faris dan Abu Luqman sebagai orang
yang di tuakan tidak malu bersikap demikian kepada Salim, demikian juga tidak
malu kepada saya sebagai korban yang di zholimi. Sehingga puluhan tuduhan Salim
kepada saya, baik sebelum malam makar dan malam makar Taufiq, tidak perlu lagi
di tanya kepada saya ( ricek ) baik- baik, sopan santun, apalagi tertutup tapi
langsung di nasehati ( dalih makar ) di depan umum itu pun di iringi emosi yang
meledak- ledak dan tunjuk- tunjuk tangan, dan tidak mempercayai lagi hak jawab
saya, pada hakekatnya justru obral fitnah, celaan, hinaan dll. Ini kekejian Abu
Izhar, Abu Faris, Abu Luqman, Ari cs pada saya.
Jika mengalah dalam pembicaraan, sikap Taufiq adalah nasehat, jika
saya terbukti bersalah, apa kah demikian metode ( manhaj menasehati dalam Islam
? apakah seperti adab kalian terha dap seorang guru? dari sini Abu Izhar, Abu
Faris, Abu luqman dkk telah mengkultuskan dan guluw terhadap Taufiq, seakan –akan
Taufiq telah mengamalkan ilmu dan sunnah yang ber jalan, padahal dari
mana,berapa lama Taufiq menimba ilmu khususnya manhaj salaf ? saya jawab
tuduhan Taufiq ini dengan tiga Bab
1. Inilah fiqh cara menasehati
2. Perbedaan antara nasehat dengan ghibah
3. Perbedaan antara nasehat dengan ta’yir ( ejekan, celaan ).
4. Etika dalam menerima pengaduan seseorang.
BAB 1. INILAH FIQH CARA MENASEHATI
Ada nasehat yang di
sampaikan secara rahasia atau tertutup
dan ada yang boleh di depan umum. Banyak nasehat Ulama tentang
menasehati secara rahasia atau tertutup seperti Imam Ibnu hibban, Imam Abu
Muhammad Ali bin Ahmad bin Sa’id Ibnu Hazm, Ibnu Rajab dalam buku Al farqu
baina an nashihah wat ta’yir, dan saya sebutkan sekalian dalam bab : perbe daan antara nashihat dan ta’yir. Juga Syaikh
Muhammad bin Sholeh Utsaimin berkata dalam buku Syarh Riyadhus sholihin bab 22
bab tentang nasehat, no 186 hal 506 : Dan nasehat untuk keumuman muslimin
adalah engkau mencintai mereka sebagaimana engkau mencintai dirimu sendiri ,
membimbing mereka kepada kebaikan, menunjukkan mereka kepada perkara haq jika
mereka menyimpang dari perkara haq, mengingatkan mereka jika lupa dengan
perkara haq, menjadikan mereka di sisi engkau kedudukan bersaudara, karena
Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam telah bersabda : seorang muslim adalah
saudara muslim yang lain ( Muttafaqun ‘alahi), dan sabda beliau : seorang
mu’min dengan mu’min yang lain bagaikan bangunan mengokoh kan satu bagian
dengan bagian lain nya ( Muttafaqun ‘alaihi ), dan beliau bersabda :
perumpamaan mu’minin dalam kecintaan, kasih sayang dan kelembutan bagaikan satu
tubuh, apabila satu bagian tubuh merasakan sakit, maka seluruh tubuh merasakan
demam dan sakit ( HR. Muslim 2586 ). Maka kamu apabila merasakan keperihan pada
salah satu bagian dari anggota tubuh kamu, maka rasa pedih ini menjalar ke
seluruh tubuh, demikian juga kaum muslimin apabila salah seorang di antara
mereka merasakan sakit, maka seakan- akan rasa sakit itu juga menimpa dirimu.
Dan hendaklah di ketahui sesungguhnya hakekat nasehat adalah: pembicaraan
manusia secara rahasia antara dirimu dengan dirinya, sesung guhnya, jika kamu
menasehatinya secara rahasia ( tertutup empat mata ), antara dirimu dengannya,
maka engkau akan memberikan bekas pada jiwanya, iapun menyadari bahwasa nya
kamu betul-betul tulus pemberi nasehat, akan tetapi jika kamu membicarakan (
kesala hannya) di depan manusia, maka terkadang muncul rasa sombong yang
menyebabkan ia berbuat dosa dengan tidak mau menerima nasehat, terkadang ia
menyangka sesungguhnya kamu hanyalah balas dendam dengannya, atau
menjelekkannya, atau menjatuhkan/ memojokkan statusnya di depan manusia,
sehingga ia tidak menerima nasehat tersebut, tetapi apabila di lakukan secara
rahasia antara dirimu dengan dirinya ( empat mata ) berdua, maka nasehat
tersebut teramat berharga bernilai besar dan ia akan menerima nasehatmu.
Selesai.
Imam Syafi’i berkata :
dalam sebuah syair yang di sandarkan kepada beliau : hendaklah engkau sengaja
mendatangiku, untuk memberi nasehat ketika aku sendirian, hindarilah mem beri
nasehat kepadaku di tengah khalayak ramai, karena sesungguhnya memberi nasehat
di hadapan banyak orang, sama saja dengan memburukkannya, saya tidak suka
mendengarnya, jika engkau menyalahi saya dan tidak mengikuti ucapanku, maka
jangan engkau kesal apabila nasehatmu tidak di ta’ati. ( Diwan As-syafi’i).
Adapun di bolehkan nasehat
di hadapan manusia dengan syarat- syarat :
1. Apabila terlambat
menyampaikan nasehat atau tertunda nasehat tersebut, maka akan ter luput amalan
syar’i pada waktu tersebut. Contoh sebagaimana dalam shohih Muslim Kitab Al
jumu’ah bab 14 no 58 (875) : dari Jabir bin ‘Abdillah berkata : Sulaik Al
ghathafani datang ke mesjid pada hari jum’at dan Rasulullah Shallallahu’alaihi
wasallam sedang duduk di atas mim bar , maka Suraik langsung duduk sebelum
sholat, maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam apa kah engkau sudah mengerjakan
sholat dua raka’at ? ia berkata “ belum” maka beliau meme rintahkannya “
bangunlah dan sholat dua raka’at.
Dari hadist
tersebut, beliau tidaklah menyiarkan kesalahan Suraik di depan umum, karena
sa’at itu adalah waktu yang tepat untuk menasehatinya, jika di biarkan akan
terlambat pelaksanaan sholat dua raka’at sebelum duduk dan tidak bisa di tunda
selesai sholat jum’at.
1.
Melakukan
penyelisihan syar’i terang- terangan di depan umum.
Dalam hadist lain, di shohih muslim no 2021 dari
‘Ikrimah bin ‘Ammar telah bercerita kepada ku Iyas bin Salamah bin Al Akwa’
sesungguhnya bapaknya menceritakannya, ada seseorang pada masa Rasulullah Shallallahu’alaihi
wasallam makan dengan tangan kirinya, lalu beliau bersabda : makanlah dengan
tangan kananmu, orang tersebut menjawab, “ saya tidak bisa”, maka beliau
mendoakan keburukan untuknya dengan mengucapkan, semoga kamu benar- benar tidak
bisa, tidaklah menghalangi orang tersebut ( untuk menta’ati Beliau ) melainkan
karena sombong. Ber kata Salamah : maka langsung tangan orang tersebut lumpuh
tidak bisa lagi memasukkan makanan ke dalam mulutnya.
Berkata Imam Nawawi : dan di dalam hadist ini,
menunjukkan boleh mendo’akan keburukan atas pelaku penentang hukum syar’i tanpa
‘uzur lagi, Dan memerintahkan yang ma’ruf dan mencegah kemungkaran pada setiap
kondisi sampai pada waktu makan.
Di Shohih Muslim no 2022 dari Wahab bin kaisan, ia
mendengarnya dari Umar bin Abi Sala mah , ia berkata : saya berada di kamar
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam dan tanganku bergerak mengelilingi
piring, lalu beliau bersabda kepadaku, “ Wahai anak kecil ucapkan Bismillah dan
makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah makanan yang dekat dengan kamu.
Hadist ini menunjukkan
boleh menasehati langsung di depan manusia atas penyelisihan syar’i yang sedang
terjadi, apabila di dalamnya kebaikan untuk semua, dan jika di biarkan,
berjalan teruslah penyelisihan syar’i yang di saksikan manusia.
Wahai Taufiq, justru kamu, ust Abu Hazim, Salim, Ari, Abu Izhar
dkk terang- terang di depan umum
melakukan perbuatan dosa harom, keras kepala kecongkakan dan terus menerus.
Justru kalian lah yang mesti di nasehati di depan umum bahkan boleh di doakan
keburukan, karena kamu, Salim, Abu Izhar sudah di nasehati di kritik oleh Abu
umar dan Abdullah Sei lilin, demikian juga Abu faris sudah di nasehati Abu
fikron secara tertutup sebelum kedatangan taufiq, dan Abu Fikron pun sudah
menasehati Ari, Abu Faris dan Abu Luqman, juga menasehati Salim via telpon. Abu
Ajeng Supriyanto pun sudah menasehati Abu Faris dan Dzul fadhli. Abu Robi’ pun
sudah menasehati Marwan tentang prilaku Taufiq Hidayat.
