TRAGEDI LISAN ABU FARIS DI SEI BAHAR DAN LISAN PEREMPUAN KERINCI DI
RUMAH SAYA, INILAH YANG MENJADI LATAR BELAKANG MENDIRIKAN MESJID BAGAN PETE
SEKARANG.
Kejadian ke 7. Pada januari 2009, Saya mengajak ikhwan Jambi kota
kumpul, kemudian saya menunjuk Agam Abu Fauzi Aceh yang kerja di properti
menjadi kepala proyek. Kemudian saya mengajak ikhwan ke lokasi seperti Abu
Luqman, Agam Abu fauzi, Marwan, Rano, Salman atau yang lain. Sayalah yang
menentukan lokasi sekarang. Mematok kayu- kayu 10 m x 10 m sebagai pijakan
pertama dan menentukan arah kiblat dengan beberapa kompas yang di bawa oleh Abu
Fauzi.
Abu Fauzi
sebagai arsitek juga dan memperkirakan anggaran dasar untuk pondasi dan
seterusnya dan juga mencari tukang. Suatu hari Abu Fauzi menghadap saya,
melaporkan ada kesulitan yaitu dimana di letakkan barang material mesjid di
letakkan ? jika di lokasi mesjid khawatir di curi orang. Saya sadar ini problem
pertama karena mulut Abu Faris serba tergesa- gesa. Sayapun menyarankan kepada
beliau, untuk mencari rumah penduduk, yang kiranya amanah titipkan barang
material mesjid. Jadi masalahnya bukan jalan masuk mobil seperti ucapan dusta
Abu faris, karena pada tahun itu, jalan sementara di tengah hutan sudah agak
lebar, di tebas ke kiri dan kekanan, bisa lewat mobil pick up. Tidak seperti
tahun pertama akhir 2005. Dan saya tidak heran Abu Faris membuat pernyataan
dusta di depan Taufiq di malam makar, karena saya sudah mengenal Abu faris
sejak tahun pertama, orang yang pandai berdusta ketika waktu damai, maka wajar
saja ketika waktu fitnah menjadi ujung tombak. Dan pandai berkelit dalam lepas
tanggung jawab.
Dan saya masih menyimpan gambar pembangunan mesjid
Bagan pete bulan maret 2009/ 1430 H, dengan laporan kondisi terakhir yang belum
di kerjakan. Dan gambar bulan mei 2009/ 1430 H, dengan laporan kondisi terakhir
yang belum di kerjakan. Gambar ini di laminating oleh Agam Abu fauzi Aceh, dan
di serahkan pada saya sebagai dokumen.
Kejadian ke 8. Ada si fulani, selalu menghubungi saya, minta agar ia
yang menjadi pimpinan proyek pembangunan mesjid, karena menurut pengakuannya
saat itu belum ada pekerjaan. Ia mengusulkan agar jangan bangun mesjid dulu,
tetapi bangun rumah untuk dia dulu walaupun dari papan kemudian bangun mesjid.
Apabila selesai pembangunan mesjid, rumah tersebut di kemudian hari bisa di
jadikan sebagai rumah untuk ustadz. Saya tetap menjawab tidak bisa.
Kejadian ke 9. Abu Fauzi
menghadap saya, melaporkan bahwa sudah dapat tempat menitipkan bahan material
pembangunan mesjid di sebuah rumah penduduk sekaligus ia termasuk salah seorang
tukang pembangunan mesjid. Lalu Abu Fauzi menyebutkan jumlah barang yang akan
di beli dan jumlah uang di butuhkan , kemudian saya menelpon Abu Izhar agar
transfer uang mesjid ke Abu luqman sesuai yang di butuhkan.
Kejadian ke 10. Alhamdulillah selesai pondasi mesjid, pembangunan
berhenti karena uang belum cukup untuk tegak payung. Saya pun berbicara dengan
Abu Faris di rumah saya, mengingatkan akan ucapan-ucapan ia dan Abu Pasha
Ponco, cepat-cepat bangun mesjid, jika sudah terbangun pondasi mesjid, maka
akan banyak yang bersodaqoh, sehingga bisa bangun mesjid, rumah Ustadz dan
asrama santri. Abu Faris menjawab , “ ikhwan Jambi pelit semua ustadz, ustadz
sajalah yang mencari uang “. Saya jawab, “ kemana saya cari ?” Abu Faris
senyum- senyum saja.......dst. Abu Faris dan Abu Pasha tidak ada menyadari
kesalahannya apalagi minta maafpun tidak pernah, justru melemparkan beban
kepada saya.
Pelajaran yang di ambil :
1. Ada orang ta’lim
salafi, padahal sudah lama bahkan di tuakan justru menjadi perusak dalam
dakwah, menjadi duri dalam daging karena ada kepentingan pribadi, ingin ngatur,
suka tampil dll. Jika tidak di penuhi maka menjadi provokator dan pembunuhan
karakter terhadap ustdaz nya ,sementara masih mendatangi ta’lim.
2. Ada orang yang
ta’lim salafi, sudah merasa bebas dari kekeliruan, kekhilafan, kesalahan,
kejahatan bahkan dosa-dosa.
Kejadian ke 11 : Pada tgl 19/20 Syawal 1432 H, dauroh Ustd. Dzulakamal
di Jambi. Mereka mengadakan rapat dan kesepakatan di antaranya no 2 : kami juga
sepakat untuk mengaktifkan mesjid yang ada di Bagan Pete dengan bimbingan ust
Dzulakmal dan asatidzah salafiyin se Indonesia, untuk itu kiranya kunci mesjid
di serahkan kepada kami ( sdr.Hud huda, pak Amir,pak Ponco ). Bahkan di luar
tulisan, ada pembicaraan Muhammad Surur yang menjadi pimpinan.
Saya katakan, INILAH
MAKAR, PENGGULINGAN DAN KUDETA KEDUA TERHADAP SAYA ATAS PEMBANGUNAN MESJID YANG
SUDAH SELESAI .Dan inilah kepentingan Muhammad Surur yang sudah niat dari awal
yakni waktu dauroh Muhammad Ridwan di WKS Tebing tinggi dan kepentingan Abu
Pasha Ponco bertemu dalam dauroh Ust. Dzulakamal. Ketika Hud Huda SMS mau datang ke rumah saya untuk menyelesaikan
masalah mesjid, saya minta Abu Pasha harus datang dan saya di temani oleh Abu
Faris atau Abu Luqman. Padahal saya sudah niat dan sudah saya ungkapkan kepada Rano,
bahwa pendapat saya pribadi , serahkan saja mesjid ke Abu Pasha karena Allah
Maha Kaya lagi Pemberi Rezqi nanti insya Allah buat di tempat lain, walaupun
pendapat ikhwan yang masih ta’lim tidak bisa. Cari saja solusi tengahnya. Namun
Abu Pasha sama dengan Salim yaitu pengecut dan dalang, hanya memperalat orang
sumatra tampil bicara untuk kepentingan pribadinya. Yang datang Hud Huda Bukit
Tinggi. Kemudian utusan Dauroh Hud Huda melobi Bpk Fauzan minta sertifikat
tanah. Ternyata beliau tidak menyerahkannya kepada utusan dauroh Ust Dzulakmal
tersebut.
Pelajaran yang bisa di ambil :
1. Orang yang menyandarkan diri ke salaf bukanlah
orang ma’sum. Tidaklah terlepas mereka dari akhlaq rendahan dan dosa/ kesalahan serta kepentingan pribadi.
2. Masalah, urusan dan apalagi kekeruhan yang
terjadi dalam dakwah salafiyah, terkadang menjadi ajang kepentingan, keuntungan
pribadi tertentu bagaikan mengail dalam belanga, sementara manusia tidak
menyadari.
Kejadian ke 12 : dauroh Tirmidzi prabumulih di trans Purwodadi.
Beberapa bulan setelah
dauroh Ust. Dzulakamal, sepertinya oknum-oknum tertentu yang sudah mempunyai
kepentingan dengan mesjid sejak dauroh Muhammad Ridwan, dan Ust. Dzulakmal
belum puas, sehingga menyambung lagi dengan mengadakan rapat di sela dauro Tirmidzi
Prabumulih ( pernah di sungai lilin) di trans purwodadi.
Mereka berkumpul mencari cara untuk merebut dan
menguasai mesjid Bagan Pete. Abu Pasha dan Marwan Abu Ubaid ikut menyebar opini
busuk prasangka menyengat berulat terhadap kehormatan saya, seakan mesjid itu
milik saya pribadi, padahal milik ummat, sehingga harus di ambil alih. Sungguh
saya tidak pernah sedikitpun terbetik di hati saya seperti itu. Justru anggapan
kalian itu tepat di arahkan pada pribadi kalian, karena kalian merasa mempunyai
saham bersodaqoh, na’udzubillah min dzalik, sehingga
perumpamaan kalian dan semisal kalian berdua bagaikan orang yang yang sudah
buang muntah, tapi masih merindui dan sayang dengan muntah tersebut sehingga
ingin terus memegang, menjilat dan menelan muntahnya. Justru karena saya sadar
bukan milik pribadi saya, makanya sejak awal tahun, saya tegas dan sering saya
ulangi,” selesaikan dulu setifikat dan surat keterangan wakaf”, tapi Ponco yang
selalu membangkang.
INILAH MAKAR, PENGGULINGAN DAN KUDETA KETIGA TERHADAP SAYA
ATAS MESJID BAGAN PETE .
Kejadian ke 13 : Sekitar Muharrom 1433 H, Salim datang ke Jambi ngaku
dari Bangka untuk keliling daerah menyadarkan ikhwan dari fitnah syaikh ‘Adani
dan mempertahankan mesjid. Saya melarangnya membicarakan mesjid, karena tidak
ada bukti bisa mengambil mesjid. Saya kritik balik menyerang terus, akhirnya
saya mengalah. Selesai keliling daerah, ia cerita bahwa berhasil menyadarkan
ikhwan semua dari fitnah Syaikh ‘Adani dan mempertahankan mesjid. Dan justru
sekarang terbongkarlah, Salim ada kepentingan pribadi, musuh dalam selimut.
Membuat opini di belakang saya bahwa ikhwan daerah
yang tidak ta’lim dengan saya bukan karena fitnah Yaman tapi akhlaq buruk&di dalam mobil perjalanan ke bahar,menanamkan pada ikhwan mengantarkan anaknya belajar di SDIT Yayasan Imam
Bukhori.sebagaimana
Pengakuan abu faris .
Pelajaran yang di ambil : yang busuk itu walaupun di simpan dan di
bungkus rapi akan tercium juga, demikian juga kepentingan Salim.
Kejadian ke 14 : Sya’ban 1433 H / Juli 2012 M,
Salman Abu Addin datang kepada saya bahwa akan menyerahkan sertifikat tanah
mesjid dengan syarat atas nama yayasan. Saya tidak mau membuat yayasan,
Salmanpun pulang. Saya pun kecewa dan sakit hati, sudah terlanjur bangun mesjid
dengan susah payah tanpa proposal bahkan tanah sebenarnya bisa di beli,
sekarang malah ibaratnya saya di cekik
minta syarat yayasan. Kenapa tidak dari awal sebelum rencana pembangunan mesjid
? INILAH AKIBAT TERGESA- GESA MENDIRIKAN MESJID DI TANAH ORANG AWAM, SEMENTARA
TANAH BELUM DI MILIKI DAN KUASAI DALAM
BENTUK SERTIFIKAT DAN SURAT WAKAF. Saya menjadi beban pikiran, bukankah kita
bisa membeli tanah ? walau 1 kapling ? Sayapun kecewa dengan Salman karena saya
sejak tahun pertama sudah mengajak Salman menemui Bpk Fauzan untuk berbicara
tentang tanah mesjid agar jelas hitam putih, apakah ada syarat di kemudian hari
? Salman selalu jawab’ nanti-nanti dan salman menjamin bahkan obral janji,
tanah akan di berikan untuk kita ( majlis ta’lim ).Padahal saya bisa saja
langsung ke rumah beliau, masih satu RW ( di teluk permai ) dan satu mesjid, terkadang
bertemu. Namun saya masih menghargainya, tidak mau melangkahinya, kenyataan
Salman tidak menghargai saya, ibaratnya bukan hanya sekedar melangkahi tapi
menginjak kepala saya.
Dan saya sudah bertekad, apabila Salman Abu Addin,
masih gigih minta syarat yayasan, saya akan membuat surat pernyataan terbuka,
menyerahkan bangunan mesjid Bagan pete itu kepada Salman Abu Addin, biar ia
yang bertanggung jawab dunia dan akhirat
Pelajaran dari kejadian ini
1.
Ada orang yang di depan tampak seperti tulus
beramal, membantu bersodaqoh, gigih :
menawarkan apakah tanah, bangunan, rumah, dan lain sebagainya
justru setelah di terima sodaqoh, bantuan, tawaran tadi malah mencekik dan
menyusahkan si penerima barulah di ajukan syarat- syarat di atas segel materai
6000, padahal dalam mua’amalah syarat itu di depan sehingga antara kedua belah
pihak sudah sama- sama ridho dan suka sebelum masuk atau menerima dalam tawaran
tersebut. Bahkan penerima sebenarnya bisa mencari yang lain, membeli, atau
menyewa. Sehingga tampaklah ada kepentingan pribadi orang yang ber amal tadi.
2.
Ada orang berwatak main SMS ( Suka Melihat orang
Susah dan Susah melihat orang Senang ).
Kejadian ke 15 : Sya’ban 1433H/
juli 2012 M, setelah beberapa lama Salman datang lagi, mengatakan Bpk Fauzan
mau tanpa pakai yayasan dan menunjukkan sebuah surat pernyataan ( surat
keterangan wakaf tanah ) bersegel materai 6000, belum di kasih tanggal. Di
dalamnya ada satu baris yang saya pertanyakan kepada Salman yaitu ( Dengan ini
menerangkan bahwa kami berdua yang namanya di atas mewakafkan sebidang
tanah........... Untuk keperluan peribadatan umum masyarakat luas bukan untuk
satu aliran saja ). Di bawahnya ada tanda tangan Bpk Fauzan Sulaiman dan
Supriadi ( Salman ). Padahal jauh- jauh hari saya pernah menceritakan kepada
Bpk Fauzan bahwa mesjid tersebut akan di kembang kan insya Allah sebagai mesjid
pondok pesantren. Demikian juga Salman mengetahui sejak hari pertama tujuan
pendirian mesjid tersebut.Saya menegaskan ke Salman, jangan sampai surat ini
jadi masalah di kemudian hari, masyarakat sekitar nanti nuntut atau Bpk Fauzan
sekeluarga akan merekom bisa mengadakan acara bid’ah, sedangkan kamu sudah lama
ta’lim......dst..pembicaraan cukup panjang, sehingga Salman berkata “ sudahlah
Ustadz tidak usah di permasalahkan, sekedar tertulis di atas kertas saja,yang
penting sertifikat tanah di serahkan”.
Wahai Salman Abu Addin,
jika sekedar tulisan di atas, kenapa ngak di tulis sesuai keridhoan kedua belah
pihak, kenapa di sembunyikan dari awal ? Bahkan terang membodoh-bodohi saya,
justru yang terpenting dan sensitif adalah legalitas tujuan wakaf tanah
tersebut dan fungsi bangunan di atas tanah tersebut adalah wakaf untuk mesjid
ahlussunnah yang akan di kembangkan insya Allah sebagai mesjid pondok pesantren
Ahlus sunnah bukan mesjid untuk keperluan peribadatan umum masyarakat luas bukan untuk satu aliran saja .
Pelajaran dari kejadian ini :
1. Manusia ada yang
lain muka, lain belakang walaupun dia menyandarkan ke salafi.
2. Lama ta’lim bukan
berarti menjamin seseorang beradab dan berakhlaq apalagi mau memegang janji dan
mengamalkan ilmunya, bahkan bisa jadi terkumpul pada dirinya ciri-ciri
munafiqin sebagaimana dalam hadist.
3. Ilmu agama yang di dapat dalam ta’lim, bisa di
sembunyikan asalkan ada keuntungan, kepentingan dan keperluan duniawi, bahkan
sodaqoh ummat, amanah ummat bisa di selewengkan demi kepuasan pribadi
4. egois terhadap kesenangan sendiri, halus
perasaan dan tenggang rasa untuk kepentingan sendiri, sementara mati perasaan
dan tebal muka terhadap perasaan manusia bahkan berkaitan harta sodaqoh
ummat.
5. Prilaku Supriadi (
Salman ) sama dengan Sukatno, Ponco,Ari Aryo, Tabsirun Tegal, Slamet ( Salim ),
Slamet Sumeri Boyolali, dan semisal mereka, perumpamaan kaum yang sudah
jelasnyata salah, bukannya minta ma’af, mengakui keburukan dirinya, memperbaiki
diri dan yang telah di perbuatnya selama ini. Justru tetap congkak dalam
perbuatan kesalahannya, ego sentris dalam kesopanannya, dzolim dalam
kesantunannya, pandai menyembunyikan kejahatan dalam kelembutannya, buruk busuk
anyir menyengat berulat dalam persangkaannya. Preman lain muka lain di
belakang, musuh dalam selimut, sok ma’sum dalam tata kramanya.
1.
Karena saya dan seluruh donatur telah tertipu
dengan janji dan jaminan Salman dulu, bahwa tanah akan di wakafkan ke mesjid
pondok, maka saya menyatakan :
Saya berlepas
diri dari surat pernyataan surat wakaf supriadi dan Bpk Fauzani, karena ummat
yang bersodaqoh yang saya terima dari 5 provinsi ( Jambi, Sumsel, Sumbar,Riau
dan Aceh ) adalah di niatkan untuk perencanaan mesjid pondok pesantren Ahlus
sunnah. Jadi ini adalah sebuah pengkhianatan, kedustaan, dan penipuan terhadap
saya dan ummat.
2. Keadaan saya dan seluruh ikhwan sudah
terpojokkan, terpaksa dan tersudutkan karena mesjid sudah terlanjur basah di
bangun di atas tanah yang belum di miliki dan di kuasai secara legalitas surat,
sehingga pernah suatu ketika saya bersama Abu Faris, Abu Luqman, Abu izhar dan
Abdul aziz secara bersama menghadap Bpk Fauzani untuk mempertanyakan status
tanah. Abu faris mewakili ikhwan berbicara kepada beliau, untuk membeli tanah yang sudah terlanjur di bangun mesjid,
karena biaya pembangunan mesjid lebih besar dari pada harga tanah. Namun beliau
tidak mau menjualnya.
3. Sebagai pelajaran
bagi Ahlus sunnah, ada beberapa kejadian sebuah mesjid Ahlus sunnah di bangun
di atas tanah yang secara legalitas sudah menjadi milik ahlus sunnah, namun
masyarakat sekitar masih bisa mengganggu bahkan mengusir jama’ah ahlussunnah
karena di mesjid tidak di adakan kegiatan bid’ah seperti kebiasaan
masyarakat.Sementara di bagan pete tanah milik Supriadi dan Fauzani dan surat
keterangan wakafpun sebagaimana di atas, sehingga jika ini di kasuskan ke
pengadilan Bpk fauzani bisa menang.Silahkan tanya surat asli keterangan wakaf
tersebut kepada Supriadi ( Salman ).
4. Untuk Supriadi (
Salman ), saya ingatkan sebuah kejadian, pernah saya mengusulkan kepada Abu
Faris untuk musyawaroh tentang status tanah mesjid, adapun Salman wajib datang,
jika ia tidak datang, tidak ada gunanya musyawaroh.Abu faris sempat menelpon
saya berkata “ saya sudah menelpon salman.........dst, salman mengatakan “ jika
rapat untuk membicarakan mesjid saya tersinggung, tidak mau datang “.
Sungguh keanehan, seharusnya yang tersinggung bahkan
marah adalah saya dan seluruh ikhwan dan para donatur, karena janji salman dulu
tahun pertama saya di Jambi menjamin surat wakaf tanah untuk mesjid pondok tidak terbukti. Inilah salman
permisalan kaum yang egois sendiri, cepat tersinggung, perasaan halus hanya
untuk kepuasan nafsu sendiri. Tapi terhadap orang lain, baik di bawah umur,
sebaya, lebih tua, berstatus sosial, tidak ada menimbang ketersinggungan, emosi
manusia, tenggang rasa, tidak sensitif telah mendzolimi manusia.Justru kamu
picik berjiwa kerdil, akal seperti anak kecil, lisan bercabang, akhlaq
ciri-ciri munafiq, wajar saja kamu menjadi bala tentara da’i ( JIL ) jalan
iblis.
Wahai Salman, justru kamu dan Salim lah yang
bercerita panjang lebar dan vulgar tentang kronologis sebab kembalinya Ust
banani ke jawa, tidak di Jambi lagi. Bahkan kamu ceritakan pada saya curhat
beliau sebelum meninggalkan kota jambi, justru kamu sekarang bersama orang-
orang yang tidak beradab dulu dengan beliau. Padahal di kala itu yang di tuakan
di kota jambi justru Abu faris, Salim dan Abu pasha. Allahul musta’an.Pada hari
yang telah di tentukan,setelah itu langsung saya mengurus sertifikat tanah Bpk
Fauzan. lengkap dengan foto copy surat keterangan wakaf tanah tersebut di tulis
tanggal 17 juli 2012.Terbongkarlah makar Salman sebenarnya, rencana ini sudah
lama tersusun, karena ketika surat asli di tampakkan pada saya, tidak tulis
tanggal, tapi pada surat copy surat keterangan wakaf di tulis, sesuai pada
tanggal ke datangan ke kantor KUA. Saya di dampingi Bpk Dahlan.Di sahkan pada
hari selasa 27 Sya’ban 1433 H/ 17 juli 2012. Semua foto kopi dokumen masih saya
pegang. INILAH AKIBAT TERGESA- TERGESA
BANGUN MESJID SEMENTARA SURAT SERTIFIKAT DAN SURAT WAKAF BELUM DI BUAT
Kesimpulannya : Mesjid bagan pete berlandaskan
legalitas surat tersebut bersegel materai 6000 dari pemilik tanah adalah,
mesjid tersebut bukan mesjid salafi, tetapi sebagai mana yang tertulis di atas.
Silahkan seluruh ikhwan yang hadir dulu dalam rapat dauroh Muhammad ridwan des
2006, dauroh Ust Dzulakmal syawal 1432 H, dauroh Tirmidzi prabumulih dan
peserta rapat-rapat Salim, untuk memperkarakan dan menyelesaikan Supriadi (
Salman Abu Addin ), Abu ukasyah sukatno Solo, Abu pasha ponco, Abu Faris tegal,
dan Marwan Abu ubaid sebagai biang kerok permasalahan mesjid. Kalian telah banyak
bahkan berani menghabiskan waktu, pikiran, tenaga, bahkan harta untuk
menyingkirkan, mencampakkan bahkan menggulingkan saya dari mesjid tersebut
bahkan pembunuhan karakter. Kembalikan harta ummat ke niat awal ke masjid
salafi baik secara adat maupun legalitas surat bersegel materai.
Karena
sebagai mana dalam hadist Umar bin Khattab : aku dengar Rasulullah
Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : sesunguhnya amal itu tergantung
niat.......( Muttafaqun ‘laihi ). Kemudian ada legalitas dalam mu’amalah sebagaimana
tulisan saya di atas.
Wahai Hud Huda, jika Bpk
Fauzan menyerahkan sertifikat tanah ke padamu, maka tidak ada gunanya, karena
surat keterangan wakaf tanah dari beliau dan Salman itulah yang paling vital,
sebagai pijakan tujuan sertifikat tersebut dalam urusan di kantor KUA dan
DEPAG.Kamu tidak akan bisa melarikannya. Dan sertifikat tanahpun di pegang oleh
DEPAG karena di wakafkan. Inilah kecerobohan kalian akibat kalian di bakar
emosi, makar menguasai, menduduki mesjid, menggulingkan saya,dan buruk busuk
prasangka anyir menyengat berulat kepada saya.Kalian bungkus kejahatan kalian
dengan slogan mesjid Bagan pete bukan milik Ust Muhammad Ja’far, sungguh orang
dungu dan orang yang busuk anyir menyengat berulat yang berpendapat demikian.
Sehingga hilang akal sehat, adab dan ilmu kalian selama ini, padahal kalian
orang berpendidikan bahkan berpangkat dalam perusahaan. Padahal saya sejak awal
dulu tahun pertama, yang saya tegaskan dengan Salman, Abu faris dan Abu Pasha
adalah “ surat keterangan wakaf dari pemilik tanah”. Sehingga yang di waspadai
dan di pantau secara asal dan dasar adalah Salman dan Bpk Fauzani bukan saya.
Dan Salman sudah mati rasa, tidak merasa bersalah kepada saya demikian juga
orang semisalnya, wajar saja dia bersama Salim dan Taufiq. Allahul Musta’an.
Oleh karena itu semboyan Ari bojonegoro “ kalau di kritik balik menyerang “.
Pada sejatinya adalah perangai seluruh ikhwan yang tidak beradab pada saya
mulai kamu sendiri palagak pakar adab budi pekerti, Salim, Abu Faris, Abu Pasha,
Abu Addin, Marwan dkk.
Kemudian bulan syawal, saya
bersama Bpk dahlan membawa sertifikat tanah Bpk fauzan, dan surat dari kantor
KUA datang mendaftarkan ke kantor Depag kota Jambi, untuk di urus ke BPN.
Sertifikat tanah menjadi serifikat tanda bukti tanah wakaf.Lebih satu tahun
baru selesai Sya’ban kemarin. Itupun sertifikat tanah di pegang kantor depag
sesuai peraturan karena sudah menjadi surat wakaf, saya hanya menerima copi
beberapa halaman saja..
Kejadian ke 16 : dauroh Taufiq Hidayat Alpalembangi pada hakekatnya
makar, kudeta, dan penggulingan terhadap saya atas seluruh aset- aset dakwah
mulai dari uang tahfidh, uang mesjid ( belasan juta ), sertifikat tanah dan
mesjid bagan pete yang ke empat. Sekaligus memakan habis daging dan meminum
habis darah ke hormatan saya.
Kejadian ke 17 : Dauroh Ust Abu Hazim Magetan pada hakekatnya
melengkapi makar dauroh Taufiq, merebus tulang belulang saya dengan kata-kata
nista dan sebagai kafan yang akan di kirim ke Pekan baru lagi. Alhamdullahi
‘ala kulli haalin. Innalillahi wa innaa ilayhi rooji’uun,Allahumma ajurni fi
musibati wa akhlif li khoiron minha.
Ada beberapa hal :
1. Dengan ucapan
Taufiq di malam makar “ serahkan sertifikat tanah mesjid ke Bpk Tabsirun, Bpk
Tabsirun yang sekarang yang bertanggung jawab masjid dan meneruskan
pembangunan,”
2. Abu Faris Tabsirun
telah menanda tangani surat pernyataan saya sebagaimana dalam kronologis.
3. Abu Faris Meminta
dan menerima sertifakat pertama tanah pondok dari saya sebagaimana dalam
kronologis ( dengan cara dusta, menipu dengan kedok meminjam untuk melihat
batas tanah ).
4. Abu Faris menanda
tangani surat penerimaan sertifikat di rumah Abu Ajeng Suprianto sebagaimana
dalam kronologis.
5. Membuat pernyataan
di depan Abu Ajeng, bahwa yang berjasa membangun mesjid Bagan pete adalah Salim
bukan Ust Muhammad ja’far. Perlu di ketahui sayapun tidak ada minta tanda dan
pengakuan jasa darinya.
Kesimpulannya, Allah
Ta’ala sudah mengembalikan segala kesalahan dan keburukan dan proses
pembangunan mesjid kepada muka Abu Faris tanpa ia sadari apalagi pengikutnya
sebagai Raja mengatai- ngatai saya sejak tahun pertama. Dan ia menyangka
dirinya orang yang ma’sum dalam segala hubungan dengan saya sehingga berkumpul
dengan komunitas Abu Hazim dan Salim.
Kemudian terbuktilah nasehat Bpk Humeidi Bahar yang sudah kembali ke Solo. “
Kelak suatu hari nanti jika tidak terbukti segala ucapan Abu Faris Tabsirun,
Abu Faris yang bertangung jawab dengan mesjid Bagan Pete “. Oleh karena itu
taqdir Allah ta’ala sudah menjadi kenyataan bahwa mesjid Bagan pete di tangan
Abu Faris .Dan telah terbuktilah sekarang kenyataan ucapan saya, tidak ada satu
pun ikhwan lama yang mau pindah ke Bagan pete. Dan Salim menyaksikan sendiri ,
tetangganya di Bagan pete justru ipar salim, mertua baru Salim,Dzulfadhli baru
ta’lim sebelum dauroh Ust Dzulakmal, dan Abu Aisya Ardi baru ta’lim setelah
dauroh Ust Dzulakmal. Keburukan watak, akhlaq Abu faris selama ini,
melengketkannya dengan Salim, Taufiq dan eyang Abu Hazim, sehingga
terbongkarlah Abu Faris juga musuh dalam selimut, penggunting dalam lipatan,
penikam bisa dari belakang.
Oleh karena itu, Abu Faris,
Abu Pasha, Salman,Marwan dan Abu Ukasyahsebagai angkatan pertama wajib
menghidupkan, dan bertanggung jawab dengan Mesjid bahkan membangun rumah dan
pindah di sekitar mesjid bagan pete. Salman seharusnya berhenti dari PNS yang
sekarang pindah ke jabar, enak-enakan di sana sementara ia termasuk orang
berulah, berani berbuat tidak mau bertanggung jawab. Kemudian angkatan kedua
Abu Izhar, Abu Luqman Slamet, Ari dan
Abu Izhar wajib pindah ke Bagan Pete, sementara enak-enakan bangun rumah di
dekat lapangan golf, anakpun sekolah di Nurul Ilmi PKS dan yayasan Imam Bukhori
.Tidak ada itikad meramaikan mesjid hanya donatur fitnah Du’at Jalan Iblis (
JIL ). Demikian juga Abu Luqman.
Ari seharusnya berhenti dari PNS dan pindah ke Bagan
pete, karena ia komandan cari – cari kesalahan dan dosa, tidak kamu menghitung
berapa banyak kesalahan dan dosa yang kamu lakukan tiap hari bekerja ? hormat
bendera, pakai bantol, ikhtilat, uang sampingan syubhat dan harom, suara musik,
foto- foto dan tidak mengingkari kemungkaran. Saya tidak mengatakan “ kerja PNS
harom dan gajinya harom “ , boleh kerja di pemerintah dan gaji halal akan
tetapi karena Ari adalah komandan pengorek kesalahan dan dosa manusia, tidakkah
ia menghisab diri sendiri, apalagi ia di departemen keuangan ?
Bahkan dauroh yang di
adakan Salim sekarang, sudah beberapa kali di adakan di musholla komplek
Sevilla, dengan alasan di mesjid Bagan pete jalan becek, tidak ada air dll.
Sehingga kalian juga tidak bisa menghidupkan mesjid apalagi membuat pendidikan
di sana.Justru alasan sepeti inilah dll , saya dulu tidak mau di lokasi
sekaang.Wahai Abu Izhar dan Ummu Izhar, seandainya markas dakwah di perencanaan
komplek militer Sei Duren, sukakah kalian ikut pindah dan mandi dengan air got-
got seperti ucapan Salim ? sukakah kalian anakmu atau menantu, keluargamu mandi dengan got- got ?
Justru kalian mencari enak,
membangun rumah dekat lapangan golf, dan memasukkan anak ke Nurul Ilmi (
PKS/ikhwanul muslimin ) dan yayasan Imam Bukhori. Bukankah kalian orang yang
berlebihan harta ? kenapa tidak membangun rumah di bagan Pete ? Allahul Musta’an.
Dan saya menegaskan masalah mesjid Bagan Pete :
1 . kedudukan saya hanya sebagai pendiri dan
perintis pembangunan mesjid Bagan pete untuk selama-selamanya bukan sebagai
pimpinan pondok atau semisalnya di Bagan Pete. Dan saya berniat mendirikan
mesjid lagi, mudah- mudahan Allah Ta’ala memudahkan.
Saya
menuntut selama-lamanya, agar di kembalikan dalam tempo yang sesingkat
singkatnya ,wajib di kembalikan kepada saya uang kas tahfidzh 2 juta, uang
mesjid 14 juta, dan 3 sertifikat tanah atas nama saya pribadi. Memang saya
membeli tanah dengan uang ummat untuk dakwah. Akan tetapi dalam sudut fikih
harta wakaf itu hukum asalnya tetap, namun boleh di rubah atau di jual dengan
syarat semisalnya bahkan lebih baik. Oleh karena itu 3 sertifikat itu sah saya jual, yang insya
Allah untuk membangun mesjid lagi sekaligus pondok, apalagi 2 sertifikat yang
bergandengan, saya niatkan untuk lapangan sholat hari raya. Dan saya membelinya
dengan usaha sendiri maksudnya, saya tidak mengajak seorang ikhwanpun
musyawaroh apalagi melibatkan mereka mencari uang. Adapun surat penyerahan
sertifikak sebagai bukti saja,karena
sertifikat pertama saya serahkan sebagai korban dusta dan tipu muslihat
dan tidak ada bukti tertulis penyerahannya.Sementara yang ke dua dan ketiga
terpaksa saya serahkan karena Abu faris Tabsirun dkk menahan/menyandera kunci
ruko. Bahkan dalam masalah ini, Abu
Faris bisa, saya kasusukan ke polisi karena tindak kriminal pemerasan dengan
barang bukti SMS Abu faris masih tersimpan, menahan kunci ruko demi mendapatkan
2 sertifikat tanah pondok sebaaimana dalam kronologis di atas, namun saya
berkeyakinan pengadilan Allah Ta’ala lebih adil dan memuaskan karena pelaku kedholiman
tidak akan bisa menghindar kemanapun pergi baik di dunia maupun di akhirat.