Coba renungkan, apakah
keadaan saya seperti dalam hadist tersebut? sehingga di nasehati di depan
manusia ? ini mengalah dalam pembicaraan jika saya melakukan kesalahan, justru
kalian tajassus, intel, musafir tatabu’ aurot pengorek kesalahan- kesalahan
memfitnah busuk prasangka menyengat berulat, muntah kata-kata kasar
bentak-bentak teriak-teriak tunjuk- tunjuk tangan kepada saya, tapi kalian
piawai pintar membingkai dan membungkus candu dosa berantai kalian dengan
istilah berasumsi baik di terima di hati, pencipta istilah penyedap rasa kanibal memakan kehormatan manusia, bahasa
indah manis mempesona menawan memukau dan memi kat hati, inilah bukti kalian
bukan hanya sekedar meniti ( JIL) Jalan Iblis, tapi juga da’i handal JIL (
jalan iblis ).
Apabila terhadap teman,
saudara , kita harus memiliki adab- adab yang baik santun dalam menasehati
kesalahannya, maka apalagi jika kita hendak menegur kesalahan seorang guru
lebih lebih santun lagi. Berkata Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘utsaimin dalam
kitab Al- ilmu hal 154 no 53 : Syaikh di tanya oleh seseorang,” apakah yang
harus saya lakukan ter hadap salah seorang guru, sa’at melakukan kesalahan
dalam pendapatnya, dan khususnya dalam mata pelajaran agama, dan saya tahu
pasti jawaban yang benar ? Maka Syaikh men jawab, ini pertanyaan penting di
mana kita mendapatkan bahwa sebagian guru-guru, tidak mau di koreksi oleh
siapapun walaupun telah melakukan kesalahan, sikap demikian tidaklah benar.
Setiap manusia tidaklah lepas dari kesalahan dan manusia apabila telah berbuat
kesa lahan dan telah di tegur, maka ini merupa kan ni’mat Allah atasnya, supaya
manusia tidak ter buai dalam kesalahannya. Akan tetapi bagi penuntut ilmu (
pelajar,murid ) haruslah mempu nyai kecerdikan, janganlah membantah guru
tersebut di depan murid- murid yang lain, ini menyelisihi adab, tapi
undurkanlah setelah selesai pelajaran ( secara empat mata), apabila guru
menerima ( masukan murid tersebut ), maka guru tersebut menyampaikan ralat di
hada pan murid-murid pada pelajaran yang akan datang, dan apabila guru tidak
menerimanya, maka bagi murid tersebut meyampaikan koreksiannya di hadapan
murid- murid yang lain pa da pelajaran berikutnya, dengan mengatakan wahai guru
( Ustadz) engkau telah mengatakan begini begini dan ini tidaklah benar.
Selesai.
1. 2.PERBEDAAN
ANTARA NASEHAT DENGAN GHIBAH
Berkata Imam Nawawi : ketahuilah bahwasanya ghibah di perbolehkan
untuk tujuan yang benar syar’i, di mana tidak mungkin sampai kepada tujuan
tersebut kecuali dengan cara ber ghibah yang di sebabkan enam perkara :
1. kedholiman, boleh
bagi orang yang terdholimi untuk mengadukan kepada penguasa, qodhi dan selain keduanya
yang mempunyai kekuasaan atau kemampuan untuk berlaku adil dari pelaku dholim,
lalu ia berkata, “ si fulan telah mendholimi saya begini...
2. minta pertolongan
atas merubah kemungkaran dan mengembalikan pelaku ma’siat kepada
kebenaran.......
3. minta fatwa....
4. dalam rangka
memberi peringatan kaum muslimin dari keburukan dan dalam rangka memberi
nasehat kepada mereka, dan yang demikian itu dalam kondisi- kondisi berikut ini
: di antaranya dalam rangka menjarh ( menyebutkan cacat ) almajruhin ( orang-
orang yang di sebutkan cacatnya ) dari para rawi hadist dan saksi, dan yang
demikian itu di perbolehkan berdasarkan ijma’ kaum muslimin, bahkan bisa
menjadi wajib hukumnya. Dan di antaranya untuk musyawaroh dalam ikatan
pernikahan, atau dalam kerja sama, atau dalam hal titipan kepada seseorang,
atau bergaul dengannya, atau dalam hal bertetangga dengannya, atau dalam hal
lainnya, dan wajib atas orang yang di ajak untuk musyawaroh tidak menyembunyi
kan keadaannya, bahkan ia menyebutkan kejelekan- kejelekan yang ada padanya
dengan niat untuk memberi nasehat. Dan di antaranya, apabila ia melihat seorang
pelajar bolak balik men datangi mubtadi’, atau seseorang fasiq dan menimba ilmu
darinya, dan ia kuatir pelajar ter sebut terpengaruh berakibat bahaya padanya,
maka ia harus menasehatinya dan menjelas kan keadaannya ( mubtadi’, orang fasiq
) dengan syarat semata- mata adalah nasehat, dan ini termasuk perkara menjadi
kekeliruan di dalamnya, yaitu terkadang faktor yang mendorong pembicara adalah
hasad ( iri hati ) saja, jatuh kepada perangkap iblis / ( JIL ) jalan iblis
yang di imajinasi padanya bahwa ucapannya adalah nasehat, maka hendaklah di
perhatikan.
Dan
di antaranya, apabila seseorang yang memiliki kedudukan dalam pemerintahan, dan
tidak melaksanakan tugas semestinya, dengan sebab sebab ia tidak pantas
menduduki jaba tan tersebut, atau ia seorang fasiq, atau orang yang lalai, dan
semisalnya, maka wajib mela porkan orang tersebut ke atasannya, agar
memecatnya, dan menggantikan dengan orang yang pantas, atau atasan tersebut
membuat aturan sesuai kondisi bawahannya, dan atasan tadi tidak tertipu
dengannya, dan berusaha memberikan motivasi agar tetap istiqomah dan tidak
menggantinya.
5. Terang- terangan dengan kefasikannya atau bid’ahnya seperti
minum khamar, menyita harta manusia, mengambil pajak, mengambil harta dengan
dholim, mempunyai perkara-per kara batil, maka boleh menyebutkan apa yang ia
tampakkan terang-terangan dan harom menyebutkan aib- aib lainnya, kecuali yang
di perbolehkan dengan sebab yang kami sebutkan.
6. sudah di kenal,
apabila seseorang sudah di kenal dengan gelar seperti si pincang, si bisu, si
buta dan selain mereka boleh menyebut mereka seperti itu, dan di haromkan
pemutlakan dalam rangka merendahkannya dan jika bisa mengenalkannya dengan
selain itu lebih baik. Inilah enam sebab yang di sebabkan ulama. Riyadhus
sholihin imam Nawawi.
Berkata Ibnu Qoyyim :
dalam buku Ar ruuh fasal: perbedaan antara nasehat dengan ghibah hal 240 :
sesungguhnya nasehat itu bermaksud dalam rangka memberi peringatan kepada
seorang muslim dari pada bahaya mubtadi’, penyebar fitnah, penipu, perusak maka
di sebutkan perkara- perkara dalam pribadinya, apabila ada seseorang yang minta
saranmu da lam bergaul, mu’amalah dan ikatan dengannya. Sebagai mana sabda Nabi
Shallallahu ‘alaihi wasallam kepada Fathimah Binti Qois yang telah minta saran
beliau tentang lamaran Mu’awiyah dan Abu Jaham, maka beliau bersabda : adapun
Mu’awiyah laki- laki fakir dan Abu jaham laki- laki yang tidak melepaskan
tongkat dari bahunya.
Maka apabila terjadi ghibah dalam rangka memberi nasehat yang di
wajibkan oleh Allah dan RasulNya kepada hamba- hambaNya kaum muslimin maka hal
demikian ( ghibah tersebut ) adalah taqarrub kepada Allah, termasuk amal
kebaikan, tetapi apabila ( ghibah )menceritakan kejelekan orang lain untuk
mencela saudaramu dan menodai kehormatan dan memakan dagingnya agar jatuh
kehormatannya di hati- hati manusia ( pembunuhan karakter ) maka ghibah
tersebut merupakan penyakit berbahaya dan api yang menghabiskan kebaikan
sebagaimana api yang membakar kayu bakar. ( Ar-ruuh halaman 240).