Wahai Abu Faris, Dzulfadhli, dari sisi mana kamu pantas merampas sertifikat
tersebut ? kamu mengulani bahkan menyempurnakan kejahatanmu terhadap saya dan
pembangunan mesjid seperti dulu lagi. Belum lagi mengingat bagaimana perbuatan
mereka yang menghalalkan berbagai cara, untukmendapatkan apa yang mereka
inginkan karena ibnu Qoyyim menjelaskan bahwa sebuah dosa/ maksiat itu akan
menumbuhkan yang semisalnya dan akan melahirkan dosa/ maksiat berikutnya
sehingga sulit bagi seorang pelaku untuk berlepas dan keluar kubangan ma’siat/
dosanya, sebagai mana sebuah kebaikan/ ketaatan akan melahirkan kebaikan/
keta’atan berikutnya, sebagaimana ucapan sebagian salaf : sesungguhnya termasuk
hukuman dari sebuah kejelekan adalah kejelekan berikutnya sebagaimana buah
kebaikan adalah kebaikan berikutnya. ( Adda’ wad dawa’ hal 53 ).
2.
Adapun mesjid, sumur dan kamar mandi, WC di atas
wakaf Bpk Fauzan dan Supriadi ( Abu adin Salman ).
Pelajaran dalam kejadian ini ( kejelekan perbuatan Abu Faris dkk
terhadap saya dalam proses membangun mesjid yang akhir tanggung jawabnya
kembali ke mukanya ):
Bukan keluarga dan bukan
kerabat, baik budi badan terikat, bukan keluarga bukan kerabat, baik budi di bawa mati. Bukan
keluarga bukan kerabat, kekejaman perbuatan membawa sengsara, bukan keluarga
bukan kerabat, kekejaman perbuatan membawa duka. Dengan berbuat kebaikan kepada
seseorang, kebaikan itu akan mendapat balasan kebaikan pula, walaupun yang membalasnya
bukan penerima kebaikan tersebut. Allah Maha Pembalas perbuatan manusia, Allah
Maha Adil, Allah Maha Kuasa, Allah Maha Bijaksana. Dan sebaliknya perbuatan
keburukan, dosa, kedholiman kepada manusia, keburukan, dosa dan kedholiman itu
akan di balas walaupun yang membalasnya bukan korban keburukan, dan kedholiman
tadi. Allah Maha Pembalas perbuatan manusia, Allah Maha Adil, Allah Maha kuasa,
Allah maha Bijaksana.
Oleh karena itu kebaikan dan keburukan akan
kembali pada diri sendiri. Kebaikan dan keburukan bagaikan seseorang melempar
bola ke dinding akan memantul balik ke dirinya sendiri. Manusia menanam amal di
muka bumi, naik di bawa malaikat, bersemi dan berbuah di langit, manusia
menanam amal di dunia akan berbuah di negeri akhirat.
Ucapan Abu Faris Tabsirun di
malam makar“ Ustadz mungkin kecewa gaji tidak sesuai janji “.
Saya jawab : BAB INILAH SIKAP
SAYA TENTANG GAJI, SPP, PEMBERIAN SUKARELA BAIK UANG MAUPUN SELAIN UANG DARI
MURID KARENA SEBAB MENGAJARKANNYA ILMU AGAMA.
Setelah saya menyatakan
ruju’ dari fitnah Yaman bersama Syaikh Yahya : di depan majlis ta’lim saya di
Sei Lilin SUMSEL pada hari jum’at sore tgl 19 Syawal 1435 H/ 15 agustus 2004.
Ada SM S masuk yaitu : Alah akh
Insya Allah ( pakai huruf arab ) gak heran M. Ja’far,dia ini kan sdh biasa jual
agama, jd di saat org2 di sekitar dia gak bisa kasih makan lagi dia, diapun
cari kelompok yang bisa kasih makan dia,,mungkin kalau syi’ah mau ksih makan
mulut dia, mungkin bs jd dia pun manut.. ana sdh lama lihat tabi’at buruk si ja’far
pilong ini akh, jd ana gak heran sm dia, adapun selama ini ana menahan lisan
ana, hanya, usaha ana meredam fitnah sj. Pengirim : 082176470100 tgl 18- 08-
2014. 09.08
Catatan : saya tidak tahu, apakah ini no hp penulis SMS atau no hp
orang yang sengaja mengirim ke saya lagi.
Saya jawab sekaligus
karena ada kemiripan dalam masalah gaji dan
makan. Akan saya jawab dalam beberapa masalah. Namun saya beri komentar
sedikit :
1. Saya tidak tahu
pengirim SMS Ini, apakah orang Jambi atau bukan, karena ada penyebutan
Pilliong. Karena saya pernah di Jambi
memperkenalkan asal saya, yaitu bapak dari kec. Bangkinang kota- Kampar
dan Ibu dari kec. Kampar. Nama suku kecil Pilliong, tampak penulis SMS ini
tajassus, penghitung harta orang dan menghitung segala sesuatu dengan uang.
2. Mengandung tuduhan bahwa saya ruju’ dari
fitnah Yaman bersama Syaikh yahya dan kembali ke asal dalam bimbingan Syaikh
Robi’ karena untuk cari makan dan sekarang tidak bisa makan lagi A’uzdubillahi min zalik.
3. Tuduhan penjual agama.
4. Tuduhan orang di sekitar saya sekarang ini,
tidak bisa lagi memberi makan saya.
5. Mengaku sudah lama tahu tentang diri saya.
6. Memuji dirinya selamanya sebagai peredam
fitnah,tapi justru membongkar kedok dirinya pencetus fitnah.
Komentar saya terhadap
penulis SMS Ini : Saya memandang bahwa penulis sms ini bukanlah pemilik aqidah
dan manhaj salafushsholih,dan sangat jauh dari ahlussunnah.Lihat saja pemahaman
aqidahnya yang sangat memalukan menganggap bahwa pemberi makan atau pemberi
rezki pada seseorang adalah manusia.Padahal orang musyrikin saja masih
mengimani tauhid rububiyah.Saya beranggapan bisa jadi semua tuduhannya kepada
saya, merupakan tabi’at aslinya yang mana memanfaatkan manusia/orang- orang
yang dia anggap bisa kasih makan untuk di rekrut menjadi anggota kelompoknya.
Kemudian orang yang berada di sekelilingnya
di ambil harta dan tenaganya untuk kepuasan nafsunya.
(wal’iyadzubillah).Tuduhan ini sangat mirip dengan gaya bahasa,perbuatan dan
makar Salim Boyolali terhadap saya.Mereka mengatakan kepada Abu Fikron
Sholehudin:”Kalau tidak ada Abu Fikron,Muh Ja’far sudah habis.” Padahal ALLAH
TA’ALA yang Maha Pemberi rezki kepada seluruh makhlukNya termasuk hewan
melata.Kemiripan yang lainnya adalah modus musuh dalam selimut yakni pelaku
melakukan fitnah keji terhadap saya,pakai embel-embel “sudah lama kenal” dan
sekaligus melakukan politik pencitraan terhadap dirinya”sebagai peredam
fitnah”,justru SMS nya menambah fitnah .Jadi kesamaan mereka ibarat “Bagai
pinang yang tak terbelahkan lagi”.Saya anjurkan siapa pun penulis dan penyebar
sms ini agar segera bertaubat,agar jangan muncul lagi salim kedua. Bahkan
penulis SMS ini punya kesamaan dengan Salim dkk sebagai tukang penghitung
penghasilan dan harta orang, alias menjengkali orang. Karena saya masih
mengajar di Sei lilin- SUMSEL, Sei Tapah Jambi dan sementara di Jambi kota,
mayoritas sudah bubar, moyoritas jama’ah pun tidak membeli barang dagangan,
sehingga hitungan angka sempoa bayangan Salim dkk, berumuskan khayalan menghasilkan
total angka : saya tidak bisa lagi makan minum apalagi memberikan makan
keluarga. Allahul Musta’an.
(.....kalau syiah....diapun manut ) justru gaya ini sedang di praktekkan oleh Salim,
walaupun bukan kepada syiah. Salim selalu mendatangi murid- murid Ust Abu Salma
LC Yayasan Imam Bukhori , untuk di ajak bergabung dengan kelompoknya agar
mendirikan rumah- rumah di sekitar mesjid Bagan Pete. Dengan iklan menarik “
bagi- bagi tanah wakaf gratis, dan bebas memilih tanah gratis di mana saja,
hitam di atas putih, dan mesjid Bagan Pete akan di koordi nir oleh Ust Nandang
( salah seorang pengajar di Yayasan Imam bukhori ).
Saya di tuduh dan di fitnah sebagai penjual agama Wal ‘iyadzubillah.
Padahal penjual agama sebenarnya ada pada diri Abu Hazim, taufiq dan Salim
Boyolali. Akan saya sebutkan di bawah tentang penjual agama menurut Ibnu
katsir.
Alhamdulillah sampai hari ini,
Allah ta’ala melimpahkan rahmat dan rezqi halal kepada saya sekeluarga, jadi
tidaklah seperti anggapan orang-orang yang beraqidah rusak.
Masalah 1 : Setelah Abu faris mengucapkan kata-kata tersebut, mulailah
Taufiq mengejek saya........dst, dan membanggakan dirinya, bahwa ia mengajar di
ma’had Kuningan tanpa gaji
Masalah ke 2 : Sejak saya masih kecil sudah di didik orang tua untuk
tidak minta- minta walaupun pada kakek nenek- paman dan kerabat, apalagi kepada
orang lain. Ketika saya kuliah di LIPIA Jakarta, salah seorang keluarga saya (
pengurus PP Muhammadiyah Prov Riau ), sudah menasehati saya, jika ingin terjun
dalam dunia dakwah, jangan menjadikan pemberian jama’ah ketika mengajar dan
berdakwah sebagai satu-satunya biaya hidup karena akan merusak keikhlasan dan
mustahil mencukupi kebutuhan rumah tangga, karena bertambah jumlah anak
bertambah juga pembiayaan, belum jika mau bangun rumah. Oleh karena itu
pikirkan dari sekarang untuk berwirausaha. Sampai beliau mengarahkan ide mulai
jasa, dagang sampai berkebun.”
Oleh karena itulah ketika
saya pindah ke Jambi Kota, saya langsung membidik usaha yang tidak mengganggu
aktifitas muroja’ah dan mengajar, pertama kali menjualkan barang dagangan
ikhwan seperti berbagai macam pakaian dan herbal serta buku- buku Islam.kepada
Abu salsa wasiri dan Abu Ukkasya Sukatno,saya ucapkan jazahumullohu khoyro.
Setelah itu saya pesan sendiri ke Jawa membeli berbagai macam pakaian, buku-
buku, herbal. Adapun madu saya cari di Jambi. Saya mendapatkan pinjaman modal
dari adik saya, ketika itu masih bujangan bekerja di sebuah anak perusahaan
CALTEX Riau.Jazahullahu khoiro. Dari keuntungan itu, Alhamdulillah saya bisa
membeli perlengkapan rumah dari yang kecil sampai elektronik yang besar-besar
untuk memudahkan pekerjaan harian rumah tangga, adapun semua perlengkapan
pemberian murid Jambi Kota, saya tulis di buku khusus. Dan itu semua sudah saya kembalikan ke Abu Faris
/ Abu luqman. Saya letakkan di dalam ruangan rumah bekas kontrakan saya dulu.
Adapun motor Cina, yang menjadi fasilitas saya, sudah lama di jual dan uang nya
menjadi kas ta’lim, adapun yang sekarang ini, saya beli dengan Abu Naufal Lubis
di WKS Tebing Tinggi. Ini tahaddust bin
ni’mah.
Masalah ke 3 : karena penghinaan, buruk prasangka dan fitnah Taufiq
dan Tafsirun tentang masalah gaji, saya mohon ma’af terpaksa saya buka dan saya
sebutkan dalam tulisan ini. Ketika saya pindah ke Jambi, Bpk Tabsirun sebagai
orang yang di tuakan, langsung berbicara pada saya,( ketika itu di perum Griya
mayang asri- kel mayang ),“fasilitas untuk Ustadz gaji perbulan 1juta, dan
kontrakan rumah tiap tahun, dan motor
kami belikan walaupun bekas serta sedikit perlengkapan rumah”. Saya sempat
tegaskan kepada Abu Faris “ bahwa saya berniat tidak selamanya di Jambi Insya
Allah, insya Allah saya akan kembali ke Riau, selama saya di Jambi kita
merintis mesjid atau pondok untuk ahlus sunnah di sini, adapun kapan kembali ke
Kampar Riau wallahu’alam.” Dan mesjid/ pondok akan di amanahkan kepada orang
lain.Ucapan ini pernah saya ulangi lagi di rumah kontrakan jl raja Yamin di
depan Abu faris dan sebagian ikhwan sebelum fitnah yaman”.
Namun gaji bulanan, hanya berjalan beberapa bulan, itupun
tersendat dan di cicil,sehingga datanglah Ahmad Farid ngaku di utus Abu Faris
menyampaikan tidak sanggup memberikan gaji 1 juta. Saya pun berkata “ saya
tidak mau memberatkan kalian, terserah kalian saja “. Ahmad Farid berkata “
gaji 500.000/ bulan gimana Ustadz ? Saya jawab, “ tidak apa- apa terserah
kalian saja”. Padahal ini tahun 2006. Setahun kemudian Bpk. Tafsirun berkata “
kami naikkan gaji Ustadz 600.000 kemudian beberapa bulan setelah itu 750.000.
Namun ini tidak berjalan. Sehingga sebelum dauroh Ust. Dzulakmal saja terkadang
400.000. Begitulah tidak ada ukuran tetap, tetap di bawah 500.000. Saya
mengucapkan jazahullahu khoiro. Saya tidak ada kecewa terhadap murid- murid
saya dalam masalah gaji.Ma’af di kata, saya tetap mengucapkan jazahumullahu
khoiro atas infaq dan ta’awun ikhwan dahulu. Ini menunjukkan
kedustaan pembuat SMS di atas.
Salim dkk adalah generasi tahun pertama saya di Jambi, bahkan setelah fitnah
Yaman sampai sebelum kedatangan Salim tidak mampu memberi makan. ( ma’af, ini
mengalah dalam pembicaraan, memakai istilah memberi makan ). Sungguh nista
sekali, Salim dkk mereka mengatakan” jika tidak ada Abu fikron, ust Muh ja’far
sudah habis“. Bahwasanya Abu fikron meminjamkan toko kepada saya jazahullahu
khoiro,namun perlu di ketahui juga bahwa biaya menyekat-nyekat kamar dan bayar listrik/ AC bulanan melebihi
biaya kontrakan 4,5 juta, dan itu bukan dari Abu fikron.
Wahai Salim dkk ! penghinaan kalian itu, menunjukkan
kalian sudah sombong dengan harta, sadarkah kalian apapun harta pada diri
kalian adalah keutamaan dari Allah Ta’ala yang sifatnya sementara. Adapun
masalah kecewa ,nanti saya tulis bab khusus perkara yang saya kecewa.
Walaupun ada ucapan seperti
itu gaji 1 juta/ bulan, saya tetap tidak bertumpu pada pemberian murid.Saya
mencari usaha.Sejak tahun pertama dengan bermacam barang dagangan sebagaimana
penjelasan di atas, Alhamdulillah, saya juga membeli 1 tanah kaplingan di Bagan
Pete ( sekarang sekitar 15 M dari kamar mandi WC mesjid ) kemudian bertambah 2
sampai 3 kaplingan Alhamdulillah. Justru 2 sertifikat tanah BPN, terakhir dan
sisa pembayaran tanah kaplingan justru saya selasaikan setelah dauroh Abu Hazim
Muhsin. Alhamdulillah saya juga sudah membeli tanah 1 kaplingan di kota Dumai
Riau pada Desember 2007 bersama adik kandung saya. Uangnya berasal dari hasil
penjualan sebuah kamar saya di Dammaj Yaman di tambah keuntungan barang
dagangan saya. Setelah saya pulang ke Indonesia, kamar saya di Dammaj, di
tempati oleh Hasan Bugis.
Serta Alhamdulillah 2
kapling tanah di Pekan Baru pada 6 tahun lalu saya beli cash dengan Bpk Husni (
Murid Ust Dzulakamal ), hanya saja ketiga kaplingan tersebut belum
bersertifikat BPN. Juga 1 kaplingan tanah di Perawang, sudah lunas pada 4 tahun
lalu, namun uang di kembalikan sepihak oleh
Abu Ahmad ( padahal sudah lama lunas ), perintah dari Ust Dzulakmal setelah
beliau pulang umroh membawa fatwa Syaikh Muhammad Bin hadi.Uang tersebut saya
belikan note book, buku- buku bahasa arab dan membayar cicilan kaplingan tanah
di Jambi.
Suatu ketika saya menghadap
Bpk Fauzan lagi, untuk mengambil sertifikat tanah kaplingan saya,saya pun
sempat bertanya adakah lagi cicilan tanah kaplingan baru,dan berapa harganya?
beliau berkata, “ 1 kapling ( 20 M x 20 M ) cicilan 800.000 ribu/bulan, cash
skian puluh juta. Saya terkejut, meroket tinggi sekali, padahal tanah ke 3,
saya beli 7 tahun lalu, hanya cicilan 150.000/ bulan. Beliau berkata “ jika ada
orang yang mau jual tanah di kel. Bagan Pete di bawa pasaran, ustadz beritahu
saya, hari ini juga, saya beli langsung”. Saya berkata” berapa pasaran 3
kapling tanah saya pak ? Beliau menjawab “ yang dekat mesjid Bagan 1 Tumbuk (
perseratus meter ) harga cash 12.juta /tumbuk, di lokasi ke 2 dekat Citra raya 20 juta/tumbuk, dan lokasi ke 3, karena tanah ustadz langsung di tepi jalan
raya harganya 25juta/ tumbuk. Ini tahadduts bin ni’mah, jika ada orang yang mau
buruk prasangka lagi, bahwa ini semua tidak benar, maka bisa saya tunjukkan
sertifikat saya, insya Allah.”
Masalah ke 4 : Sejak makar Salim, Taufiq, Abu Hazim, moyoritas
murid-murid saya di Jambi kota bubar, Alhamdulillah saya tidak ada kesulitan
mencari biaya makan. Saya bersyukur atas pemberian Allah Ta’ala rezki halal dari jalan mana
saja yang terkadang tidak saya duga-duga. Dan semoga Allah ta’ala membalaskan
kebaikan orang-orang yang telah berbuat kebaikan kepada saya selama ini.
Jazahumullahu khoiro Allah Ta’ala Maha Kaya. Maha Pemberi Reqzi, dan Allah
Ta’ala Maha Pengatur Segala urusan.. Allah Ta’ala juga bukakan hati
hamba-hambaNya.Jika hari ini mungkin ada orang kesulitan meminjam modal, justru
ada orang-orang yang datang sendiri
kepada saya, menawarkan pinjaman uang beberapa juta. Bahkan ketika istri saya
hamil tua anak ke 4 ( lahir Sya’ban kemarin ), justru saya di panggil seorang
pengusaha Riau menawarkan modal besar. Saya tolak karena tidak bisa
memanfaatkannya dalam waktu sekarang, beliau tetap menyuruh saya, jika nanti
sudah ada ide, agar saya menemuinya. Alhamdulillah juga ada beberapa ikhwan
yang sampai sekarang masih berbuat baik dan percaya meminjamkan modal kepada
saya. Jazahumullahu khoiro. Demikian juga ada orang yang mengajak saya
kerjasama dagang , namun saya tolak karena saya tidak mempunyai kesempatan dan
kemampuan. Bahkan ada yang menawarkan kepada saya, ruko mau habis kontrakan
tidak di perpanjang lagi dan saya di ajak ikut meletakkan barang dagangan
gratis Insya Allah.
Alhamdulillahilladzi bi
ni’matihi tatimmusshoolihatu ( segala puji bagi Allah yang dengan kenikmatanNya
sempurnalah segala kebaikan ). Saya dan istri saya bukanlah seperti orang yang
terbuang di negri rantau, masya Allah, Ibu mertua saya PNS, Bapak mertua punya
mobil pribadi carry& xenia dan usaha air isi ulang, suka mengirimkan uang untuk THR cucunya
bahkan bantu kelahiran sejak tahun pertama, padahal mereka masih awam.
Jazahumullahu khoiro.Masya Allah,Bapak saya pensiunan PNS . Kedua orang tua
mempunyai 6 rumah kontarakan, kebun sawit, karet dan nanas, belum lagi tanah
kaplingan. Alhamdulillah bapak saya sudah dua kali menunaikan ibadah haji dan
ibu saya sekali bersama bapak waktu kedua kali. Orang tua saya suka mengirimkan
THR untuk cucunya. Demikian juga adik- adik saya suka kirim THR, sodaqoh untuk
keponakannya. Masya Allah,tiga adik saya sudah mempunyai rumah dan dua di
antaranya sudah memiliki mobil xania / Terios. Bahkan tiga adik- adik saya
tersebut, terkadang meminjamkan uang kepada saya untuk modal dagang. Padahal
mereka awam. Jazahumullahu khoiro ( semoga Allah ta’ala menambah rezqi dan
menambah rahmat dan hidayahNya ). Alhamdulillah Semua 4 orang anak saya lahir
di klinik bersalin dan di aqiqah tepat pada waktunya dengan di cateringkan nasi
kotak beserta lauk pauknya. Anak saya ke 4 perempuan lahir 28 Rajab 1435 H/ 28 Mei 2014. Saya sewa
kamar AC. Bahkan sejak dari dulu, ibu mertua saya dan adik perempuan saya/ ibu
saya saling berebut, ingin mengambil anak saya pertama ‘Aisyah untuk di asuh.
Alhamdulillah ini tahaddust bin ni’mah. Ini menunjukkan bukti kasih sayang dan
rahmat Allah Ta’ala kepada saya sekeluarga kemudian kasih sayang mertua, orang
tua dan adik perempuan saya kepada anak- anak saya. Bahkan Salim sendiri pernah
mendampingi saya pergi isi ta’lim di Lubuk linggau- SUMSEL, saya dulu sambil
membawa buku- buku dagangan. Salim sampai terheran- heran. Buku dagangan saya
sampai laku 2 jutaan lebih. Saya jawab ketika itu kepada Salim “ ini reqzi
untuk aqiqah anak saya ke 2 Insya Allah Ta’ala, ketika itu istri saya sedang
hamil tua anak ke 2.
Beginilah walaupun Salim dkk telah menanamkan dan
menyibarkan kebencian dan kampanye hitam di Jambi Kota, namun Allah Ta’ala
telah menggantikan dengan orang –orang yang menyimpan kasih sayang tulus kepada
saya sekeluarga baik dari orang awam maupun ikhwan yang masih ta’lim, apalagi
keluarga sendiri. Jazahumullahu khoiro( semoga Allah menambah rezqi, merahmati
& memberi hidayah kepada mereka sekeluarga ).
Jadi sebuah fitnah busuk
prasangka anyir menyengat berulat, opini bahwa saya ruju’ dari fitnah Yaman
bersama Syaikh yahya, dan kembali ke asal bimbingan Syaikh Robi’ karena tidak
bisa makan lagi, sehingga mencari kelompok yang bisa memberi makan Allahul
Musta’an
Padahal ketika masih bersatu sebelum datang dauroh
Ust. Dzulakmal, bukan ikhwan Jambi kota yang memberi saya makan. Apakah cukup
400.000 untuk makan sekeluarga wahai penulis
SMS ?. Allahul Musta’an.Bagaimanapun saya tetap mengucapkan Jazahumullahu khoiro
pada siapapun yang telah berbuat baik kepada saya sekeluarga. Terpaksa saya
tulis ini semua, karena di sebabkan lisan Abu faris Tabsirun dan penulis SMS
ini.
Apa latar belakang saya, berani mengatakan kepada
Abu Faris bahkan saya ulangi lagi di rumah kontrakan Jl Raja yamin, bahwa saya
tidak selamanya di Jambi insya Allah ?, dan ada niat kembali ke Riau Insya
Allah ? hanya kapan waktunya, saya belum
tahu. wallahu a’lam. Saya berniat membangun mesjid / pondok di tanah keluarga
sendiri, Alhamdulillah tanah lebih luas. Sebagaimana di atas, masya Allah,orang
tua saya mempunyai kebun nanas bahkan sekelilingnya tanah keluarga di Ds Kualu,
beberapa KM setelah pondok Ust.Dzulakmal, bahkan di desa kelahiran, ibu
mempunyai kebun karet, dan sawit, bahkan
tanah nenek rahimahallahu tidak di garap, hanya padang ilalang. Ibu saya tentu
ada bagian warisan.Saya sudah lama berbicara dengan ibu dan kerabat ibu jauh
hari sebelum fitnah Yaman, setuju sekali di bangun mesjid/ pondok di tanah
keluarga.Kenapa saya ulangi ketika rumah di jl Raja Yamin ? karena ada seorang
kaum saya menelpon, mengusulkan agar saya kembali ke Riau saja , menetap di
Kampar saja dengan banyak alasan ini.... dan itu...., karena desa kelahiran
saya, di jadikan ibukota kecamatan baru yaitu kecamatan kampar Utara dan Pemda
kab. Kampar memberikan dana 3 milyar untuk pembangunan mesjid besar
kecamatan.Kepala desa masih kerabat. Sehingga ada usulan agar saya, sebagai penduduk
asli, bisa ikut serta mengisi ta’lim di mesjid besar dan alumni dari luar
negeri............dst. Maasya Allah,sementara secara sosial nasab, kakek saya
Dt Rajo Imam Malano ( bapaknya ibu, alhamdulillah masih hidup ) adalah kepala
suku Domo tertinggi di Kab kampar dan bapak dari nenek buyut saya adalah Dt
Batuah kepala suku Pilliong dan suami dari nenek buyut saya adalah Dt Panglima
Khotib ( gelar untuk penasehat/ mufti kepala suku ).Sehingga ketika saya pernah
haji dari Sudan sebelum belajar di Yaman, saya bertemu Ketua MUI Kampar/ ketua
Muhammadiyah kab kampar, lalu beliau memperkenalkan saya dengan warga kampar
sebagai cucu Dt. Malano, tanpa saya minta dan saya di minta sebagai
pendampingnya. Sehingga pernah kakek saya mengatakan “ kamu bisa saja suatu
hari nanti insya Allah di angkat sebagai kepala suku atau panglima khotib
karena ada asal nasab, apabila yang memegang jabatan sekarang meninggal dan
rapat keluarga/ kaum.Maasya Allah, kakek saya dari pihak bapak ( Buya Abdul latif ( hasan Basri ) pernah
belajar di mekkah, dan di masa Belanda menetap di Kuala simpang Aceh dan
terakhir menjadi kepala KUA Langgam(sekarang Pangkalan kerinci- kab Pelalawan
). Dan kerabat kakek pihak bapak saya ada memiliki mesjid keluarga seluas 12
Mx12 M di Kp Godang- Bangkinang Kota, terkadang menjadi tempat berkumpul
keluarga besar pada 9 Syawal. Bahkan ketika saya baru dari Yaman, ada seorang
keluarga saya menemui saya, mengajak untuk mendirikan Islamic center di kota
Bangkinang-Kampar di atas tanah keluarga, dan saya sebagai pimpinan
markaz. Namun ketika itu saya belum mau
dengan beberapa alasan. e
Masalah ke 5. BAB INILAH MASALAH YANG SAYA KECEWAKAN DENGAN ABU FARIS
DKK.
Saya tulis bab ini,
sebagai jawaban ucapan Abu Faris, yang dari dulu Raja mengatai- ngatai dan
tidak pernah menyadari sikap tidak beradab dan kesalahannya. Sehingga menuduh
saya kecewa dengan gaji di malam makar Taufiq tersebut. Padahal saya tidak
pernah kecewa dalam masalah gaji, tetapi masalah kepindahan rumah dan lisan
wanita yang di tuakan. Jika saya kecewa masalah gaji tentulah saya sudah lama
pindah meninggalkan Jambi ke daerah lain, karena sebelum fitnah Yaman, beberapa
daerah ada yang mengajak saya pindah seperti Zubeir Perawang Riau, Abu Ahmad
Perawang Riau, padang kota, Ma Bungo jambi dan kota palembang, namun saya tolak karena ingin
merintis mesjid/ pondok di kota jambi.
1. Kasus pindah kontrakan rumah tahun kedua dari
Sei Kambang ke Teluk Permai Desember 2006 s/d 2007.
Awalnya saya ngontrak di Sei kambang seharga
1,5 juta. Ketika saya resmi pindah ke Jambi sudah di bayar. Suatu ketika Abu
Pasha Ponco sebagai yang memegang keuangan datang ke rumah pada sore hari
dengan anaknya bernama Qori’. Sampai pembicaraan pindah rumah, Abu Pasha
menegaskan sudah ada uang. Demikian juga ikhwan lain sudah berkata seperti itu.
Tapi untuk lebih meyakinkan hati, saya berkunjung bersama Abdul Bari ke rumah
Abu Faris ( sebagai orang yang paling di tuakan ) , Abu Faris pun menegaskan
sudah ada uang untuk biaya kontarakan, akhirnya Salman Abu Addin, Rano
menyampaikan bahwa ada rumah kosong dekat rumah mereka. Sementara kontrakan di
Sei kambang sudah habis. Kami bertiga melihat rumahnya, setelah cocok, saya
telpon Abu Faris bahwa kontrakan 3.500.000, beliau menyetujui, uang sudah ada.
Akhirnya saya masuk, saya kasih uang muka 500.000 kepada pemilik rumah dan sisanya satu hari
atau dua hari lagi. Setelah itu saya menemui Abu Faris, menanyakan ucapannya,
dengan enteng Abu Faris menjawab “ tidak ada uang Ustadz “. Saya langsung
kecewa kaget, dan tersinggung dengan kejujuran ucapannya. Lalu saya pun
mengambil alternatif lain “ jika memang tidak ada uang kas, saya pinjam uang
pribadi bapak, berapa bapak sanggup ? Insya Allah akan saya bayar. Abu Faris
menjawab” lagi tidak ada uang Ustadz”. Demikian juga saya bertanya ke Abu Pasha
tentang ucapannya kemarin, hampir sama dengan jawaban Abu Faris. Sayapun
bertanya ke Salman. Allahul Musta’an. Saya kebingungan dan malu besar dengan
pemilik rumah, karena tidak sesuai janji. Saya telah di permalukan oleh Abu faris
dan Abu Fasha. Sementara pemilik rumah datang nagih terus. Saya tidak menyangka
Abu Faris dan Abu Pasha berani berdusta,ingkar janji, kenapa tidak berkata
jujur saja sehingga saya ada persiapan mencari sendiri kontrakan rumah ?
Sedangkan rumah di Sei kambang kemarin, jika saya mau menyambung kontrakan lagi
naik menjadi 2 juta/tahun.
2. Kasus lisan
wanita yang di tuakan terbaring di Rumah sakit DKT.
Padahal waktu saya pindah ke teluk Permai,anak
pertama ( ‘Aisyah baru berumur sebulan) Akhirnya kontrakan rumah, saya bayar
lagi dengan uang saya pribadi 1,5 juta. Lalu Alhamdulillah mertua saya transfer uang 1,5 juta . Sehingga lunas
3,5 juta. Saya malu sekali di tagih terus uang kontrakan oleh pemilik rumah, di
anggap mengingkari janji. Sementara saya percaya penuh dengan ucapan Abu Pasha
dan Abu faris, yang bukan hanya sekali dua kali. Alllahul Musta’an.
Beginilah adab dan akhlaq Abu faris dan Abu Pasha
kepada saya. Jangankan adab kepada seorang Ustadz, rasa manusiawipun tidak ada.
Bahkan tidak ada rasa malu, bersalah apalagi minta ma’af dan memperbaiki
kesalahan. Barulah setelah beberapa bulan Alhamdulillah masuk sodaqoh dari
ikhwan jambi kota dan daerah- daerah, sehingga uang saya terganti. Lalu uang
saya tersebut, saya arahkan membayar cicilan tanah kaplingan saya, yang selama
ini nunggak ( tidak saya bayar ) karena di dahulukan untuk persiapan kelahiran
anak pertama. Tanah itulah yang sekarang dekat kamar mandi/ wc mesjid Bagan
Pete.
Sudah jatuh, malah tertimpa tangga. Beginilah ibarat
musibah yang menimpa saya pindah ke Teluk permai. Saya, Salman dan Rano kurang
teliti melihat plakpon rumah, ternyata malam pertama baru pindah turun hujan
deras, bocor di dalam kamar pribadi persis di atas kasur.
Bahkan pernah
suatu kejadian saya sedang safar di luar daerah, ketika setelah isya’, istri
saya saat itu masih dalam kondisi nifas,ia menelpon saya bahwa ia sejak tadi
siang sakit, kemudian pendarahan banyak dan belum makan sementara listrik mati
hari hujan, demikian juga anak saya ‘Aisyah rewel karena demam. Saya langsung
menelpon Salman Abbu Addin,karena Salman rumahnya tidak jauh dari rumah saya
dan tidak jauh dari rumah pun ada klinik.Saya menceritakan berita keluarga
saya, kemudian memohon minta tolong kepadanya, agar membawakan seorang perawat
ke rumah saya, dan Abu Addin pun di temani istrinya. Malam itu saya langsung
pulang. Alhamdulillah saya sampai di rumah, istri saya sudah di suntik perawat
dan minum obat. Jazahullahu khoiro. Tiada saya sangka, kejadian ini beberapa
tahun kemudian menjadi ejekan, caci maki, hinaan dan fitnah dari seorang
ummahat yang di tuakan pada saat itu ia sedang terbaring di Rumah sakit DKT.
Dalam keadaan sakit di opname di Rumah sakit saat itu, justru ia mengejek,
menghina, mencaci maki istri saya dan memfitnah kepada seorang akhwat baru
ta’lim,bahwa istri saya telah menyusahkan fulanah ( dulu belum menikah )
sehingga malam itu di suruh datang menjenguknya dengan naik motor......
begini.....begitu..jika tidak ada fulanah itu,tidak ada yang menolong, sama
sekali......dst.- Padahal fulanah tersebut yang punya niat baik untuk datang
ingin menolong istri saya,karena mengetahui saya sedang safar. sebelum datang
Salman membawa perawat,seperti biasa istri saya jika ada masalah
kesehatan,berkonsultasi kesehatan dengan fulanah tersebut,karena fulanah memang
bekerja pada bidang kesehatan. fulanah tersebut berinisiatif sendiri berkunjung
dengan mobil pribadi bersama adik perempuannya kemudian setelah sampai di rumah
saya,fulanah menawarkan istri saya apakah mau di bawa ke Rumah sakit atau
klinik kemudian istri saya menolak karena saat itu sudah merasa cukup dengan pengobatan dari perawat yang di bawa
Abu Addin.Jazahallahu khoyro untuk fulanah tersebut...