Berkata Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ fatawa juz 28 risalah fil ghibah hal 255 :
Menyebutkan kejelekan- kejelekan manusia dengan perkara yang tidak dia sukai
secara asal dua macam. Pertama : menyebutkan jenis perbuatan, kedua :
menyebutkan orang ter tentu baik masih hidup atau sudah meninggal. Pertama :
setiap macam perbuatan yang di cela Allah dan RasulNya wajib di cela pula dan
itu tidak termasuk ghibah, sebagaimana setiap perkara yang di puji Allah dan
Rasul Nya wajib di puji pula, dan apa saja yang di la’nat oleh Allah dan Rosul
Nya, maka perkara tersebut di laknat juga. Sebagai mana Allah dan malaikat
bersholawat atas beliau, maka wajib pula bersholawat padanya. Allah Ta’ala
telah mencela orang kafir, orang fajir, orang fasiq, orang dholim, orang
menyimpang, orang sesat, orang hasad, orang bakhil, tukang sihir, pemakan riba,
pen curi, pezina, penipu dan orang fajir, sombong, angkuh dan semisal mereka,
sebagaimana Allah Ta’ala telah memuji orang mu’min, orang bertaqwa, orang
jujur, orang baik, orang adil, para pemberi bimbingan, orang dermawan, orang
bersodaqoh, orang penyayang dan semisal mereka. Rasulullah mela’nat pemakan
riba, penulis nya, al muhalil ( laki laki yang menikahi wanita yang sudah di talaq tiga lalu sengaja di
ceraikan agar mantan suami bisa menikahinya lagi ) dan muhalil lahu ( laki-
laki yang sengaja minta ke seseorang untuk menikahi mantan istrinya yang sudah
di talaq tiga kemudian di ceraikan lagi ), pelaku kaum luth ( homo ), pembuat
perkara baru dalam agama, dan pelindungnya , pembuat khomar, pemeras khomar,
yang minta di peras kan, yang minta di bawakan, pembeli, penjual, penuang,
peminum, yang makan untungnya dan mela’nat Yahudi dan Nashroni yang mana mereka
telah di haromkan lemak bangkai, lalu mereka mencairkannya lalu menjual dan
memakan untung dan Allah melaknat juga orang- orang yang menyembunyikan apa
yang di turunkan Allah dari pada hujjah............
Sampai perkataan beliau....
hal 226 : apabila maksud tujuannya adalah memotivasi kebai kan, mencegah dari
keburukan dan mentahzirnya, maka harus di sebut semua keburukan tersebut oleh
sebab inilah , apabila sampai pada Nabi Shallallahu’alaihi wasallam seseorang
telah berbuat sesuatu yang di larang agama, maka beliau bersabda : mengapa
orang- orang membuat syarat- syarat yang tidak ada dalam kitab Allah ? barang
siapa membuat syarat yang tidak ada dalam kitab Allah maka batil walaupun
seratus syarat, mengapa orang- orang meni nggalkan sesuatu yang aku di beri
keringanan ( di perbolehkan ) di dalamnya ? Demi Allah sesungguh nya aku orang
yang paling bertaqwa dan orang yang paling tahu hudud ( batasan batasannya) di
antara kalian, mengapa ada orang- orang yang berkata,”saya akan selalu berpuasa
dan tidak berbuka” yang lain lagi berkata,” saya akan bangun malam dan tidak
tidur “, yang lain lagi berkata,” saya tidak mau menikahi wanita”, yang keempat
berkata,” saya tidak mau makan daging,”barang siapa yang benci dengan sunnahku
bukanlah ia termasuk golo nganku.( hal 227)
Sampai beliau
berkata:...hal 229 : adapun yang kedua ( sisi pribadi-pribadi tertentu ) maka
di sebutkan perkara-perkara yang ada dalam pribadinya daripada keburukan pada
bebera pa keadaan : di antaranya : orang yang di dholimi, maka ia menyebutkan
orang- orang yang mendholiminya atas perlakuan kedholiman, baik dalam rangka
menolak kedholimannya, atau untuk mendapatkan keadilan. Sebagaiman ucapan
Hindun, “Wahai Rasululullah sesungguhnya Abu Sufyan seorang yang pelit, ia
tidak memberikan nafkah yang mencukupi aku dan anakku maka beliau bersabda
kepadanya,”ambillah apa-apa yang mencukupi dirimu dan anakmu secara ma’ruf (
secukupnya ).
Sampai beliau
berkata......hal 230 : Dan di antaranya : dalam rangka menasehati muslimin Dalam
agama dan dunia mereka, sebagaimana dalam hadist Fathimah Binti Qois tatkala
ia bermusyawaroh dengan Nabi
Shallallahu’alaihi wasallam tentang siapa yang akan menikahi nya dan ia berkata
: Mu’awiyah dan Abu Jaham telah melamar saya, maka beliau berkata ( memberi
nasehat ) : adapun Mu’awiyah laki- laki fakir tidak mempunyai harta adapun Abu
Jaham seorang laki- laki yang suka memukul wanita, di riwayat lain tidak pernah
meletakkan tongkat dari bahunya, maka beliau menjelaskan kepadanya ( Fathimah
binti Qois ), bahwa Mu’awiyah fakir, mungkin tidak mampu memenuhi hakmu, dan
Abu jaham bisa menyakitimu dengan pukulan. Dan seperti ini adalah sebuah
nasehat kepadanya, meskipun mengandung penyebutan aib si peminang.
Dan termasuk dalam ma’na ini
( dalam rangka memberi nasehat untuk kaum muslimin baik dalam urusan agama dan
dunia mereka ) : yaitu nasehat kepada seseorang mengenai orang yang akan di
ajak kerja sama, dan orang yang akan mewakilinya ( dalam sebuah urusan ), orang
yang akan ia beri wasiat kepadanya, orang yang akan memberi saksi untuknya,
bahkan orang yang akan menjadi hakim ( penengah ) dalam urusannya, dan semisal
itu semua.
Dan apabila hal ini dalam
maslahat khusus ( pribadi ), maka bagaimana dengan nasehat yang berkaitan
dengan hak- hak keumuman kaum muslimin, mulai dari penguasa, pejabat, para
saksi, para karyawan kantor dan selain mereka, maka tidak di ragukan lagi
bahwasanya nasehat dalam urusan itu semua lebih agung lagi, sebagaimana Sabda
Nabi Shallallahu’alaihi wa’ala alohi wasallam : agama itu nasehat mereka
bertanya,” untuk siapa wahai Rasulullah, beliau menjawab untuk Allah, KitabNya,
RasulNya, untuk pemimpin muslimin dan keumuman muslimin.
Hal 231 : Dan mereka ( para shahabat berkata ) kepada Umar Bin Khattab
mengenai ahli syuro angkatlah si fulan-si fulan sebagai pejabat, maka Umar
menyebutkan kekurangan pada pri badi masing-masing enam tersebut, padahal mereka generasi umat paling utama,
Umar men jadikan kekurangan yang ada pada pribadi mereka sebagai penghalang
untuk memilih mereka Dan apabila demikian, maka nasehat yang berkaitan
masalah-masalah agama baik umum maupun khusus hukumnya wajib. Contoh perawi
yang keliru atau dusta sebagaimana ucapan Yahya bin Sa’id, saya kira dia, Al
Auza’i mengenai seseorang yang tertuduh dalam hadist atau tidak hafal, mereka
berkata terangkan keadaannya, dan sebagian mereka berkata kepada Imam Ahmad bin
Hanbal, “ sesungguhnya berat bagi saya untuk mengatakan fulan begini... begini,
maka Imam Ahmad berkata : “ apabila kamu diam, dan saya diam, maka kapan orang
jahil mengetahui mana yang shohih dan
mana yang cacat ? dan contoh lain menjelaskan tokoh ahli bid’ah baik
dari tokoh- tokoh yang menyelisihi Al quran dan As sunnah, maka sesung guhnya
menjelaskan keadaan mereka dan memperingatkan ummat dari mereka wajib dengan
kesepakatan muslimin....( Majmu’ Fatawa Syaikul Islam ).
Firman Allah Ta’ala dalam surat
Yusuf ayat 5 :
قال يا بني
لا تقصص رؤياك على
إخوتك فيكيدوا لك كيدا
Artinya : Berkata Nabi Ya’qub “
wahai anakku ( Yusuf ) janganlah engkau ceritakan mimpi engkau kepada saudara-
saudaramu, maka mereka akan membuat makar ( untuk membinasakanmu ),
sesungguhnya syaithan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.
Berkata Syaikh As- sa’di dalam tafsirnya : sesungguhnya boleh
menyebutkan manusia tentang perkara yang ia benci untuk nasehat bagi orang
lain.
3.PERBEDAAN
ANTARA NASEHAT DENGAN TA’YIR ( NGEJEK, HINAAN, CELAAN ).
Rujukan yang terbagus dalam
masalah ini adalah buku al farqu baina an nashihah wat ta’yir ( perbedaan
antara nasehat dengan ejekan, celaan ) karya Imam Ibnu Rojab Al hanbali wafat
tahun 795 H. Buku ini tipis namun isinya sangat bermanfa’at, karena tercampurnya
atau ketidak tahuan manusia antara nasehat dengan obral ejekan, hinaan dan
celaan semata ( ta’yir ). Berkata pengarang : sesungguhnya antara nasehat dan
ta’yir keduanya mempunyai kesamaan yaitu
perkara penyebutan seseorang dalam perkara-perkara yang ia benci di
sebutkan padanya, dan telah terjadi kesamaran antara keduanya pada kebanyakan
manusia dan Allahlah pemberi taufiq kepada kebenaran. Perbedaan pada keduanya,
Ta’yir itu ketahuilah adalah penyebutan kepada seseorang pada perkara-perkara
yang ia benci, ini harom jika maksud penyebutan tersebut adalah mencela,
membuka aib dan menjatuhkan ( kehormatan).
Adapun nasehat adalah : penyebutan kepada orang tersebut pada perkara-
perkara yang di benci, jika di ucapkan padanya ada mashlahat bagi kaum muslimin
secara umum atau bagi sebagian muslimin secara khusus, maksud semata- mata
adalah tercapainya mashlahat ter sebut maka ini bukan harom bahkan di anjurkan.