Beginilah wanita di tuakan
itu, bukan hanya sekedar tidak ada rasa iba, dan manusiawi justru membuat
cerita dusta adu domba, fitnah, menanam kebencian dan busuk prasangka atas
musibah yang menimpa seseorang agar terjadi pembunuhan karakter. Tapi di depan
muka ramah sekali, sopan santun, dan suka duduk di dekat istri saya ketika ta’lim.
Allahul musta’an. Jika dalam keadaan sakit, wanita di tua ini begini lisannya,
bagaimana keika ia sehat ? jika dalam masalah musibah saja, ia sudah buruk
prasangka dan mencari- cari kesalahan , maka bagaimana dengan masalah lain ?
Padahal wanita di tuakan itu, jika ia dirawat Rumah
sakit, sementara suami dan anak- anaknya lagi tidak ada, justru minta tolong
kepada salah seorang ummahat lain atas
segala kebutuhannya. Maka wajar saja lisan wanita ini, suka memojokkan dalam
masalah pembangunan mesjid, sama seperti perbuatan suaminya,bahkan ketika angin
fitnah datang, ia bersama Ust. Dzulakmal maka kencang pula dosa lisannyanya
terhadap kehormatan saya Dan istri saya. Menelpon dan berkunjung, sambil
menyanjung prilaku pujaan hatinya Yuda Abu Ihsan dan fulanah (mantan istri si
AB ), demikian juga suaminya, sama dengan prilaku istri. Bahkan pemuja prilaku
Marwan Abu Ubaid, dan Fulanah ( mantan istri si AB ). Maka jadilah prilaku
suami istri ini bagaikan pinang yang tak terbelahkan lagi dengan prilaku Yuda
Abu Ihsan, Marwan dan Fulanah ( mantan istri si AB ). Sementara Marwan menjadi
bala tentara Salim, dan banyak kesamaan watak dengan Salim bagaikan pinang yang
tak terbelahkan lagi.
Kasus 3 : waktu syawwal, saya sekeluarga sedang di rumah orang tua
saya di Kota Pekan baru datanglah Abu
Pasha dan istrinya yang kebetulan juga lagi di Pekan baru berkunjung ke rumah
orang tua saya. Sampailah pembicaraan, Abu pasha menyarankan agar saya
hendaknya pindah ke perumahan pinang merah bagan pete, dengan alasan lebih dekat
dengan lokasi tanah pondok dari pada ngontrak di tengah kota, dan ada ikhwan
yang juga mau pindah bersama di komplek tersebut yaitu Abdul bari dan Salman
Abu Addin. Di jambi saya tanya mereka berdua, tidak mengakui mengatakan
demikian ke Abu pasha dan tidak ada rencana pindah ke komplek pinang merah,
saya heran, siapakah di antara mereka yang pendusta di antara mereka bertiga ?.
Waktu kontrakan rumah di teluk permai mau habis saya
mau pindah, dengan alasan mencari rumah yang lebih murah dan lebih kecil serta
penghematan biaya bulanan. Dapatlah rumah di gotong royong sekarang. Yang
mencarikan adalah ummu Ubaid bantuan dari temannya Jazahallahu khoyro. Ummu
Pasha tidak setuju kepada ummu Ubaid karena mencarikan kontrakan baru. Bahkan
suaminya Abu pasha ponco berbicara kepada saya setelah ta’lim “ ustadz jangan
pindah dari Teluk permai karena itu hasil rapat dari ikhwan WKS Tebing Tinggi”.
Saya bertanya keherenan“ siapa saja yang rapat, kapan, apa alasannya ? Abu
Pasha menjawab “ Ustadz jika di beritahu
pengurus yayasan, tinggal patuh, jangan bertanya, siapa yang rapat dan dimana
dan apa pembicaraan.........dst”
Saya tersinggung
dengan lisan dan adab Abu pasha, waktu kejadian itu Abu faris di samping
saya dan setuju saja pindah ke gotong royong. Terjadilah pembicaraan
panjang......... ...sementara Abu faris tabsirun membela dan mendukung saya
dalam pembicaraan itu.
Ada belasan point kerusakan akhlaq dan manhaj Abu
fasha dalam pembicaraan itu,tampak gaya bicara seperti kelompok jama’ah imamah
bai’at. Saya tulis semua kerusakan lisannya di atas kertas, namun setelah itu
kertas itu saya buang, karena masih memberikannya ‘uzur.
Setelah ta’lim di WKS Tebing tinggi, saya
bertanya satu persatu ke jama’ah atas ucapan Abu pasha di atas, namun tidak ada
satupun yang mengakui, sehingga saya menjadi tersinggung melihat perlakuan
ikhwan. Dari kejadian inilah, menjadi latar belakang saya, meminta foto copi
yayasan di jambi yang di buat ust Zuheir Syarif Bengkulu waktu masa LJ yaitu 11
mei 2001. Beliau sempat beberapa bulan di Jambi, kemudian di gantikan oleh Ust.
Banani JATENG.
Saya membaca
berkali-kali aturan di dalam pendirian yayasan tersebut, kemudian bertanya
kepada Abu faris nama pengurus dan di mana pengurus tersebut sekarang. Ternyata
tidak ada nama ponco. Justru menurut Abu faris ketua yayasan adalah dr Ahmadi
dan biaya dari pihaknya,abu faris memegang suratnya. Akhirnya dr Ahmadi membuat
yayasan sendiri yaitu As sunnah karena tidak setuju pihak Abu faris mengambil
da’i dari LJ sedangkan dr Ahmadi ingin da’i dari komunitas Ust. Abdul Hakim
Abdat atau Ust. Yazid.
Kemudian setelah saya
membaca aturan yayasan, banyak sekali bertentangan dengan Islam, sehingga sejak
itu saya mengingkari yayasan, sebelum ust Abu turob menulis tentang kerusakan
yayasan, apalagi Abu pasha selalu bersembunyi dengan nama yayasan untuk
keinginannya pribadi. Bahkan Pasha bin Ponco pun ikut melarang saya, jangan
pindah, agar saya tetap di teluk permai.Dengan alasan demi kesehatannya, tidak
kuat naik motor jauh dari rumahnya sampai ke gotong royong. Ketika itu pasya
belajar privat dengan saya pada pagi hari sekitar jam 9 atau jam 10. Sampai di
rumah gotong royong, saya menasehatinya bukan sekali dua kali, jika memang
fisik lemah ( tidak kuat jauh naik motor ) sekalian saja mondok baik di jawa
atau di Pekan baru. Akhirnya saya menyarankannya mondok di ma’had Ust.Dzulakmal
sambil mengajak keluarganya untuk ikut ta’lim juga. Setelah itu Pasha berangkat
ke pekan baru.
Kesimpulannya, wahai Abu
Faris, inilah 3 perkara yang saya kecewakan yang berangkat dari kerusakan lisan
dan keburukan watak kalian. Saya tidak ada kecewa dalam masalah gaji.
HUKUM SPP, GAJI, PEMBERIAN
SUKARELA BAIK BERBENTUK UANG ATAU BUKAN UANG DARI MURID- MURID/ JAMA’AH KARENA
DI SEBABKAN MENGAJARKAN ILMU AGAMA.
Allah Ta’ala berfirman :
ولا تشتروا بآياتي ثمنا
قليلا وإياي فاتقون
Artinya : Dan janganlah kalian
menjual ayat- ayatKu dengan harga rendah, dan hanya kepada Akulah kalian harus
bertaqwa ( Al baqoroh 41 ).
Berkata Ibnu katsir di
dalam tafsirnya : Janganlah kalian menukar iman kepada ayatKu dan iman kepada
RosulKu, dengan harta duniawi dan kelezatannya. Karena sesungguhnya harta
duniawi itu sedikit lagi fana ( punah ). Sebagaimana ucapan Abdullah bin Al
mubarok : telah memberitahu kami Abdurrohman bin Yazid bin Jabir dari Harun bin
Yazid berkata : di tanya Hasan Al basri tentang Firman Allah Ta’ala ( di atas )
: berikut dunia dan isinya.
Berkata Ibnu luhai’ah : telah bercerita kepadaku
‘Atho’ bin Dinar dari Sa’id bin Jubair tentang Firman Allah Ta’ala ( di atas )
: Ayat- ayatNya yaitu kitab suciNya yang di turunkan kepada mereka, sedangkan
yang di maksud harga yang rendah adalah duniawi dan segala kesenangannya.
Berkata Suddy tentang Firman Allah ( di atas ) :
janganlah kalian mengambil dengan thoma’ ( keinginan ) sedikit, dan janganlah
kalian menyembunyikan asma ( Nama- nama Allah ) karena thoma’ tersebut yaitu
harganya.
Berkata Abu
ja’far dari Ar robi’ bi Anas dari Abul ‘Aliyah tentang Firman Allah ( di atas )
: Janganlah kalian mengambil upah/ imbalan atasnya.
Berkata Abul ‘Aliyah : hal ini sudah tertulis pada
kitab suci terdahulu yang ada pada di sisi mereka : wahai anak Adam ajarkanlah
ilmu dengan gratis sebagaimana kamu di ajar ilmu dengan gratis.
Menurut pendapat lain : ma’nanya adalah : janganlah
kalian menukar penjelasan, keterangan dan menyebarkan ilmu yang bermanfa’at di
kalangan manusia dengan cara menyembunyikannya dan talbis ( pengkaburan ) agar
kalian tetap lestari atas kepemimpinan duniawi yang rendah lagi hina ini dan
pasti akan lenyap dalam waktu dekat.
Dan di dalam
sunan Abu daud dari Abu hurairoh
rodhiallahu’anhu berkata : bersabda Rasululullah shallallahu’alaihi wasallam :
barang siapa yang mempelajari ilmu yang sepantasnya dalam rangka mencari wajah
Allah, tidaklah ia mempelajari ilmu tersebut kecuali dengan ilmu tersebut untuk
mendapatkan bagian duniawi maka ia tidak akan mencium bau syurga pada hari
kiamat. ( Shohih ).
Adapun mengajarkan ilmu
dengan imbalan/ upah/ gaji : maka jika pengajar telah memperoleh gaji, maka
tidak boleh lagi baginya, mengambil imbalan/ upah atas mengajarkan ilmu, dan
boleh baginya mengambil gaji/ upah/ imbalan dari baitul mal dalam jumlah yang
mencukupi kebutuhannya dan anggota keluarganya. Tetapi jika pengajar tidak
memperoleh sesuatu gaji/ imbalan/ upah dari baitul mal, sementara tugas
mengajarkan ilmu, telah menyita waktu sehingga tidak dapat mencari nafkah, maka
kedudukan sama seperti orang yang tidak menerima gaji/ imbalan/ upah. Apabila
ia tidak menerima gaji/ imbalan/ upah ( dari baitul mal ), maka di perbolehkan
bagi pengajar tersebut mengambil/ meminta upah/ imbalan menurut pendapat Imam
malik, Syafi’i, Ahmad dan jumhur ulama, sebagaima dalil dalam shohih Bukhori
dari Abu sa’id Alkhudri tentang kisah kepala suku yang di sengat kala jengking,
“ sesungguhnya yang paling utama kalian ambil upah atasnya adalah kitab
Allah” (Kitab At tibb ). Dan Sabda
beliau Shallallahua’laihi wasallam : saya menikahkan engkau dengannya dengan
bacaan Alquran yang ada pada sisimu ( HR. Bukhori- Alwakalah dan HR Muslim- an
nikah ).
Adapun hadist Ubadah bin As shomit, sesungguhnya ia
mengajarkan sesuatu dari Al quran kepada seorang laki- laki dari Ahlus suffah,
lalu laki- laki tersebut menghadiahkan sebuah busur panah kepadanya, kemudian
Ubadah bertanya kepada Rasululllah Shallallahu’alai wa Sallam mengenai perkara
tersebut, maka beliau bersabda : jika kamu kelak suka di belit oleh busur panah
api neraka , maka terimalah busur panah tersebut, lalu Ubadah menolak hadiah
tersebut.HR Abu daud ( Di Shohihkan Albani ). Dan di riwayatkan semisalnya dari
ubai bin ka’ab marfu’, jika shohih sanadnya maka moyoritas ulama seperti Abu
umar bin Abdul Bar memahami bahwasanya Ubadah bin As shomit sudah bertekad
mengajarkan ilmu karena Allah ta’ala semata, maka tidak boleh baginya setelah
ini untuk mengganti pahala Allah dengan
busur panah tersebut.
Adapun jika pengajar sejak dari awal mengajarkan
ilmu dengan ada upah/ imbalan/ gaji, maka sesungguhnya di perbolehkan
sebagaimana hadist kepala suku yang di sengat kala jengking, hadist Sahal
tentang wanita yang di lamar. Wallahu ‘alam.
Berkata Imam Al qurtubi dalam tafsirnya tentang ayat ini :
Ayat ini, walaupun
pembicaraan pada bani Isroil, namun ayat ini mencakup setiap orang yang berbuat
seperti perbuatan mereka. Maka barang siapa yang menerima sogokan untuk
perubahan perkara haq atau dalam rangka membatalkan perkara haq atau menolak
mengajarkan ilmu, apa yang di wajibkan atasnya atau menunaikan apa yang ia
ketahui, dan ia telah memperoleh gaji sehingga mengambil upah/ imbalan lagi
atas pengajarannya, maka telah masuk dalam hukum ayat ini. Wallahu a’lam. Abu
daud telah meriwayatkan dari Abu hurairoh berkata : bersabda Rasulullah
Shallallahu’alaihi wasallam barang siapa yang mempelajari ilmu yang di harapkan
wajah Allah ‘Azza wa jalla dengan ilmu tersebut, tidaklah ia mempelajari ilmu
tersebut kecuali untuk mendapatkan bagian duniawi, maka ia tidaklah mencium bau
syurga pada hari kiamat.
Telah terjadi perbedaan ulama tentang mengambil
upah/ gaji/ imbalan di dalam mengajarkan Al quran dan ilmu agama karena ayat
ini dan apa saja yang sema’na dengannya.
Az- Zuhri dan Ashabu ar- ro’yi melarangnya, mereka
berpendapat tidak boleh mengambil upah atas mengajarkan Al quran karena
mengajarkannya adalah perkara wajib yang merupakan kewajiban yang membutuhkan
niat mendekatkan diri kepada Allah, dan ikhlas maka tidak boleh di ambil upah/
imbalan seperti sholat dan shoum dan Allah Ta’ala telah berfirman Artinya : dan
janganlah kalian menjual ayat- ayatKu dengan harga murah.
Ibnu Abbas meriwayatkan
sesungguhnya Nabi Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : pengajar anak- anak
kalian adalah orang-orang jelek kalian, paling sedikit rahmat dengan anak
yatim, dan orang yang paling kasar di antara mereka terhadap muslimin, Abu
Hurairoh meriwayatkan berkata: aku bertanya : wahai Rasulullah apa pendapat
engkau tentang para pengajar ? Beliau menjawab dirham mereka harom, baju mereka
dari usaha harom dan ucapan mereka adalah riya’.
Ubadah bin
As- shomit meriwayatkan berkata : aku mengajar Al quran dan menulis pada laki- laki
Ahlus suffah, lalu salah seorang dari mereka memberikan hadiah kepadaku sebuah
busur
panah, aku berkata bukanlah
harta berharga dan aku buang busur panah
tersebut di jalan Allah, lalu aku bertanya kepada Rasulullah tentang busur
panah tersebut, beliau menjawab : jika engkau suka di belit dengan busur panah
api neraka maka terimalah hadiah tersebut.
Adapun Malik, syafi’i,
Ahmad, Abu tsur dan moyoritas ulama memperbolehkan mengambil upah atas
mengajarkan Al quran dan ilmu, karena sabda Nabi Shallallahu’alaihi wasallam
hadist Ibnu Abbas tentang hadist ruqyah : sesungguhnya upah/ imbalan yang
paling utama kalian ambil adalah kitab Allah. Di keluarkan oleh Imam Bukhori,
dan ini adalah nash yang menghilangkan perbedaan pendapat, wajib kembali padanya.
Adapun yang menjadi hujjah penentang ( boleh mengambil upah/ imbalan ) dengan
qiyas atas sholat dan shoum adalah rusak karena bertolak belakang dengan nash.
Kemudian antara kedua ada perbedaan jelas yaitu bahwasanya sholat dan shoum
ibadah khusus dengan pelaku, sementara mengajarkan Al quran adalah ibadah
muta’addiyah kepada selain pengajar tersebut, sehingga di perbolehkan upah atas
usahanya seperti mengajarkan menulis Alquran.
Berkata Ibnul Munzir dan Abu hanifah : di makruhkan
ada upah/ imbalan dan mengajarkan Alquran. Dan boleh seseorang menyewa untuk
menulis syi’ir atau lagu tertentu dengan upah jelas. Maka boleh upah/ imbalan
dalam perkara ma’siat dan tidak boleh upah/ imbalan dalam perkara keta’atan.
Adapun
jawaban terhadap ayat tersebut, adalah yang di maksud denganya bani israil dan
syariat orang- orang sebelum kita, apakah juga menjadi syariat untuk kita ?
maka ada perbedaan pendapat. Dan ada pendapat kedua yaitu bahwasanya ayat di
tujukan kepada orang yang mengajarkan ilmu dan telah memperoleh gaji, maka
tidak boleh baginya lagi mengambil upah/ imbalan. Adapun jika tidak memperoleh
gaji, maka boleh baginya mengambil upah/ imbalan dengan dalil As sunnah dalam
masalah tersebut.
Dan seseorang
di tetapkan ( mengajar ), namun pengajar
tidak ada memiliki suatu untuk nafkah dirinya sendiri dan tidak juga nafkah
untuk anggota keluarganya, maka hendaknya berbuat untuk pekerjaan atau
ketrampilannya. Dan hendaknya penguasa menolongnya ( pengajar ), jika tidak ada
dari kaum muslimin. Karena sesungguhnya Abu bakar As siddiq tatkala di lantik
dan memegang khilafah, ia tidak memiliki sesuatu untuk mencukupi keluarganya.
Maka ia mengambil pakaian dan pergi ke pasar. Maka ada yang bertanya dalam
masalah tersebut, beliau menjawab : dari mana saya bisa memberikan nafkah
kepada keluargaku ? maka mereka mengembalikannya dan meminjamkan untuk
kebutuhannya............ dst sampai Imam
Al qurtubi berkata : adapun hadist ubadah di bawakan penafsirannya yaitu
seseorang sudah bertekad ilmunya hanya karena Allah semata kemudian setelah itu
mengambil upah. Selesai.
Jadi kesimpulan dari penjelasan Ibnu Katsir dan Imam
Al qurtubi tentang hukum menerima gaji/ upah/ imbalan/ pemberian karena
mengajarkan Alquran atau ilmu- ilmu agama ada tiga penjelasan :
Harom secara mutlak menerima gaji/ upah/ imbalan/ pemberian baik
berupa uang atau bukan uang dari murid- murid atau mad’u ( objek dakwah )
karena sebab telah mengajarkan Al quran atau ilmu- ilmu agama sebagaimana
hadist Ubadah bin As shomit, yang telah bertekad mengajar karena Allah Ta’ala
tanpa imbalan/ upah sama sekali,kemudian menerima pemberian dari murid atau
mad’unya ( objek dakwahnya ).
2. Boleh membuat persyaratan pembayaran kepada
murid- murid dalam mengajarkan Al quran atau ilmu- ilmu agama, sekedar kebutuhan
makan pengajar bukan memperkaya diri pengajar. Dalam negeri Indonesia di kenal
dengan istilah SPP. Apalagi belum ada donatur yang membiayai memberikan gaji
para pengajar. Sementara si pengajar sudah tersita waktunya untuk persiapan
mengajar dan mengajar, sehingga ia tidak dapat bekerja mencari nafkah.
Sementara sudah perkara yang ma’lum, setiap orang mesti makan dan minum,
apalagi jika ia sudah menikah, maka ada kewajiban memberikan nafkah keluarga.
Seperti hadist Abu sa’id Al khudri di dalam shohih Bukhori- kitab Al
ijaroh- no 2275 ).
Berkata Ibnu Abbas dari Nabi Shallallahu’alaihi
wasallam : yang paling utama kalian ambil upah/ imbalan adalah kitab Allah. Dan
berkata As- sya’bi : janganlah seorang pengajar membuat syarat, jika ia di
berikan sesuatu hendaklah ia terima. Dan berkata Al Hakam : saya tidak pernah
mendengar seorangpun membenci upah/ imbalan pengajar. Dan Al hasan memberikan
10 dirham, dan Ibnu Sirin tidaklah berpendapat upah tukang pembagi( Al qossam )
bagian,ada masalah. Dan berkata : di katakan pada penghasilan harom adalah
sogokan pada hukum, dan mereka memberikan upah/ imbalan kepada al khorshu (
tukang memperkirakan ukuran ).
Telah
bercerita kepada kami Abu An nu’man telah bercerita kepada kami Abu ‘awanah
dari Abul mutawakkil dari Abu Sa’id Alkhudri Rodhiallahu ‘anhu berkata :
sekumpulan sahabat Nabi Shallallahu’alaihi wasallam berangkat safar, sehingga
mereka singgah di sebuah kampung dari kampung- kampung arob, mereka ( para
Sahabat ) minta di jamu, namun mereka ( orang kampung ) tidak menjamu sahabat.
Lalu kepala kampung tersebut di sengat kala jengking, mereka berusaha dengan
semua obat, namun tidak yang bermanfaat bagi kepala kampung, maka berkata salah
seorang penduduk kampung : cobalah kalian mendatangi rombongan yang singgah,
mudah- mudahan di antara mereka mempunyai obat. Penduduk kampungpun mendatangi
rombongan sahabat, lalu berkata : wahai rombongan sesungguhnya kepala kaum kami
di sengat kala jengking, kami sudah berusaha dengan semua obat, namun tidak ada
hasil, apakah di sisi kalian ada obat ? maka berkatalah salah seorang rombongan
sahabat : ya ada demi Allah, sesungguhnya aku bisa meruqyah. Akan tetapi, demi
Allah sungguh kami telah minta di jamu, namun kalian tidak menjamu kami, maka
aku tidak mau meruqyah kalian sehingga kalian menyembelih seekor kambing. Maka
mereka membuat kesepakatan dengan seekor kambing. Maka berangkatlah ia, meludah
( sedikit ) dan membaca Al hamdulillahi robbil ‘alamin. Maka seakan- akan lepas
dari ikatan, lalu bangkit berjalan dan tidak merasakan sakit lagi pada dirinya.
Berkata Abu sa’id : lalu mereka ( penduduk kampung ) menepati kesepakatan
mereka dengan seekor kambing. Berkata sebagian rombongan sahabat : bagilah.
Maka berkatalah si peruqyah : janganlah kalian makan sehingga kita mendatangi
Nabi shallallahu’alaihi wasallam, lalu kita melaporkan kepada beliau apa yang
terjadi, lalu kita perhatikan apa yang beliau perintahkan kepada kita. Lalu
mereka datang kepada Nabi Shallallahu’laihi wasallam dan melaporkan kepada
beliau. Lalu beliau bersabda : bagaimana kalian mengetahui bahwa Al fatihah
adalah ruqyah ? kemudian beliau bersabda : kalian telah benar, bagilah daging
tersebut, dan berilah aku bagian daging bersama kalian. Maka Nabi
Shallallahu’alaihi wasallam tertawa ( HR.Bukhori 2276 ). Juga ada pada no :
5736 dan 5737 ).
Berkata Al hafidzh Ibnu
hajar : jumhur ulama berdalil dengannya ( hadist Ibnu Abbas )boleh mengambil upah/ imbalan atas
mengajarkan Al quran. Sementara Alhanafiyah melarang mengambil upah/ imbalan
dalam mengajar dan memperbolehkan upah/ imbalan di dalam ruqyah seperti obat. (
Fathul Bari J 4 / halaman 572 ).
Ada juga alasan larangan
mensyaratkan upah/ imbalan dalam mengajar dari murid seperti ucapan Ishaq bin
Rohawaih di tanya tentang ahlul hadist mengajar dan meminta upah, beliau
berkata : jangan di tulis hadist mereka ( siyar a’lam nubala’ 11/ 32 dan
alkifayah 152 ), dan pendapat Ahmad, Ishaq dan Abu hatim ar rozi yang
mengatakan : barang siapa yang mengambil upah dalam memberikan hadist maka
tidak di terima riwayatnya ( tadribur rowi 1/ 399 ), Namun perincian dan penjelasannya sebagaima
yang di sebutkan oleh Ibnu Katsir, Imam Al qurtubi di atas.
Bahkan jika mengambil pendapat harom, mestinya bukan
hanya harom bersifat persyaratan ( seperti SPP ) saja, tapi yang harom juga
menerima pemberian,hadiah, suka rela baik berupa uang atau bukan uang karena
motivasi mengajarkan ilmu sebagaimana hadist Ubadah bin As shomit di atas .
Dari kesimpulan masalah ke
dua ini : saya menyatakan ruju’, dulu mengikuti pendapat sepihak Ust Abu Turob
yang mengatakan SPP harom atau tidak boleh, karena saya tidak mengetahui ada
penjelasan Ibnu katsir dan Imam Al qurtubi di atas.
3. Seorang pengajar/ ustadz/ da’i mendapat
pemberian, sodaqoh, hadiah baik berupa uang atau non uang dari murid- muridnya
atau mad’unya ( obyek dakwahnya ) tanpa persyaratan atau permintaan si
pengajar/ ustadz/ da’i maka boleh di terima sebagai mana hadist Ibnu Abbas di
atas, dari Nabi Shallallahu’laihi wasallam : Yang paling utama kalian ambil
upah/ imbalan adalah kitab Allah.
4. Adapun masalah no 3 di atas ini, jika ada yang
memperbolehkan SPP dengan qiyas upah susu tidaklah tepat, karena menyusui
menghabiskan tenaga dan waktu, tidaklah mengajarkan ilmu. Namun upah susu bisa
di qiyaskan pada pekerjaan seperti pekerjaan Perawat bayi, TPA ( Tempat Penitipan Anak ), play group,
yang banyak muncul di kota- kota, karena kedua orang tua anak, semuanya pergi
kerja.
Dan jika ada yang
berpendapat memperbolehkan menerima imbalan/upah tanpa syarat dari
pengajar,dengan hadist Umar Bin khattab yang mendapat pemberian dari Rasulullah
Shallallahu’alaihi wasallam, awalnya Umar menolak kemudian di nasehati beliau
untuk menerima. Maka pendalilannya tidak tepat karena Umar tidak lah
mengajarkan ilmu kepada beliau. Jadi yang tepat adalah hadist ibnu Abbas di atas.
1. Maka
penjual agama adalah : orang yang menyembunyikan penjelasan, keterangan, ilmu
yang bermanfaat untuk membuat pengkaburan ( talbis ) sehingga ia tetap lestari
pamor dan kepimpinannnya di dunia ini. Maka ini adalah potret eyang Abu hazim,
Salim dan taufiq dan semisal mereka sebagaimana jawaban saya terhadap tuduhan-
tuduhan mereka semua. Sehingga jadilah Abu Hazim, Taufiq, Salim bahkan istri
Dzulfadhli mendapat pamor,tampil dan lestari di dunia ini. Bahkan Abu Hazim
menyembunyikan kasus ini kepada Syaikh Abdullah iryani sehingga tidak ada
bertanya tentang kriteria bpk bandot seperti tuduhan Dzulfadhli apakah seorang
dukun atau hanya tiyaroh, bagaimana hukum ta’bir dan demikian juga masalah yang
lainnya. Adapun ust Abu Turob, juga mengajarkan Ibnu Katsir di ma’hadnya, jika
sengaja menyembunyikan faedah ibnu katsir maka termasuk penjual agama, kecuali
jika beliau lupa. Allahu a‘lam. Demikian juga kasus eyang Abu Hazim ingin saya
bicarakan dengan Syaikh Abdullah Iryani, namun di larang ust Abu Turob, maka jadilah
eyang Abu Hazim dan Abu Turob bintang kejora Hajuriyun.
BAB PERNYATAAN RUJU’ SAYA DARI FITNAH YAMAN BERSAMA SYAIKH YAHYA.
Sebelum muncul fitnah
Yaman, saya dan demikian juga para asatidzah di bawah bimbingan Syaikh Robi’,
kemudian datanglah fitnah Yaman. Awalnya saya tidak tahu menahu, bahkan saya
sempat di Veteran di tertawakan ust. Dzulakmal tidak mengetahui fitnah yaman,
sementara saya alumni Dammaj. Ketika ada perencanan dauroh ngawi yang gagal
pada rajab 1430 H, saya tidak tahu menahu ( tidak paham fitnah yaman). Dan saya
akan tetap ke veteran sesuai undangan. Beliau lebih satu kali menelpon dan
mengajak saya agar ke ngawi kemudian beliau akan menyusul,maka saya langsung ke
ngawi. Dauroh Ngawi tidak jadi, ust Abu hazim gigih memaksa saya untuk mengisi
dauroh tersebut dengan asatidzah lain. Akhirnya saya terima satu kali pertemuan
saja, kemudian saya di minta juga mengisi tausiyah di ma’had Abu hazim. Setelah
itu Ust. Dzulakmal menelpon saya,
mengajak saya agar langsung ke Veteran, maka saya langsung ke Veteran Jogja.
Ketika di Ngawi saya bertemu dengan Salim,Salim Boyolalilah yang pertama kali
gigih merayu, memberikan keterangan tentang fitnah Yaman kepada saya sampai
menyarankan saya membagikan buku- buku tentang fitnah yaman. Namun saya
menolak.
Demikianlah seterusnya sampai saya
kembali di Jambi, Salim, Abu Hazim Muhsin, dan Ari Aryo bojonegoro memberikan
masukan- masukan tentang fitnah Yaman. Setelah hampir dua tahun setelah itu,
barulah saya menganggap apa yang di sampaikan Syaikh yahya adalah kebenaran.
Sebagaimana saya dulu pernah menulis bahwa saya tidak membela zat Syaikh yahya,
namun kebenaran yang di sampaikannya, begitulah salah satu komentar saya
terhadap oleh- oleh umroh Ust. Dzulakmal dari fatwa Syaikh Muhammad bin hadi
sya’ban 1432 H.
Namun dua tahun belakangan ini,
fatwa- fatwa syaikh Robi’ terhadap syaikh Yahya semakin banyak dan semakin
keras, maka atas kesadaran saya sendiri, tanpa masukan siapa pun, berbeda
ketika masuk ke fitnah Yaman ada masukan dari orang lain. Saya telah memikirkan
kembali fatwa- fatwa syaikh Robi’ sejak awal Ramadhan 1434 H sampai awal
Ramadhan 1435, maka saya menyatakan ruju’ dari fitnah yaman bersama Syaikh
Yahya dan kembali ke asal dalam bimbingan syaikh Robi’. Sikap ini sudah saya
sampaikan di majlis ta’lim di Sei lilin- SUMSEL hari jum’at sore tgl 19 Syawal
1435 H/ 15 agustus 2014.
Dan saya berlepas diri dari pada pembicaraan
tentang kehormatan para du’at apalagi ulama yang di ghibahi, atau di cela oleh Abu Hazim Muhsin, Abu Turob, Taufiq
Hidayat Al Palembangi kuningan, Salim Boyolali dan orang- orang semisal mereka
semua dalam fitnah yaman ini.
Adapun tuduhan Salim Boyolali di depan Abu
hazim Muhsin bahwa saya ghuluw dengan Ust Turob sehingga Abu hazim mencela dan
membicarakan kesalahan- kesalahan Abu Turob kemudian berlanjut menghabisi
kehormatan saya, sebagaimana dalam kronologis di atas.
Maka saja jawab :
1. ini bukti watak Salim raja pendusta dan raja
adu domba
2. Salim lain di muka, lain di belakang, musuh
dalam selimut dan penggunting dalam lipatan.
3. Tidak ada ishlah
hakiki antara Abu Hazim Muhsin dengan Abu Turob, bahkan Abu hazim dan orang
sejalan dengannya,tetap mentahzir Abu Turob bahkan mentahzir orang yang diam
yang tidak mentahzir Abu turob dalam fitnah Bengkulu. Walaupun mereka sudah
mengatakan rujuk dan ishlah,namun tetap menikam bisa dari belakang dan senyum
kepalsuan.
4. Saya ruju’ masalah SPP
5. Saya sejak dulu tidak setuju, tulisan Abu
Turob (.... saya lupa jumlah angkanya ) asatidzh yang terfitnah Syaikh
Abdurruhman Adani, dengan menyebutkan nama aslinya waktu kecil, balajar hanya
dua tahun, tiga tahun, empat tahun, beberapa tahun, dan penyebutan perkara
- perkara mubah
seakan-akan menjadi celaan, hinaan seperti minum teh,kopi dll. Karena asatidzah
yang pro Syaikh yahya pun banyak yang mempunyai nama asli waktu kecil,lamanya
belajar di Dammaj dari dua tahun sampai sepuluh tahun,mereka juga melakukan
hal- hal yang mubah. Sehingga kesannya mengejek dan merendahkan kemampuan ilmu
seseorang sehingga penulis terkesan sombong . Bagaimana jika ada yang membuat
daftar asatidzah hajuryun dan menulis dengan gaya tulisan semisal Abu Turob ?
6. Ketika terjadi fitnah ust Abu sholeh zakwan di
bagan batu, Riau, saya sempat menelpon Abu turob, tidak setuju dengan
tindakannya dengan zakwan, bahkan demikian juga ketika saya berkunjung ke
Bengkulu, saya mengungkapkan ketidak cocokan dengan caranya dan Zakwan terhadap
ust Abdul Ahad bagan Batu Riau.
KESAMAAN POLA DAKWAH EYANG ABU HAZIM MUHSIN, ABU TUROB, SALIM, TAUFIQ
HIDAYAT, DZAKWAN, SULAIMAN AMBON DAN SEMISAL MEREKA DENGAN SYAIKH YAHYA.
1. Jika ada orang yang
tidak setuju dengan tindakan Syaikh yahya, maka Syaikh yahya akan menghinakan
kehormatannya dan akan di bongkar kesalahan atau aibnya atau di cari- cari
kesalahannya.