Dan sungguh ulama hadist telah menetap kan perkara ini dalam buku- buku mereka
tentang al jarh dan at ta’dil, mereka menyebutkan perbedaan antara jarh rowi-
rowi ( kritik dengan menyebutkan kekurangan- kekurangan mereka ), dengan
ghibah. Dan membantah atas orang-orang yang menyamakan di antara keduanya baik
dari kalangan ahli ibadah ( sufiyah) dan selain mereka dari orang- orang yang
tidak luas ilmunya,....... hal 19.
Sampai perkataan beliau...
hal 28 : Berkata Fudhail Bin ‘Iyadh ( wafat 187 H ) : “ seorang mu’min itu
adalah menutupi ( aib, kekurangan ) dan menasehati adapun orang fajir ( pelaku
dosa) adalah membuka aib dan menjatuhkan.” Maka apa yang di sebutkan oleh
Fudhail Bin ‘Iyadh adalah merupakan tanda- tanda nasehat dan ta’yir. Nasehat
adalah : selalu di sertai penutupan ( kesalahan, aib ), adapun ta’yir ( ejekan,
celaan ) adalah di sertai penyebaran ( kesalahan, aib ). Dan pernah di katakan
: barang siapa menegur saudaranya di depan manusia maka ia telah menta’yirnya
atau sema’na dengan ini. Dan bahwasanya salaf membenci mengajak yang ma’ruf dan
mencegah kemungkaran dengan cara seperti ini, dan para salaf menyukai melakukan
nasehat secara rahasia antara penasehat dan yang di nasehati, maka inilah
sesungguhnya tanda- tanda nasehat itu, yaitu ketika sang pemberi nasehat
tidaklah mempunyai tujuan untuk menyebarkan aib- aib yang di miliki oleh orang
yang di nasehati dan yang menjadi tujuannya semata adalah menghilangkan
keburukan yang saudaranya tergelin cir dalam keburukan tersebut. Adapun
penyebaran dan pembongkaran aib, maka itu adalah suatu perkara yang di haromkan
oleh Allah dan RasulNya. Allah Ta’ala berfirman :
إن الذين يحبون أن
تشيع الفاحشة في الذين
آمنوا لهم عذاب أليم
في الدنيا والآخرة والله
يعلم وأنتم لا تعلمون
ولولا فضل الله عليكم
ورحمته وأن الله رؤوف
رحيم
Artinya : sesungguhnya orang- orang yang menyukai tersebarnya kekejian
pada orang- orang yang beriman bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di
akhirat dan Allah mengetahui dan kalian tidak mengetahui dan jika seandainya
tidak karena keutamaan Allah dan rahmat Nya
atas kalian ( tidaklah di terangkan hukum- hukum ini ), dan sesungguhnya
Allah Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.( An nur 19- 20 ).
Dan hadist- hadist tentang keutamaan menyampaikan nasehat tersembunyi
sangat banyak ( hal 29 ). Sampai pengarang berkata.. hal 31- 34 : Dan hukuman
orang yang menyebarkan kejelekan pada saudaranya mu’min, memburu ‘aib- aib, dan
membongkar ‘aib- aibnya yang ter sembunyi, maka Allah akan memburu ‘aibnya dan
membuka ‘aib- aibnya sekalipun ia berada dalam rumahnya. Sebagaimana yang di
riwayatkan dari Nabi Shallallahu’alaihi wa’ala alihi wa Sallam bukan hanya dari
satu jalan. Dan sungguh telah di keluarkan riwayat tersebut oleh Imam Ahmad (
164- 234 H ), Abu Daud ( 202- 275 H ), At tirmidzi ( 209- 279 H) dari jalan
yang banyak. Di keluarkan At Tirmidzi dari hadist waatsilah Bin Al asqo’ dari
Nabi shallallahu’alaihi wa’ala alihi wasallam bersabda, “janganlah kamu
menampakkan celaan kegembiraan atas perkara ( bencana ) yang menimpa saudaramu,
maka (jika kamu berbuat demikian ), Allah akan mengobati (perkara yang
menimpanya ), dan akan memberikan bala’ kepada ( seperti saudara kamu ).
Berkata Tirmidzi : hasan ghorib. Dan Tirmidzi telah mengeluarkan pula hadist
dari Mu’adz secara marfu : barang siapa yang menta’yir saudaranya dengan suatu
dosa tidaklah ia meninggal kecuali mengerjakan dosa tersebut. Dan sanadnya
terputus. Berkata Hasan Al Basri ( 21- 110 H ) : pernah di katakan barang siapa
yang menta’yir ( ngejek, mengHina ) saudaranya dengan suatu dosa yang ia sudah
taubat dari dosa tersebut, tidaklah ia mati hingga Allah memberikan bala’ (
cobaan ) dengan dosa tersebut. Dan telah di riwayatkan dari hadist Ibnu Mas’ud
yang sanadnya ada dhoif, “ bala’ ( cobaan itu ) datang mengikut dengan ucapan,
maka jika seseorang menta’yir orang lain dengan menyusui anjing betina maka
akan menyusuinya. Dan telah riwayatkan ma’na ini dari sekumpulan salaf. Ketika
Muhammad bin sirin terlilit hutang dan beliau di penjara karena hutang
tersebut, beliau berkata,”sesungguhnya aku mengetahui ( sebab ) dosa yang telah
menimpaku ini, yaitu aku telah menta’yir seorang laki- laki 40 tahun yang lalu,
aku berkata ( mengejek ) kepadanya : wahai orang bangkrut ( halaman 34 ).
Dan tanda paling terang
perbuatan ta’yir adalah : menampakkan keburukan dan kekejian ( korban ) yang di
kesankan sebagai nasehat sebenarnya, dan ia sudah menyangka melakukan itu semua
adalah adalah keburukan- keburukan ( korban ) itu tersebut baik secara umum
maupun khusus padahal yang tersembunyi di batinnya adalah murni ta’yir dan
semangat menyakiti maka ia termasuk saudaranya munafiqin yang mana Allah Ta’ala
telah mencela mereka dalam Al Quran dalam banyak tempat. Maka sesungguhnya Allah
ta’ala telah mencela orang yang menampakkan perbuatan dan ucapan yang baik
padahal sebenarnya sebagai sarana untuk tujuan buruk sebagaimana dalam
batinnya. Dan Allah telah menetapkan demikian termasuk daripada sifat- sifat
munafiq sebagaimana dalam surat Al Baroah ( At taubah ), di dalamnya Allah
Ta’ala membuka kejelekan orang munafiqin dan memperlihatkan keburukan mereka
dengan sifat- sifat mereka yang keji.
والذين اتخذوا مسجدا ضرارا
وكفرا وتفريقا بين المؤمنين
وإرصادا لمن حارب الله
ورسوله من قبل وليحلفن
إن أردنا إلا الحسنى
والله يشهد إنهم لكاذبون
Artinya : Dan orang- orang ( munafiqin ) yang mendirikan mesjid dhiror
( untuk menimbulkan bahaya bagi kaum mu’minin ), dan kekafiran dan sarana
pemecah belah di antara mu’minin serta menunggu kedatangan orang- orang yang
telah memerangi Allah dan RasulNya, mereka sesungguhnya benar- benar bersumpah
“ kami tidaklah menghendaki kecuali kebaikan dan Allah menjadi saksi bahwasanya
mereka adalah para pendusta ( dalam sumpahnya ). At Taubah 188) .
لا تحسبن الذين يفرحون
بما أتوا ويحبون أن
يحمدوا بما لم يفعلوا
فلا تحسبنهم بمفازة من
العذاب ولهم عذاب أليملا
تحسبن الذين يفرحون بما
أتوا ويحبون أن يحمدوا
بما لم يفعلوا فلا
تحسبنهم بمفازة من العذاب
ولهم عذاب أليم
Artinya : Janganlah kamu wahai
Muhammad menyangka bahwa orang- orang yang bergembira dengan apa yang mereka
kerjakan ( menyembunyikan kenabian beliau dari manusia ), dan suka di puji
dengan perbuatan yang belum mereka kerjakan, maka janganlah kamu menyangka
bahwa mereka terlepas dari siksaan dan bagi mereka azab yang pedih ( Ali
Imron188 ).
Dan ayat ini turun bagi
orang Yahudi saat Nabi Shallallahu’alahi wa ‘ala alihi sallam ber tanya kepada
mereka tentang sesuatu, lalu mereka menyembunyikan dan memberitakan kepada Nabi
selain sesuatu tadi. Dan sungguh mereka menampakkan kepada Beliau, bahwa mereka
telah memberitakan kepada Beliau apa yang di tanyakan. Dan mereka mengharapkan
pujian atas apa yang mereka kerjakan dan mereka bergembira dengan apa yang
mereka sembunyikan dan memberitakan kepada Nabi apa yang selain dari sesuatu
tadi. Yang demikian itu sebagaimana ucapan Ibnu Abbas Rodhiallohu ‘anhuma dan
hadist beliau di keluarkan di Shohihaini. Dari Abu Sa’id Al khudri Radhiallahu
‘anhu : sesungguhnya beberapa laki- laki dari munafiqin, jika Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa’ala alihi wasallam
keluar untuk berperang maka mereka sengaja tertinggal dari Rasulullah dan
mereka bergembira di tempat duduk- duduk mereka dalam keadaan menyelisihi
Rasulullah Shallallahu’alahi wa sallam, ma ka ketika Rasulullah Shallallahu ‘alahi
wa sallam kembali ( dari perang ) mereka mengemuka kan ‘uzur dan bersumpah di
hadapan beliau, dan mereka lebih suka di puji dengan apa- apa yang sebenarnya
mereka tidak kerjakan,” maka turunlah ayat ini. ( Bukhori 4567 dan Muslim 2777
). ( Halaman 35 ).