Pada tanggal 7 muharrom 1429, Syaikh Yahya
mengatakan dalam kasetnya yang berjudul “ nashihatul ahbab” : Demi Allah, jika
saya mengetahui ada seorang yang berani menghentikan ( peredaran ) satu saja
dari kaset saya, niscaya saya hinakan kehormatannya siapapun orangnya, saya
hinakan kehormatannya dan akan saya bongkar kesalahan ( aib ) nya, atau ia
berani menghentikan satu artikel saya ini, ini kesimpulannya. Karena
sesungguhnya tidak ada seorang pun yang menjadi menteri penerangan atasku”.
Dalam lafadzh lain : “saya menasehati semua pihak untuk tidak
membongkar aibnya sendiri, dengan sebab mencoba menentang Dammaj dan kami, demi
Allah, dia akan membongkar aibnya sendiri, dan akan menjadi sejarah hitam
baginya hingga dia mati” ( nashihatul ahbab ).
Sehingga Syaikh Yahya banyak membicarakan kehormatan
, merendahkan, menyerang dan melecehkan ulama yang berseberangan dengannya.
Ucapan dan
prinsip Syaikh yahya ini, di jiwai lisan dan prilaku Abu Hazim, Abu Turob,
taufiq, Abu Sholeh zakwan almaidani dan semisal mereka. Jika tidak setuju,tidak
cocok dengan dengan ucapan dan tindakan mereka, maka bersiap- siaplah untuk di
hinakan kehormatan, di cari- cari kesalahannya dan di bongkar aibnya sehingga
menjadi sejarah hitam dalam kehidupannya. Muncul operasi inteligen ( tajassus
),musuh dalam selimut, menggunting dalam lipatan, menikam bisa dari belakang,
dan tatabu’ aurot ( mencari- cari kesalahan, ghibah dan aib bagaikan reporter
inpotainment.Lisan bercabang pembawa kayu bakar. Sehingga halallah segala macam
dosa- dosa lisan dan penyakit hati. Betapa banyak orang yang baru belajar baik
laki- laki dan perempuan, menjadi bersemangat juang heroik 45, menghabisi
kehormatan ulama dan asatizahnya sendiri, yang selama ini sudah banyak
mencurahkan kebaikan mengajarkan dan menyebarkan ilmu. Semuanya berkumpul,
mendekat, merapat menghabisi tanpa pikir panjang, tiada rasa manusiawi dan
kasih sayang. Praktek ini pun menjadi senjata makan tuan, para du’at yang
selama ini bersama Syaikh yahya dalam fitnah yaman pun menjadi korban lisan Abu
Hazim, Abu Turob, Taufiq, Salim, Ari Aryo dan semisal mereka.
Maka lihatlah kasus fitnah
yang menimpa Ust Abdul Ahad bagan Batu- Riau. Awalnya bermula dari pertengkaran
Ust. Zakwan dengan seorang tholib ( pelajar ). Karena tholib ini , tidak senang
Zakwan selalu mencela syaikh Robi’ dan syaikh ubaid. Sehingga Tholib ini berani
berbicara di depan umum. Maka berentetanlah fitnah, tatakala tidak ada
kesesuaian dan kesamaan Zakwan dengan ust Abdul ahad sebagai pimpinan pondok
dalam menyelesaikan pertengkaran ini, sampailah Zakwan merembet tajassus dan
tatabu’ aurot (mencari- cari kesalahan) masa lalu, ust Abdul ahad bahkan sampai
masalah LJ kenapa tidak ikut jihad Ambon....dst, merobek kehormatan dan fitnah
terhadap ust Abdul ahad. Bahkan yang asatidzah pro Zakwan, seperti Sulaiman
Ambon dkk tidak hanya puas membantai kehormatan ust Abdul ahad bahkan sampai
BUSER, tajassus, tatabu’ aurot mencari, mengorek kesalahan- kesalahan pribadi
santri yang telah berlalu bertahun- tahun sebelum mereka datang ke ma’had
tersebut, bahkan sampai mencari, menjatuhkan kemampuan ilmiah santri- santri
Bagan. Sehingga ust Abdul a‘la lamongan sampai menjawab 400 halaman lebih. Dan Abu turob terlibat sebagai
pembimbing zakwan dalam fitnah ini, sehingga seluruh murid- murid ust Abdul
ahad di Bengkulu semuanya kembali pulang ke Riau. Pada akhirnyapun di ishlahkan oleh syaikh
dari dammaj.
Demikian juga Abu turob,
menjadi korban senjata makan tuan dengan lisan dan prilaku taufiq hidayat,
sampai masalah- masalah pribadi Ust Abu Turob pun di cari- cari oleh Taufiq dkk
melaksanakan operasi tajasssus dan tatabu’ aurot. Dan Abu Hazim terlibat langsung
menyikat Abu turob sebagaimana pengakuannya pada saya saat di kritang,sehingga
buyarlah murid- murid Ust Abu Turob.
Demikian juga saya menjadi
korban, lisan dan prilaku eyang Abu hazim, Taufiq hidayat, Salim boyolali dan
Ari aryo, sebagaimana dalam penjelasan diatas dan jawaban saya.
Maka jadilah Hajuriyun di
Indonesia, mulai asatidzahnya sampai yang baru belajar baik laki- laki dan
perempuan menjadi BUSER ( Buru Sergap ) kehormatan manusia, reperter info
tainmet, musuh dalam selimut, menggunting dalam lipatan, tajassus ( meta- matai
), tatabu’ aurot, terhadap manusia baik terhadap didalam&di luar komunitas
mereka, bahkan terhadap sesama mereka sendiri menjadi senjata makan tuan.Dan
Salim dan orang semisalnya pun memanfaatkan pola da’wah seperti ini untuk
kepentingan pribadinya.
2. Di situs alolom ada majlis khusus ungkapan
aspirasi dan ide antar anggota seputar hal- hal yang terkait dengan internet
dan medan dakwah.
Ini pun di hayati dan di praktekkan oleh Salim
Boyolali dan Ari di jambi. Mengadakan rapat- rapat mengumpulkan aspirasi, ide
dan kritikan untuk saya demi kemajuan dakwah tanpa sepengetahuan saya.
Muncullah dosa lisan dan penyakit hati, sementara mereka sudah merasa
suci, ma’sum, paling alim dengan semua
pembicaraan dan tindakan. Dengan kesimpulan 10 atau 11 kesalahan sehingga saya
harus di berhenti kan ngajar. Namun di depan saya, tetap datang ta’lim,
menampakkan penghormatan, pemuliaan, kecintaan,dan sopan santun. Lain dimuka lain di belakang menjadi
musuh dalam selimut menggunting dalam lipatan.Tidak puas sampai di sini,
mencari- cari kesalahan sampai ke Kritang Riau, bahkan ke Sei lilin- SUMSEL
sekalian makar memberhentikan saya ta’lim di Sei lilin sebagaimana dalam
kronologis.Barulah kemudian eksekusi di depan umum. La haula wala quwwata illa
billah.
Itupun merasa kurang
kenyang dan belum hilang dahaga, dalam memakan habis daging dan meminum habis
darah kehormatan saya, sehingga ada rencana eksekusi kedua di depan Abu Hazim,
ternyata Abu Hazim sudah lebih dulu di belakang saya, merebus tulang belulang
saya dengan kata- kata nista.
1.
Syaikh Yahya melunak dengan Syaikh Salim
Alhilali.
Demikian juga eyang Abu hazim Muhsin apalagi Salim
Boyolali melunak. Ketika dauroh di jambi, saya menceritakan kepada Abu Hazim
Muhsin bahwa Salim dkk menyekolahkan anak- anaknya di SDIT yayasan imam
bukhori, Abu Hazim menjawab “ boleh sekolah di tempat sekolah hizbi “. Ustman
pariaman mengaku, sudah mempermasalahkan hal ini kepada Abu Hazim,
.........dst.
Saya jawab “
jika alasannya di jambi kota belum ada pendidikan, maka sudah ada kontrakan
tahfidzh, dan saya sudah menasehati bahkan secara personal, justru terbongkar
Salimlah yang memberi fatwa dan menganjurkan sekolah di tempat hizbi, saat ia
keliling untuk mempertahankan mesjid bagan pete
muharram 1433 H. Bahkan anak perempuannya di SDIT.Sehingga Salim adalah
duri di dalam daging dan mengadakan pengembosan dari dalam.
Jika belum ada rumah kontrakan pun, bukan menjadi
alasan, belajar bisa di ruang tamu rumah saya atau rumah ikhwan lainnya, orang
awam saja sudah merintis home scooling ( belajar di dalam rumah ) dan di akui
pemerintah. Bahkan pemerintah mengadakan program paket A,B,C. Yaitu paket A
setingkat SD hanya datang pada waktu UAN saja demikian juga paket B( setingkat
SMP ) dan paket C ( setingkat SMA ), hanya datang waktu UAN(ujian akhir
nasional) saja. Sementara materi pelajaran UAN, di pelajari mandiri. Dan
jawaban Abu Hazim, tidak singkron dengan materi daurohnya cara menghafal
Alquran, sementara anak- anak ikhwan boleh di sekolah umum dan hizbi, lantas
apa gunanya dauroh seperti ini ?
Kenapa Abu Hazim tidak
sekalian dengan jantan menampakkan identitasnya seperti Ust ja’far Sholeh
jakarta mendukung tv/ radio Radja ? atau seperti iparnya Ust Asasuddin yang
menyeberangke ihya turost ? Logika sederhananya jika Abu hazim keras terhadap asatidzah yang
bersama Syaikh Robi’, maka lebih utama lagi seharusnya Abu Hazim lebih keras dan tegas semisal dua’t
yang bersama Syaikh Ali hasan atau radio/ tv rodja,
karena mereka minimal tidak barro’ dari yayasan ihya turost dan masalah
lainnya.&dalam msalah yysan ihya turost ada khilafiyah di antara uluma ahlusunnah.
QoddaruLLAH pendidikan anak- anak bubar oleh makar
salim dan taufiq, kenapa justru di arahkan ke SDIT Yayasan imam bukhori?
bahkan sekarang dua orang anak laki-
laki Salim, dan anak- anak Abu Ibrohim justru di ma’had tahfidzh mereka?.
Bahkan Salim mengajak ikhwan sana, untuk menempati tanah wakaf bagan pete
dengan gratis, bahkan mesjid bagan petepun mau di serahkan pada ust nandang
sebagai koordinator, walaupun beliau tidak pernah menyebutkan setuju.Jika ada
bertanya dari mana semua berita ini ? saya jawab,” banyak jalan, semuanya mirip
dan sama yaitu dari mantan istri Salim bercerita kepada istri saya, dua orang
yang ta’lim di yayasan Bukhori, bahkan Acmi Aceh pun pernah telpon saya.Adapun
mantan istri Salim di datangi dan di tanya oleh istri- istri ikhwan yang di
datangi Salim, menanyakan kebenaran penawaran Salim.
Tahfidh, mesjid,
setifikat tanah, uang mesjid belasan juta, uang tahfidh 2 juta, semuanya sudah
di tangan Salim dkk ? kenapa mesjid tidak di aktifkan ? kenapa tidak di
pondokkan anak- anak di Bagan Pete ? mana ustadz yang akan menggantikan saya ?
Kenapa Salim ngak sekalian menampakkan identitasnya sebagai komunitas radio/ tv
rodja ? kenapa menjadi musuh dalam selimut dan penggunting dalam lipatan
terhadap kehormatan manusia bahkan musuh dalam selimut terhadap dakwah
salafiyah ? Wahai Abu Hazim, Asnur Surabaya, Muslim Magetan, Fadhli sulsel,
kalian sudah datang ke jambi kota !sukakah pendidikan/ ma’had kalian di
bubarkan seperti fitnah Salim ini, tapi aneh bin ajaib si tukang fitnah
tersebut justru mengarahkan anak- anak
didik kalian kemarin di bawa ke jama’ah dua’t semisal tv/ rodio rodja ? inilah
salah satu fakta yang terjadi dari fitnah Salim, Taufiq dan teman kalian eyang
Abu Hazim Muhsin ! Padahal saya sudah susun rencana, tahfidzh berjalan dua atau
tiga tahun, semua anak ikhwan yang sekolah umum atau SDIT, di cabut dari
sekolahnya, kemudian saya baru pindah ke mesjid bagan Pete, dan asrama santri
bisa sementara waktu, di inapkan sebagian mesjid, karena ukuran mesjid 10m x 10
m. Ternyata semuanya baru terbongkar Salim musuh dalam selimut bermanhaj du’at
radio/ tv Rodja, sehingga anak- anak ikhwan jambi sudah di arahkan ke pendidikan
mereka sejak muharrom 1433 H. Bahkan anaknya sebagai pembuka jalan pertama.
Pendidikan tahfidz anak- anak bahkan moyoritas majlis ta’lim saya di jambi kota
bubar dengan makarnya bersama Taufiq sebagai penjelasan di atas.
2.
Muncullah loyalitas penuh terhadap syaikh Yahya,
di angkat setinggi- tingginya, siapapun yang berani menentang syaikh yahya maka
akan di makan habis daging kehormatannya, sehingga hanya tinggal tulang
belulang, sebaliknya siapapun yang membela, mendukung dan bersama Syaikh yahya,
menjadi orang mulia bahkan orang yang mempunyai kemampuan ilmu menjadi syaikh-
syaikh. Ma’af, saya tidak merendahkan syaikh –syaikh yang di rekomendasi Syaikh
yahya, mereka jelas mempunyai kemampuan ilmiah, namun di Indonesia, orang yang menampakkan
loyalitas penuh kepada Eyang Abu Hazim, menjadi orang mulia bahkan langsung
menjadi ustadz besar, selevel luar negeri, padahal tidak bisa baca kitab (
durusul lughoh belum selesai apalagi belajar tuhfah ) dan entah buku apa saja
yang selesai di pelajarinya. Sampai- sampai eyang Abu Hazim menyuruh saya duduk
belajar dengan Salim Boyolali. Allahul musta’an. Bahkan di situs darul ilmi (
Ust. Asnur Surabaya ) jelas di cantumkan ketika dauroh Syaikh Al iryani di
Jambi... di kediaman Al Ustadz Salim.Allahul Musta’an.
JAWABAN SAYA TERHADAP SMS PEMBELAAN TERHADAP SYAIKH YAHYA.
Setelah saya menyatakan ruju’ dari fitnah yaman bersama Syaikh yahya,
masuk juga sms lain :
1. “ Fatwa syaikh Robi
itu tdk prnh ditolak oleh sy Yahya, bahkan sy yahya mngatakan “bisa sj ada org
yg guluw pd saya ya syaikh, tapi saya tdk ridho pd prbuatannya itu, siapapun
dia”. Bahkan ktka di ymn ana tau siapa2 sj orgnya, Allohu ‘alam skrg ini.
Knyataan yg antum lihat bukan berarti sy Yahya salah dlm mslh fitnah yaman.
Kenapa sbgn murid sy Yahya yg bersalah, antm malah timpakan kslhn mrk kpd sy
Yahya ??! shgga membuat antm tdk brpihak pd sy Yahya dlm mslh yaman ??! ainal
fahm yaa akhi? ! kesimpulannya : syaikh
yahya berada pd kbnaran dlm msl fitnah ymn. Adapun yg ghuluw maka
dosanya dia sndiri yg pikul, antm kan tau ayat mngenai itu. 082392793563 Tgl
19-08- 2014. 07: 10.
Klau sy yahya dn
muridny d ktkan oleh sy robi’ org yg ghuluw. Mk ap pndpat anda dg prktaan pr
ulama su’ud ato yaman yg mngatakan bhwa sy robi’ murji’ah ? yg mn agamany yg
lbh rusak, org ghuluw ato murji’ah ?
08576612052 tgl 21-08-2014.16: 46
Jawaban saya :
Saya tidak tahu
penulis SMS ini, seorang Ustadz atau bukan ? figur Syaikh Yahya sebagai sentral
yang mentahzir ulama dan setiap orang yang berani menentangnya, memberhentikan
kaset atau artikelnya, maka akan di hinakan kehormatan dan akan di bongkar
kesalahan atau aibnya. Baik oleh Syaikh Yahya sendiri maupun oleh pendukung
beratnya. Sehingga terbentuk suasana mengelu-elukan Syaikh yahya, bahkan ghuluw
terhadap beliau. Justru kesalahan ghuluw ini, baru di sadari setelah di buka
dan di bantah oleh kontra Syaikh Yahya. Ini semua bermuara dari lisan Syaikh
yahya sendiri, walaupun beliau tidak ridho terhadap perbuatan ghuluw tersebut.
2. mengalah dalam pembicaraan, syaikh Yahya tidak
bersalah dalam fitnah yaman, namun menyikapi kesalahan dengan membuat kesalahan
lebih besar dan lebih rusak lagi justru kesalahan. Betapa banyak banyak
kerusakan dosa lisan dan penyakit hati akibat menghalalkan kehormatan manusia ?
mencari- cari kesalahan, dusta, adu domba dan lain sebagainya ? sementara
pelaku merasa sok suci dan sudah suci bahkan paling alim ? inilah siksaan hati
yaitu tidak lagi takut berbuat dosa bahkan tidak merasa berbuat dosa sama
sekali dan hilanglah kenikmatan perbuatan keta’atan. kita semua adalah hamba
Allah yang pasti masing- masing kita akan dapat balasan setiap perbuatan baik
kita masih hidup bahkan menjelang sakratul maut apalagi di alam kubur dan di
akhirat nanti. Kita memohon kepada Allah ta’ala husnul khotimah.
Bahkan
ibnul Qoyyim berkata tentang akibat buruk perbuatan dosa : kemudian ada perkara
yang paling mengerikan dari itu semua, lebih pahit dan lebih menyedihkan, yaitu
lisan dan hatinya berkhianat saat sakratul maut, menghadap Allah ta’ala,
terkadang lisannya tidak bisa mengucapkan syahadat sebagaimana banyak di
persaksikan manusia terhadap orang yang hadir maut, bahkan sebagian mereka
mengucapkan : katakanlah la ila ha illah. Maka ia ( yang hadir maut ) berkata :
ah. ah saya tidak bisa mengucapkannya, yang lain ( hadirin ) berkata :
ucapkanlah la ila ha illah, maka ia ( yang hadir maut ) berkata : syah.
Rokh.............dst ( Ad da’ waddawa’ halaman 84 ). Kita berlindung kepada
Allah dari su ul khotimah ( penutupan yang jelek ).
Saya sudah menyaksikan dan mengetahui
bukan hanya satu orang, dalam fitnah yaman ini berpihak ke Syaikh yahya, justru
mengiris dan memilukan hati, menjadi manusia pendusta dan adu domba. Saking
berdustanya, berani mengatakan dirinya orang awam, padahal sudah ta’lim lama
bertahun- tahun, kemudian berdusta adu domba ke sana ke mari, ganti identitas.
Tidak takut lagi jika malaikat me aminkan ucapannya, betapa banyak al bala’
mukakalun bil mantiqi ( bala di wakilkan/ mengikuti ucapan ). Dan tidak takut
lagi dosa- dosa lisan dusta, adu domba dan lainnya. Sementara orang- orang yang
ingin menjaga lisannya, dan diam justru di kejar- kejar untuk berlisan- seperti
lisan mereka. Allahul musta’an.
3. Saya belum pernah dengar ada ulama su’ud atau
Yaman yang mengatakan bahwa syaikh Robi’ seorang murji ah. Justru ini
menunjukkan sikap buruk hajuriyun. Ketika ada ucapan- ucapan Syaikh Robi’ yang
cenderung ke Syaikh yahya dan dammaj, maka ucapan beliau di tampilkan, di
besarkan- besarkan bahkan di tambah. Seperti fakta kholid al ghirbani yang
sudah di bantah dan di bongkar. Tapi jika Syaikh Robi’ tidak lagi cenderung
bahkan mentahzir Syaikh yahya sebagai mubtadi’ dan ucapan lain, maka ibaratnya sudah di
persiapkan bom untuk di ledakkan. Sehingga dakwah bukan lagi menjaga Alquran
dan sunnah atas pemahaman salaf tetapi melindungi induvidu- individu yang di
elu- elukan.
4. Penulis SMS ini, tidak jantan menyebut
identitasnya, apalagi menyebutkan siapa ulama su’ud atau ulama yaman yang
mengatakan Syaikh Robi’ murjiah. Apalagi menjelaskan dari mana sisi murjiahnya,
sementara saya di suruh memilih, sesuatu yang tidak saya ketahui.Berarti secara
tidak langsung penulis SMS ini, mengakui bahwa Syaikh yahya dan muridnya
ghuluw. Namun yang tetap saya pegang adalah Syaikh Robi’ ulama Ahlussunnahh
bukan murji ah.
2. sms kedua : Agama
sseorang itu di liat dr tman ddukny.. dn ant mmang cocok brsma2 dg hizby
luqmany.. ant mngikuti prktaan sy. Robi’ bhw sy. Yahya adlah org ghuluw..tp
bnyk ulama yg mngtkan bhw sy. Robi’
murji’ah.. mn yg lbh brbahaya bgi agama, org yg ghuluw ato org kyakinanny
murji’ah ? 085766912052. 05-09-2014. 06: 09
Saya jawab : no hp dan isi SMS sama dengan yang di atas,tentang Syaikh
Robi’ dan Syaikh Yahya sudah saya jawab. Yang baru alinea pertama.
Dari alinea pertama, ada sindiran untuk saya, bahwa
teman duduk saya adalah luqmany sehingga wajar saja cocok dengan Luqmany.
Sekali lagi saya tidak tahu penulis SMS ini karena tidak menyebutkan identitas,
namun orang yang menyindir saya sejak dulu duduk dan mengajar di tempat luqmani
adalah Ilyas Muara enim, yang ngaku dulu, pernah ikut ta’lim dengan saya di
Palembang kota. Kemudian ia sekeluarga mondok di ma’had Ust Bukhori prabumulih
SUMSEl. Setelah itu mengaku berlepas diri dengan luqmani, ikut Syaikh Yahya.
Sekitar dua
tahun setengah dulu, Ilyas menelpon saya mencari- cari kesalahan ikhwan Sei
lilin Abu umar dan lainnya. Ilyas menyarankan saya lewat telpon jangan mengajar
di Sei lilin karena Abu Umar seorang luqmany dengan bukti : datang ke dauroh
Ust. Kholiful hadi di Palembang kota, seorang anaknya ada di ma’had Ust.
Bukhori, iparnya menetap di ma’had ust Bukhori dan rumah kontrakannya di
palembang kota masih di kontrak oleh luqmany. Terjadilah dialog panjang dengan
saya. Dari mana kamu mengetahui Abu Umar datang ke dauroh ust. Kholiful hadi ?
Ilyas menjawab “ saya datang dauroh juga”. Saya jawab, “ berarti kamu
luqmany.”Ilyas berkelit,” saya sekedar ingin tahu”. Saya jawab lagi, “ kedua
anaknya, awalnya di ma’had Ust Abdul ‘Alim kuningan, namun yang seorang, ribut
dengan keamanan, sehingga Ust. Abdul ‘Alim menyuruhnya keluar. Lalu di
pondokkan di ust Bukhori, jika Abu Umar seorang luqmany, tentulah saya sudah di
berhentikan, sebagai mana daerah Palembang kota, lubuk linggau dan daerah lain,
dan yang luqmany di sei lilin pun tidak ta’lim lagi dengan saya.........dst.
Namun Ilyas
kembali SMS, buktikan Abu Umar bukan luqmany. Saya jawab SMSnya, kemudian dia
telpon lagi, SMS terus.... terusan hampir satu tahun atau satu tahun
setengah.Dan saya rahasiakan dengan Abu Umar sambil terkadang bertanya, apakah
antum kenal dengan ilyas ? Abu Umar , “ya. Apakah Ilyas ada telpon antum dalam
bulan ini atau bulan kemarin? Abu Umar menjawab, “ ya ada. Dan saya lebih satu
kali bertanya dengan Abu Umar. Saya heran bin bingung dengan Ilyas , mentahzir
Abu Umar sebagai luqmany, tapi kenapa berhubungan terus ? Dan tidak pernah saya
jawab lagi SMSnya, karena sudah cukup pembicaraan panjang lewat telpon pertama
bahkan SMS awal. Saya heran dengan akhlaqnya, yang selalu menteror saya lewat
SMS. Sampai kemudian Ilyas mengirim SMS ancaman, jika saya masih mengajar di
Sei lilin akan di laporkan ke Syaikh yahya, karena mengajar di tempat luqmany.
Tidak pernah saya gubris SMS- SMS ancaman. Sampai suatu ketika Ilyas SMS saya,
minta email saya, karena ada nasehat dari Syaikh yahya dan Abu dahda untuk
saya. Tidak pernah saya balas. Datang lagi SMS dari Abu Yasmin JATENG ( punya
wibsite sendiri ), ia pernah di Duri –Riau kemudian sempat pindah ke markas ust
ja’far Sholeh Depok Jakarta.
SMS Abu
yasmin tidak saya balas, apalagi saya tidak punya email. Datang SMS ancaman
dari Ilyas, jika tidak mau mengirimkan email, maka nasehat Syaikh yahya dan Abu
Dahda akan di tampilkan di Wibsite.......( saya lupa nama webnya, yang penting
di pegang oleh Abu yasmin ). SMS ancamannya tidak pernah saya gubris. Saya tidak
hafal dengan wajah Ilyas ini, yang ngaku pernah ikut ta’lim di Palembang kota,
bahkan mengaku belajar dengan ust Abu Turob. Sehingga saya pernah menelpon
Abdul malik padang panjang santri Ust Abu Turob, apakah Ilyas murid ust Abu
Turob, Abdul malik tidak mengenalnya, sampai cari tahu dengan ikhwan lainnya
dari si fulan, ternyata Ilyas pernah berkunjung ke ma’had ust Abu Turob.
Ketika Dauroh Syaikh Iryani
bulan Sya’ban 1433 H di ma’had Bengkulu, saya datang ke Bengkulu dan bertemu
Abu yahya pengasuh wibsite Al Isnad. Beliau SMS ke Abu Fairuz di Dammaj tentang
saya lagi di ma’had. Lalu Abu yahya memperlihat Hpnya ke saya ada balasan SMS
dari Abu fairuz , secara ma’na Abu Fairuz bertanya “ bagaimana tugas dari
Syaikh yahya dan Abu Dahya kepada Muhammad ja’far agar menasehati Abu Umar
berpisah dengan luqmaniyiin ??. Subhanallah, saya heran dan terkejut baca SMS
tersebut, serta lisan Ilyas.
Dari sini di ambil pelajaran :
1. Betapa Ilyas, menyibukkan diri tajassus dan
tatabu’ aurot mencari- cari kesalahan, dan saya sudah sabar dengan perbuatan
tersebut selama setahun lebih, bahkan memaksa wajib ikut ucapannya.
2. Menjadi tukang adu domba, bahkan menyibukkan
Syaikh yahya dengan perkara ini, apakah tidak ada ustadz yang sepemikiran
dengan Ilyas berani menasehati saya ? atau berani nya hanya menikam dari
belakang ? n
3. Apakah Ilyas ada konsultasi dengan ustadz
tertentu ?
4. Lisan Ilyas lebih menjulang tinggi di banding
lisan Syaikh Yahya dalam mentahzir dan menghinakan kehormatan, membongkar kesalahan,
aib manusia sebagaimana dalam nashihatul ahbab di atas. Karena target Ilyas,
agar saya berhenti mengajar di Sei lilin, sementara Syaikh yahya menugaskan
saya menasehati Abu umar.
5. Ilyas mendapatkan kesalahan manusia, lalu
menvonis Luqmany ( hadir di dauroh ust. Kholiful hadi ), sementara itu juga
cerminan mukanya luqmany atau penyusup ?. Lalu membela diri, ada uzur “ sekedar
ingin tahu “? Kenapa Ilyas tidak memberikan uzur juga atas perbuatan/ kesalahan
manusia, sebagaimana ia memberikan uzur atas perbuatan/ kesalahan dirinya
sendiri ?
6. Jika kaedah Ilyas ini, dan pembuat SMS di
terima, “ agama seseorang tergantung teman duduknya “,terhadap diri saya dan
Abu Umar Sei lilin. Maka mari kita bersikap adil, saya kasuskan banyak masalah
bahkan lebih berat :
1. Setelah dauroh taufiq di jambi, justru Abu
izhar sebagai donatur, punya mobil pribadi datang dauroh ke ma’had ust
dzulakmal pekan baru, ada dauroh seorang Syaikh dari saudi, ust dzulqornain
makasar dan Seorang ustadz LC dari Jawa ( saya lupa namanya ) berarti apa
sebutan untuk Abu Izhar ?luqmany, atau Dzulqornainy? Betapa Hajuriyun yang
menjadikannya teman duduk ? .
2. Abu izhar mensekolahkan anaknya Izhar ( pernah
belajar di ma’had Ust jauhari ), ke SMPIT Nurul Ilmi ( punya PKS ) dan anak
perempuannya di SD yayasan imam bukhori ( sejalan dengan dua’t radio/ tv Rodja.
Apa sebutan untuk Abu Izhar ? Ikhwani PKS, semanhaj du’at tv/ Radio Rodja ?
atau apa ? dan saya sudah menasehatinya dari awal masuk di SMIT Nurul Ilmi.Dan
istrinya datang ta’lim di markas ini.
3. Salim Boyolali, ketika sampai di Jambi,
mengaku bahwa ia di Jawa pengajar aqidah untuk anak- anak di ma’had ust Fauzi
LC Solo, juga bertemu dengan ust hanan bahanan. Saya ketika tidak ada terpikir
macam- macam, apalagi curiga buruk prasangka. Apakah Salim ini seorang luqmany?
4. Anak perempuan Salim, di SDIT yayasan imam
bukhori. Salim bermanhaj seperti du’at radio/ tv Rodja ? dan Salim telah
berfatwa boleh, sejak dua tahun lalu sebagaimana dalam kronologis di atas. Betapa
banyak Hajuriyun menjadikannya teman duduk bahkan Ustadz mufti agama di
kalangan hajuriyun ? bahkan namanya di cantumkan di wibsite darul ilmi. Ustadz
Asnur Surabaya ketika dauroh Syaikh Iryani di Jambi ? .
5. Syaikh Abdullah Iryani dan eyang Abu hazim
menginap di rumah Abu izhar ? apa sebutan untuk syaikh Iryani dan eyang Abu
Hazim ? ikhwany, luqmany, hizby, semisal du’at tv rodja ? Betapa Hajuriyun
menjadikan eyang Abu Hazim sebagai teman duduk bahkan ustadz besar ? .
6. Abu hazim berfatwa di Jambi boleh sekolah di
tempat hizby, maka apa sebutan untuknya ? hizby? Surury, turotsy ? Dan saya
sudah membantah tauhid, aqidah, adab dan akhlaqnya. Betapa banyak hajuriyun
yang menjadikannya sebagai teman duduk bahkan Ustadz besar.
7. Marwan dan Dzulfadhli, setelah kepergian Jeri
Abu Sulaiman, pergi ta’lim ke yayasan Imam bukhori maka apa sebutan untuknya ?
semanhaj dengan du’at tv Rodja. Dan saya sudah saya jawab lisan kotor Dulfadhli
dan Marwan. Betapa banyak Hajuriyun menjadikannya teman duduk.
8. Salim, Abu Ibrahim sekarang memasukkan anak
laki- laki mereka ke tahfidz ( sejalan dengan duat Radio Rodja, maka apa
sebutan Salim sebagai pemimpin dakwah di kalangan Hazimiyin di Jambi ? bahkan
Salim dan istrinya suka duduk- duduk di tahfidzh tersebut. Mengajak ikhwan sana
untuk menempati gratis tanah dakwah di mensjid bagan pete bahkan menyerahkan
mesjid bagan Pete dan merekom untuk di koordinasi oleh Ust Nandang walaupun
beliau tidak ada mengatakan setuju. Inilah gabungan Hajuriyun dengan du’at
TV/Radio Rodja.
9. Syaikh Hasan Ar roimy mengisi di mesjid bagan
pete, sementara begitulah potret Salim sebagai pimpinan dakwah hazimiyin di
Jambi, dan orang- orang di sekitarnya baik sisi manhaj, aqidah, adab dan akhlaq
sebagaimana yang sudah saya sebutkan di atas, maka apa sebutan untuk Syaikh
Hasan dan asatidzah lainnya ?
10. Ust. Abu Turob mempunyai
penyimpangan aqidah sebagaimana yang di bongkar Taufiq, Abu Hazim dkk.
Walaupun Ust. Abu Turob sudah menyatakan ruju’ dan sudah di ishlah syaikh dari
Dammaj, namun fakta di lapangan yang kontra Ust Abu Turob tetap berpendirian,
ust Abu Turob belum bisa di ambil ilmunya. Jika demikian apa sebutan untuk
masyaikh yang datang ke ma’had ust. Abu Turob dan tullab hajuriyun yang belajar
dengannya ? Betapa banyak hajuriyun menjadikan Abu Turob sebagai teman duduk
bahkan sebagai ustadz besar.
11. Saya sudah menjawab dan membantah adab akhlaq, aqidah
manhaj eyang Abu hazim, taufiq, Salim, Ari, maka apa sebutan untuk hajuriyun
yang hadir di majlis Abu hazim dan berteman
dengannya, juga seperti Ust Faturrohman dan ust Abdul alim dan hajuriyun
di kuningan? karena taufiq di ma’had
mereka ? Betapa banyak hajuriyun menjadikannya teman duduk , bahkan menganggap
Taufiq seorang Ustadz.
12. Pernah suatu hari,
saya mendapat SMS panjang dari Abu Azzam. ( Jakarta, Hajury Hazimy ) berisi
kata-kata kasar, kotor dan caci maki, ia menghabisi kehormatan saya bagaikan
harimau kalap kelaparan sehingga saya tersinggung membacanya. Dengan tuduhan “
di internet nama saya di temukan di majlis ta’lim Luqmaniyin palembang kota”.
Padahal fakta sebenarnya, saya sudah lama tidak mengisi ta’lim lagi, sehingga
saya memohon kepada seorang ikhwan palembang kota menghapus nama saya, mungkin
mereka lupa menghapus nama saya. Setelah saya balas SMSnya, fakta sebenarnya,
sungguh orang satu ini tidak ada minta ma’af penyesalan. Dan Abu Azzam inilah
yang menodai kehormatan Ust Askari Kalimantan tentang masa lalu belajar di
yaman dalam SMSnya. Beginilah potret agama hajuriyun, tidak ada bertanya, ricek
dulu, jika menasehati tidak ada dengan