Maka inilah prilaku Yahudi
dan Munafiqin, yaitu seseorang menampakkan suatu perkataan dan perbuatan yang
secara zhohir bentuk perkataan dan perbuatan tersebut adalah baik, akan tetapi
maksud sebenarnya adalah sebagai sarana untuk sampai kepada maksud yang buruk.
Maka manusia memujinya dengan kebaikan atas apa yang di tampakkannya dari
perbuatan tersebut. Dan sampailah ia dengan perbuatan tersebut kepada maksud
buruk yang ia sembunyikan. Dan ia bergembira dengan pujian manusia kepadanya
atas perbuatannya tersebut, karena perbuatan tersebut tampaklah citra bahwa
orang yang baik, sementara di dalam batinnya ada sesuatu. Dan ia juga
kesenangan ( dalam batin ) karena telah kesampaian tujuan buruk, maka
sempurnalah kepentingan yang dia targetkan, dan terlaksanalah tipu dayanya
dengan sebab kedustaan ini.
Maka barang siapa seperti
ini sifatnya maka ia termasuk dalam orang yang di sebutkan ayat ini dengan
pasti. Dan ia mendapat ancaman pedih. Dan contoh itu semua : seseorang ingin
mencela orang lain, merendahkannya dan membongkar aibnya, agar manusia menjauh
dari orang tersebut. Bisa jadi ( ia melakukan itu semua ) karena senang
menyakitinya atau permuSuhannya atau karena adanya kekhawatiran yang muncul
dari persaingannya dengan orang tersebut atas masalah harta atau kepemimpinan
atau selain itu dari pada perkara yang terceLa, maka ia tidak bisa meraih itu
semua kecuali dengan mencela orang tersebut dengan sebab perkara agama, contoh
: ada seseorang telah membantah pendapat lemah dari pendapat- pendapat seorang
‘alim tersohor, maka ia ( tukang fitnah ta’yir ) menyebarkan di kalangan orang
–orang memuliakan orang ‘alim tersebut, bahwasanya si fulan ( yang membantah )
membenci , mencela dan mencaci orang ‘alim tadi, maka ia ( tukang fitnah ta’yir
) menipu dengan perbuatannya tersebut setiap orang yang memuliakan orang ‘alim
tadi. Dan ia mem buat dugaan ( opini ) bagi orang yang memuliakan orang ‘alim
tadi, bahwasanya kebencian dan gangguan si pembantah orang ‘alim adalah
termasuk amalan yang mendekatkan diri kepada Allah. Sementara ia ( tukang
fitnah ta’yir ) telah membela orang ‘alim tersebut dan telah menghilangkan
gangguan yang di tujukan kepada orang ‘alim tersebut, dan yang demikian itu
adalah perbuatan yang mendekatkan diri kepada Allah. Maka terkumpullah aksi ini
yang tampak sebagai nasehat dua perkara buruk lagi harom yaitu :
Pertama : membuat opini
bahwasanya membantah pendapat orang ‘alim ini adalah sebuah bentuk kebencian,
pencelaan dan hawa nafsu kepada beliau, dan terkadang di opinikan bahwasanya ia
( tukang fitnah ta’yir ) hanya sekedar memberikan nasehat kepada kaum muslimin
( dengan perbuatan tersebut ) dan sekedar menampakkan apa-apa yang tidak halal
untuk di sembunyikan dalam perkara ilmiyah.
Kedua : Ia ( tukang fitnah
ta’yir ) menampakkan celaan atasnya ( si pembantah orang ‘alim ) agar tercapai
dengan perbuatan tersebut hawa nafsunya dan tujuannya yang rusak tapi dalam
kedok sebuah nasehat dan pembelaan terhadap ulama syar’i. Dan semisal dengan
tipu daya ini adalah kedholiman Bani marwan dan pengikutnya, yaitu ketika
mereka membuat manusia condong kepada mereka dan menjauhkan hati manusia dari
kecintaan terhadap Ali Bin Abi Tholib, Al Hasan, Al husein dan keturunan mereka
Rodhiallohu ‘anhum.
Dan sesungguhnya tatkala
terbunuh Ustman Bin ‘Affan, kaum muslimin melihat, tidak ada yang lebih
berhaq dari pada Ali Bin Abi Tholib
untuk menjadi kholifah, lalu mereka mem Bai’at beliau, lalu berusahalah orang-
orang yang ingin membuat ummat lari dari Ali, yaitu menampakkan issu besar
terbunuhnya Ustman bin Affan, dan betapa buruknya kejadian tersebut, dan memang
demikianlah keadaan sebenarnya. Dan terus berentetan membuat opini bahwasanya
yang membangkitkan massa untuk membunuh Ustman adalah Ali Bin Abi tholib dan
ini sebuah kedustaan dan tuduhan keji. Dan Ali bersumpah dan menguatkan
sumpahnya untuk menolak tuduhan. Dan beliau orang jujur lagi menepati janji.
Tatkala mereka ( Bani Marwan ) menampakkan opini tersebut, terpecahlah banyak
hati manusia yang tidak memahami fakta sebenarnya terhadap Ali Bin Abi Tholib.
Lalu berlanjut, Bani marwan segera memerangi beliau atas slogan agama dan
mendekatkan diri kepada Allah , kemudian terus berlanjut kepada memerangi
seluruh anak- anak beliau Ridhwanullahu ‘alaihim. Mereka menampakkan dan
menyebarkan perkara tersebut di mimbar- mimbar pada hari jum’at dan pada hari
besar lainnya sehingga tertanamlah di dalam hati pengikut- pengikut mereka
sebagai mana yang mereka ( Bani Marwan ) ucapkan. Dan bahwasanya Bani marwan
lebih berhaq menjadi kholifah daripada Ali Bin Abi Tholib dan anak- anaknya
karena kedekatan nasab mereka dengan Ustman Bin Affan, dan tindakan mereka (
memerangi Ali ) adalah sebagai menuntut balas ( atas kematian Ustman ), maka
dengan modus tersebut, tercapailah pelunakan hati- hati manusia atas mereka, kemudian
memerangi Ali dan anaknya setelah kematian beliau, lalu merekapun berhasil
menetapkan kekuasaan pada mereka dan kokohlah perkara tersebut pada mereka. (
Halaman 36- 37 ).
Maka dari penjelasan di
atas tampaklah bahwa makar Taufiq, Salim, Ari, Abu Izhar dkk bukan hanya meniti
( JIL ) jalan iblis tapi juga meniru perbuatan Yahudi dan orang munafiqin.
2. ETIKA
DALAM MENERIMA PENGADUAN
Dalam bab ini saya
menjawab ucapan Taufiq sebagaimana di atas, sekalian lisan Ust Abu Hazim
Muhsin, karena Salim dkk belum puas dengan kebrutalan Taufiq dan telah bersama
sama kanibal memakan seluruh daging kehormatan saya, menelpon Ust Abu Hazim
sebelum kedatangan dauroh dan ingin mengadili saya ke dua kali sebagaimana
ungkapan Ustman Pariaman. Bahkan tanpa sepengetahuan saya di kontrakan tahfizdh
sudah berkumpul ikhwan tapah dan Jambi kota sebagaimana dalam kronologis,
kemudian mereka ( Salim, Ari dkk ) mengadukan ini.... dan itu....kemudian
justru lisan Ust Abu hazim bukan hanya sekedar membenarkan bahkan menjadi
menjadi pelengkap fitnah dan kain kafan terhadap tulang belulang saya, setelah
daging saya habis di makan renyah gurih murah meriah enak sedap lezat nikmat
oleh Taufiq, Salim, Ari dkk .
Ust Abu Hazim mengatakan “ hendaknya kalian memberikan ‘uzur karena
muhammad Ja’far justru dulu di Dammaj kesurupan terus....... begini..... dan
begitu....dst. Allahul Musta’an atas kekejian dusta Abu Hazim Muhsin.
Seseorang yang menerima
pengaduan baik perkara pidana atau perkara perdata dari pe ngadu, apakah ia
penguasa, atau penegak hukum seperti polisi, hakim, jaksa atau masyarakat sipil
seperti ustadz, kepala suku, teman dan lain sebagainya, maka wajib mendengar
jawaban dari orang yang tertuduh sebelum memutuskan hukum ataupun memberikan
kesimpulan, opini. Sebagaimana pelajaran dalam kisah Nabi Daud surat Shod ayat
21- 24 dan kisah Nabi Yusuf surat Yusuf ayat 15- 18, Sunnah Nabi Muhammad
Shallallahu’alaihi wa sallam dan kisah Qodhi Syuraih.
وهل أتاك نبأ الخصم
إذ تسوروا المحراب إذ دخلوا على
داوود ففزع منهم قالوا
لا تخف خصمان
بغى بعضنا على بعض
فاحكم بيننا بالحق ولا
تشطط واهدنا إلى سواء
الصراط إن
هذا أخي له تسع
وتسعون نعجة ولي نعجة
واحدة فقال أكفلنيها وعزني
في الخطاب لقد ظلمك
بسؤال نعجتك إلى نعاجه
وإن كثيرا من الخلطاء
ليبغي بعضهم على بعض
إلا الذين آمنوا وعملوا
الصالحات وقليل ما هم
وظن داوود أنما فتناه
فاستغفر ربه وخر راكعا
وأناب
Artinya : Dan apakah sudah sampai kepadamu ( wahai Muhammad ), berita
tentang dua orang yang berperkara (di depan Daud), tatkala rombongan orang yang
berperkara meman jat pagar mihrab ( tempat Daud beribadah )(21). Tatkala mereka
masuk ( menemui ) Daud lalu ia terkejut karena kedatangan mereka. Mereka
berkata, “janganlah kamu merasa takut, ada dua orang yang bersengketa yang
salah seorang dari kami berbuat dholim kepada yang lain nya, oleh karena itu
berikan keputusan perkara di antara kami dengan adil, dan janganlah kamu
berlaku dholim dan tunjukkanlah kepada kamu kepada keputusan yang adil (22).
Salah seorang dari mereka berkata,” sesungguhnya saudaraku ini mempunyai
sembilan puluh sem bilan ekor kambing betina dan aku hanya mempunyai satu
kambing betina, lalu ia berkata padaku, “ serahkan seekor kambing betinamu itu
padaku, dan ia mengalahkanku dalam per debatan (23). Berkatalah Daud,” sungguh
saudaramu telah berbuat dholim kepadamu dengan meminta kambing betinamu ( yang
seekor itu) untuk di tambahkan kepada kambing betinanya (yang banyak), dan
sesungguhnya kebanyakan orang- orang yang berserikat ( mela kukan usaha bersama
) itu sebagian mereka berbuat kedholiman kepada yang lainnya kecuali orang yang
beriman dan beramal sholeh dan sedikit tipe mereka seperti ini, dan Daud menge
tahui yakin bahwasanya Kami telah mengujinya, lalu Daud memohon ampun kepada
Robbnya dan lalu menyungkur sujud dan taubat (24 ). Surat Shod 21- 24.
Dalam ayat- ayat ini Nabi
Daud ‘Alaihissalam, telah memutuskan hukum perkara pelapor (Penuduh ) tanpa
bertanya kepada yang tertuduh. Allah telah menegur perbuatan tersebut,Ini
sebuah pelajaran bagi setiap penerima pengaduan agar ia mendengar jawaban dari
orang tertuduh sebelum memutuskan hukum.
Allah Ta’ala telah berfirman :
فلما ذهبوا به
وأجمعوا أن يجعلوه في
غيابة الجب
وأوحينا إليه لتنبئنهم بأمرهم
هذا وهم لا يشعرون وجاؤوا
أباهم عشاء يبكونقالوا يا
أبانا إنا ذهبنا نستبق
وتركنا يوسف عند متاعنا
فأكله الذئب وما أنت
بمؤمن لنا ولو كنا
صادقينوجآؤوا على قميصه بدم
كذب قال بل سولت
لكم أنفسكم أمرا فصبر
جميل والله المستعان على
ما تصفون
Artinya : Tatkala mereka ( Saudara- saudara Yusuf ) membawa pergi
Yusuf dan mereka bersePakat melemparkan Yusuf ke dalam sumur, dan ( di waktu ia
sudah di dalam sumur ) Kami Wahyukan kepada Yusuf, “ kamu kelak akan
memberitahukan kepada mereka perbuatan mereka hari ini pada saat mereka sudah
tidak lagi mengingatnya ( 15 ) dan pada sore hari, mereka datang kepada bapak
mereka sambil menangis ( 16 ) mereka berkata,” wahai bapak kami, sewaktu kami
sedang pergi berlomba, kami tinggalkan Yusuf di samping barang- barang kami,
lalu ia di makan srigala, dan engkau tentunya tidak percaya kepada kami
sekalipun kami adalah orang- orang yang jujur ( 17 ) Dan mereka datang sambil
membawa gamis Yusuf yang di lumuri darah
palsu. Ya’qub berkata,” sebenarnya dirimu sendiri yang memandang baik perbuatan
( yang buruk), oleh karena itu, bersabar adalah sikap terbaik dan Allah lah
tempat meminta pertolongan dalam menghadapi perkara yang kalian ceritakan ( 18
).
Dalam ayat- ayat ini banyak
di ambil pelajaran di antaranya :
1 . setiap penegak hukum atau orang yang menerima pengaduan
hendaknya jeli dan cerdik dalam menerima cerita pengaduan seseorang, karena
bisa jadi si pengadu itulah penjahat, orang dholim sebenarnya yang sedang
menutup kejahatannya di depan manusia sebagai mana saudara- saudara nabi yusuf.
2 . Suatu bukti dalam sengketa perlu di teliti lagi ke
absahannya karena bisa jadi bohong dan palsu sebagaimana baju yusuf yang di
lumuri darah palsu, demikian juga para saksi, bisa jadi mereka bohong justru
bersekongkol dalam suatu kejahatan sebagai mana saudara nabi Yusuf.
3 . Setiap penegak
hukum atau orang yang menerima cerita pengaduan jangan langsung mem benarkan
laporan pengaduan seseorang apalagi langsung menghukumi orang yang tertuduh,
walaupun si penuduh telah menyodorkan bukti dan saksi.
4. Dan jangan terkecoh
tertipu dalam sebuah pengaduan hanya sekedar melihat bentuk indi kasi yang
mendukung keterangan mereka walaupun sampai tingkat menangis dan meraung.
Sebagaimana Nabi ya’qub tidak langsung membenarkan ucapan, persaksian dan bukti
semua anak- anaknya terhadap kasus Yusuf.
Di dalam buku ‘Umdatul Ahkam no 372 : dari Ibnu
‘Abbas Rodhiallahu ‘anhuma : Sesungguhnya Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam
bersabda : jika di berikan manusia kebebasan dengan tuduhannya benar-benar
manusia akan menuduh darah dan harta mereka
akan tetapi sumpah bagi orang yang tertuduh ( Bukhori 4552 dan Muslim 1711 ).
Maka dalam hadist ini Nabi Shallallahu’alahi
wasallam menjelaskan barang siapa yang membeberkan tuduhan pada orang lain maka
harus ada bukti untuk melegimitasi tuduhannya dan sumpah bagi yang tertuduh.
Dalam buku Addarori Al Mudhiyyah kitab 25 kitab khushumah (
pertengkaran ) Imam Muh Bin Ali As syaukani dari hal 329 –342 membahas bab ini,
saya sebutkan di sini beberapa dalil-dalil sepanjang halaman tersebut yang di
sebutkan beliau seperti, sabda Nabi Shallahu’alaihi wasallam : dua orang saksi
engkau atau sumpah nya sebagaimana dalam shohihaini dari hadist Al asy’at Bin
Qois, dalam shohih muslim dari hadist Wa il Bin hujrin : sesungguhnya Nabi
Shallallahu’alaihi wa ‘ala alihi wasallam bersabda kepada Al kindi apakah kamu
mempunyai bukti ? ia menjawab “ tidak ada bukti, beliau bersabda : bagi kamu
sumpah.
Hadist Ibnu ‘Abbas dalam Shohihaini ( Bukhori 4552 Muslim 1711 )
sesungguhnya Nabi Shallallahu’alaihi wa ‘alaihi wa sallam menetapkan sumpah
atas orang yang tertuduh. Dan di keluarkan Al Baihaqi dengan sanad shohih :
bukti bagi yang menuduh dan sumpah atas orang yang mengingkari.
Dan Ibnu Hibban dari hadist Ibnu Umar semisalnya dan di keluarkan At
Tirmidzi dari hadist ‘Amr Bin Su’aib dari bapaknya dari kakeknya semisalnya.
Demikian juga kisah Qodhi
Syuraih bin Al Harist Al kindi ( Yaman ), di masa Umar Bin Khattab menjabat
qodhi di Kufah ( Iraq sekarang ), datang seorang wanita dengan siterunya dalam
keadaan menangis, lalu sebagian orang yang hadir berkata kepada Syuraih, saya
tidak mempunyai dugaan kecuali wanita yang menangis itu dalam keadaan
terdholimi, maka Syuraih berkata, “ apakah kalian tidak pernah mendengar kisah
saudara- saudara Nabi Yusuf, ketika menemui ayah mereka ( Nabi Ya’qub ) pada
waktu malam hari dalam keadaan menangis? Apakah menurut kalian mereka (
saudara- saudara Nabi Yusuf ) itu orang yang terdholimi atau orang dholim
sebenarnya ?. Motto yang selalu di ulang- ulang oleh Syuraih di sidang
pengadilan adalah : “ kelak suatu hari nanti yang zholim akan mengetahui
kerugian di pihak siapa, yang zholim akan menanti siksa, yang terzholimi
menunggu keadilan, aku bersumpah atas nama Allah bahwa setiap orang yang
meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya aku merasa kehilangan dia “.
Kisah ini menerangkan
bahwasanya sebuah kekuasaan, jabatan atau pekerjaan baik besar maupun kecil
haruslah yang memikulnya orang yang memiliki keahlian, kekuatan, amanah dan
ilmu tentang pekerjaan atau jabatannya.
Wahai Ust Abu hazim
Muhsin dan Taufiq, dari penjelasan di atas justru para pengadu kepada kalian
yang harus kalian kritisi seperti Salim, Ari, Abu Faris dkk , tapi
kenya taannya kalian berdua justru menambah kejahatan di atas kejahatan,
kenistaan di atas kenis taan dan menyempurnakan kekejian di atas kekejian dari
diri kalian sendiri, itu semua menun jukkan kesengajaan kalian ( Salim, Taufiq,
Ari Aryo dkk ) bahkan sudah di rencanakan matang sebelum jauh hari ), makar
untuk memfitnah dan menghancurkan saya bukan karena sebuah kekhilafan manusiawi
.
KENANGAN DENGAN
UST ADNAN MAJID MENADO DAN UST lHSAN BANTUL JOGYA DI DAMMAJ YAMAN.
Waktu saya menuntut ilmu
di Dammaj mulai Mei 2001 sampai desember 2004, saya sempat mengalami beberapa
sengketa tuduhan fitnah dari beberapa kawan sesama penuntut ilmu, namun saya
persaksikan berangkat dari kekhilafan semata dan yang menjadi qodhi ( penerima
pengaduan ) pun santun, adil, ramah, beradab dan tidak ada untuk menambah
menghancurkan saya berbeda dengan Taufiq dan Ust Abu Hazim Muhsin.
Kasus pertama : saya
pernah mendapat amanah memegang kunci sebuah kotak dari si fulan. Dan saya di perbolehkan
meletakkan buku saya di dalam kotaknya dalam asrama di lantai bawah mesjid
suatu ketika, si fulan pemilik kotak ini mengaku kehilangan tape recorder di
dalam kotak tersebut, dan menuduh saya yang mencurinya karena kotak masih
terkunci dan saya memegang satu kunci, saya mengingkari tuduhan dan dia pun
bersikeras dengan tuduhannya karena indikasi tersebut.Lalu saya mengembalikan
kunci kotaknya. Sungguh saya tersinggung dan marah dengan fitnahnya. Suatu
ketika saya masuk kamar Adnan Majid Menado, beliau dengan senyum ramah
berbicara tentang kasus saya, beliau berkata membela kehormatan saya, “ saya
sudah menasehati si fulan itu, kamu tidak bisa menuduh Muhammad Ja’far yang
mencuri tape recordermu karena kamu tidak punya bukti dan saksi , mungkin kamu
kelupaan meletakkan tape mu dimana....cari dulu”. Sayapun mengucapkan terima
kasih jazakallahu khoiro kepada Adnan majid yang telah membela kehormatan saya
dan sayapun mengingkari tuduhan tersebut. Sungguh jika di tinjau subjektif,
saya kalah karena berhadapan dengan teman lebih lama belajar di Dammaj.
Beberapa hari kemudian, saat saya di dalam kamar pribadi, tiba-tiba ada
mengetuk pintu, saya buka pintu, ternyata sang penuduh saya dengan muka ceriah
ramah berseri berkata,” afwan ya Muhammad ja’far atas kesalahan saya, tape
recorder sudah saya temukan di dalam saku jaket saat saya mau mencuci
pakaian........dst”. Saya pun menasehati nya singkat, sayapun tulus
mema’afkannya tiada bekas gores luka di dalam hati saya. Setiap manusia pasti
mempunyai kesalahan, sebagaimana ia fulgar menuduh saya, iapun fulgar minta
ma’af dan mengakui kesalahannya dengan kesatria.Kemudian si fulan kembali
menyerahkan kunci kotaknya pada saya, tapi saya menolak, tidak mau kejadian itu
terulang lagi. Sejak itu baik di Dammaj maupun ketemu di negeri ini, saya
bergaul dan bertemu mesra dengannya
tiada ganjalan bekas luka di hati.Ini kekhilafan manusiawi tidak ada unsur
sengaja makar menghancurkan kehormatan saya seperti makar Salim, Ari, Abu Izhar
dkk , Ust Abu Hazim Muhsin dan Taufiq Hidayat Kuningan.
Sayapun bersyukur kepada Allah Ta’ala, tape recorder nya di temukan,
sayapun bersih dari tuduhan,sementara jika tape nya, benar-benar hilang, dan
bisa jadi ia masih memendam tuduhan maka menjadi buruk prasangka anyir
menyengat terus kepada saya bagaikan langit yang tiada bertepi.
Kasus kedua : suatu ketika
Abu ihsan Bantul Jogya menemui saya dengan ramah dan santun, mengajak saya
berbicara tertutup berdua, lalu memulai pembicaraan,”mohon ma’af, ada tuduhan
untuk antum dari fulan, bahwa antum telah menjual kamar antum ke si fulan dan
telah menerima uang sebagaimana harga, kemudian secara sepihak antum
membatalkan dan mengembalikan uang
tersebut kepadanya...........dst”. Sayapun menjawab singkat,” saya tidak ada,
menjual kamar saya kepadanya, fakta sebenarnya, sudah tersebar berita bahwa
saya ingin pulang ke Indonesia, tiba-tiba si fulan itu gigih sekali mau membeli
kamar saya, walaupun sudah saya bilang tidak jual, tetap merayu terus, sampai
suatu ketika di depan teras mesjid, si fulan itu menyodorkan uang dengan paksa
ke tangan saya, untuk beli kamar, saya tegas menolak, sampai ia menghiba, ya
Muhammad ja’far saya malu di lihat orang seperti ini..........., terimalah uang
di tangan saya ini....siapa tahu antum dengan melihat uang ini di kamar, mau
jual kamar antum.. bawa dululah..... Saya mengalah untuk menjaga perasaannya,
menerima uangnya dan saya katakan saya tidak jual kamar dan uang akan saya
kembalikan”. Kemudian uang tersebut saya kembalikan padanya. Abu Ihsan Bantul
menjawab, “ jika seperti itu kejadian sebenarnya, ya sudah.....Sungguh saya tidak ada di bentak,
di tunjuk- tunjuk di depan umum.....bicara kesana kemari, tuduhan di
ulang-ulang ..dst seperti perlakuan
Taufiq Hidayat sebagaiman ikhwan Jambi kota dan Abu izhar persaksikan ( baca
kronologis ) padahal saya sudah menjawab singkat, dan semua yang sejalan dengan
lisan Salim, Ari dkk termasuk Abu Ja’far
Azmi Aceh suka mengulang pertanyaan tuduhan, demikian juga ketika saya di sidang
di malam makar. Abu Ihsan Bantul tidak pula memperlakukan saya seperti
perlakuan kamu wahai Abu Hazim bagaikan politik belah bambu menginjak sebelah
dan mengangkat sebelah lainnya, senyum kepalsuan lain di muka lain di belakang,
bermahkotakan peci kesholehan, manis di
depan menikam bisa di belakang, menanam tebu di tepian bibir rebung berduri di
dalam hati, memoles madu di bibir menyimpan duri beracun di hati, bercakap
bagaikan manis santan menyembunyikan
empedu di hati dan keris beracun di pinggang belakang. Padahal jika di lihat
dari sisi subyektif, saya kalah dengan si fulan tersebut, karena Ust Abu Ihsan
Bantul sudah lama mengenalnya waktu di Laskar jihad dulu. Lalu saya mendatangi
si Fulan itu tertutup, dan menegurnya baik- baik, ia pun minta ma’af kepada
saya, karena di kuasai perasaan ingin beli kamar saya. Sayapun mema’afkannya,
tiada bekas luka di hati sehingga baik di Dammaj maupun ketemu di Indonesia
bertemu mesra. Ini kekhilafan manusiawi tidak ada kesengajaan dan perencanaan
makar untuk menghancurkan kehormatan saya sebagaimana makar Salim, Ari , Abu
Izhar dkk , Ust Abu Hazim Muhsin dan Taufiq Hidayat kuningan.
Kasus ketiga : waktu saya
baru seminggu atau dua minggu di Dammaj, saya
mau kembali ke Son’a ambil uang tiket pesawat pulang, karena ketika
berangkat beli tiket PP. Ada seorang teman yang sudah lama belajar di Dammaj,
titip pesanan, saya pun meminta ia tulis sendiri pesanan di kertas, lalu si
fulan ini memberikan kertas catatan pesanan dengan uangnya.
Pulang dari Son’a, saya memberikan pesanannya dengan sisa uangnya, kemudian
si fulan memprotes saya, dengan tuduhan telah membeli sebuah susu kaleng tidak
sesuai pesanan merk. Saya bersikukuh, susu itu sudah sesuai pesanannya, ia
tetap ngomel.....tidak pernah minum susu merk tadi.
Akhirnya saya mencari kertas catatan pesanannya, lalu saya berkata
kepadanya, “kertas ini adalah catatan pesanan, antum sendiri yang tulis”.
Kemudian ia membacanya, lalu senyum tertawa,” kok saya salah tulis merk ya, kok
saya lupa”. Afwan ya Muhammad Ja’far.
Dalam satu hari, si fulan ini lupa sendiri apa yang ia tulis dalam
pesanannya, gimana jika tidak ada
catatan, dan ia bersikukuh menuduh saya, lalu cerita sama orang cari dukungan ?
secara subyektif, saya pasti kalah karena ia sudah lama belajar di Dammaj dan
saya baru datang. Inilah potret penuduh atau di perhalus bahasa “
pengeritik atau kritikan “.
Bisa jadi penuduh atau
pengeritik itu yang salah, buruk sangka, lupa, bodoh, jahat, salah dengar,
salah paham, salah lihat, salah baca, miss komunikasi, atau BUSER aib- aib
....dst, sungguh betapa indahnya atsar salaf menyibukkan dengan aib dan
kekurangan sendiri, menghisab diri sendiri dan betapa keji dan nistanya (JIL )
jalan iblis dan kanibal kehormatan manusia.
KENANGAN DENGAN UST LUQMAN BA’BDUH DAN UST QOMAR SU’AIDI
Pada tahun 2010, Muhammad
Surur mengadakan dauroh mengundang Ust Luqman Ba’abduh dan Ust Qomar Su’aidi
Lc, di sebuah mesjid di belakang POLDA Jambi. Saya menganjurkan ikhwan Jambi
berta’awun dalam pembiayaan, persiapan dan kepanitiaan. Padahal dari awal saya
sudah mengetahui, ada kepentingan pribadi Muhammad Surur dalam dauroh ini,
yaitu ingin menyidang saya, karena Muhammad Surur percaya penuh dengan fitnah
lisan dusta adu domba Yuda Abu Ihsan, yaitu Yuda telah berdusta memfitnah saya,
telah membuat SMS gelap berkaitan kehormatan pribadi Muhammad surur. Namun
beberapa orang ikhwan Jambi kota, mengundurkan diri dalam kepanitiaan seperti
Abu Faris, Abu Luqman, Rano mereka bercerita kepada saya, yang intinya alasan tidak cocok dengan gaya bicara
Muhammad Surur, yang mereka anggap tidak menghargai orang.( tidak perlu saya
sebutkan alasan mereka terperinci ). Wallahu a’lam. Dalam kenyataan inipun,
masih ada orang-orang yang buruk busuk prasangka kepada saya, menuduh bahwa
sayalah yang melarang ikhwan Jambi Kota untuk berta’awun dalam kepanitiaan saat
itu. Allahul Musta’an. Pada hakekatnya mereka menyangka semua manusia seperti
prilaku dan lisannya.
Kemudian Muhammad Surur
mengirim surat undangan kepada saya pada waktu dan jam yang telah di tentukan,
dengan materi membicarakan masalah-masalah di antara ikhwan. Saya sudah
mengetahui dari beberapa ikhwan, ini hanya surat undangan kedok saja, padahal
sasarannya saya sendiri. Saya langsung datang, menemui dan menyambut Ust Luqman
dan Ust Qomar dengan membawa sedikit buah tangan, di rumah Abu Pasha dan yang
membukankan pintu adalah Muhammad Surur. Saya di persilahkan masuk, dan menemui
Ust Luqman dan Ust. Qomar di dalam kamar. Setelah berbincang sebentar, saya
mempertanya kan agenda muhammad Surur kapan di mulai ? Beliau malah menjawab,
tidak mengetahui, nanti tanya ke Muhammad Surur. Setelah berbincang, saya pamit
pulang malam itu juga.
Di sela dauroh, saya
kembali mendatangi beliau di mesjid di waktu istirahat, bertanya kapan kita
duduk berbicara ? Beliau menjawab “ cukup kita berempat ( ana, Ust. Qomar,
antum dan Muhammad Surur ), jangan melibatkan ikhwan”.,Saya jawab, “setuju saja”. Beliau melanjutkan “jika ada ‘aib antum nanti
malu di bicarakan, jika ada ‘aib Muhammad Surur nanti malu di bicarakan”. Saya
jawab” jika saya ada ‘aib, saya senang di luruskan dan di nasehati dengan cara
santun, apalagi pembicaraan tertutup, itu sudah ada itikad baik”. Beliau
senyum. Besok hari pada hari kedua, setelah shubuh ta’lim di rumah Abu Pasha,
kemudian setelah itu pindah ta’lim di Mesjid bagan Pete sampai selesai. Setelah
sarapan pagi, saya menemui Muhammad Surur, dan Ust Luqman pada tempat berbeda
bertanya kapan agenda pertemuan kita ?, ternyata jawaban mereka semua sama,
tidak jadi, tidak usah.
Beginilah ulah lisan Yuda,
si busuk prasangka anyir menyengat berulat, pendusta adu domba di antara
manusia. Padahal saya yang mencarikan istri untuk Muhammad Surur dan
menghubungi mertuanya, merekom isi ta’lim di WKS Tebing Tinggi, padahal awalnya
ikhwan WKS ingin dari jawa yang sudah senior, juga saya mengusahakannya agar ia
mengisi ta’lim di Sei Bahar. Apapun masalah yang saya dengar tentang Muhammad
Surur, saya menemui ke rumahnya di WKS di sela- sela ta’lim, menasehati baik-
baik tertutup, begitu juga ketika bertemu di Jambi Kota. Datanglah manusia
provokator, busuk prasangka, pendusta adu domba, membuat keributan antara saya,
Muhammad Surur dan ust. Luqman ba’abduh. Semoga Allah sajalah yang membalas
kejahatan Yuda selama ini. Jika pun pertemuan tertutup tetap di adakan,maka
‘aib kembali kepada yang punya i’tikad.
Wahai Abu Hazim Muhsin,
bandingkan kepribadian, lisan dan ilmumu dengan Ust luqman . Muhammad Surur adalah murid beliau, secara
emosionil tentu lebih dekat dengan murid nya.Namun beliau dan Ust. Qomar tidak
ada bersikap seperti lisan dan
kepribadianmu.
KENANGAN DENGAN UST ZUHEIR SYARIF BENGKULU
Setelah dauroh Ust Luqman
Ba’abduh dan Ust Qomar Su’aidi di kota jambi sekitar 5 tahun lalu, Sholihin
Purwodadi mengundang beliau ke Jambi, untuk menyelesaikan fitnah Yuda Abu Ihsan
dan Muhammad Surur ( sebagaima sudah di bahas di atas ), saya terserah kepada
Sholihin dan Muhammad Surur, siapa yang mau di jadikan hakim untuk mengadili
saya atas tuduhan- tuduhannya. Saat itu insya ALLAH saya sudah siap menjawab,
meladeni tantangan mubahalah muhammad surur bahkan melakukan serangan balik
membongkar akhlaq Muhammad Surur yang selama ini saya tutupi atau saya sabari
baik saya sebagai korban langsung maupun persaksian manusia dari Medan, Riau
sampai jambi. Rencana pertemuan di adakan di Ds Purwodadi, saya langsung ke
Desa Purwodadi, saya lama menunggu beliau , akhirnya beliau datang sendiri.
Setelah duduk berdua berbincang sebentar, beliau bicara singkat, “ saya sudah
menasehati semua prilaku muhammad Surur dan menyarankannya kembali belajar ke
Ust Luqman......................dst. Saya sebagai orang yang banyak di tuduh,
Ust Zuheir, hanya mempertanyakan satu hal saja, itupun bisa saya jawab, duduk
perkaranya. Adapun fitnah murahan Yuda yang lain tidak di pertanyakan.Ust
Zuheir bisa mengkritisi semua tuduhan mereka berdua, padahal belum bertanya
kepada saya apa jawabannya. Dan tidak ada berprilaku seperti Taufiq dan Abu
Hazim Muhsin. Wahai Ust Abu Hazim, inilah asatidzah yang sekarang di katakan
sebagai hizbi dalam konteks samudra fitnah Yaman, namun mereka semua bersikap
adil terhadap saya, ketika kehormatan pribadi saya di nodai, sesuai dengan ilmu
syari’at, santun, bijaksana, adil, dan beradab di depan dan beradab belakang saya. Tetapi kamu menjadi
mufti kanibal pemakan kehormatan manusia dan mufti jalan iblis, pandai menanam
tebu di pinggir bibir rebung berduri di hati, menikam bisa dari belakang.
Mengulas senyum kepalsuan di bibir bermahkotakan ‘imamah kesholehan berbalut
jubah domba menuntun srigala pemakan kehormatan manusia. Maka teranglah makar
kamu, Taufiq, Salim, Ari, dkk sebenarnya adalah pembunuhan karakter dan kanibal
kehormatan.
Bahkan ketika jum’at siang
tgl 22 maret 2013/ 10 jumadil awwal 1434 H, Taufiq sudah sekian banyak
menumpahkan tuduhan kepada saya sebagaimana kronologis, sampai-sampai Taufiq
berkata,” waktu dauroh di Purwodadi, Sholihin bercerita kepada saya..........kok
begitu akhlak kamu.
Dalam point ini, Salim kesibukan mengisyaratkan Taufiq untuk diam,
Taufiqpun diam lalu bera lih menuduh ke perkara yang lain tidak menyebut nama
Sholihin lagi. Wahai Salim, kenapa kamu
sibuk mendiamkan Taufiq ketika ia menyebut nama Sholihin? apakah kamu takut
saya jawab?
Silahkan Sholihin bersikap ksatria, jika tidak ada mengadakan
pembicaraan dengan Taufiq atau Salim, silahkan mengingkari datangi Abu Izhar
sebagai donatur dan tuan rumah makar Taufiq. Karena sudah kelihatan belang
terang benderang Salim manusia Raja pendusta dan Raja adu domba.
Tuduhan Taufiq ke 9 : Antum mau membubarkan dauroh saya ini ,
menghalangi dakwah salafiyah adalah thoriqoh ( jalan, cara ) iblis.
Saya jawab : saya tidak ada
mau membubarkan daurohnya sebagai dalam kronologis di atas, justru menunjukkan
kekejian lisan Salim musuh dalam selimut, membuat dusta adu domba.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar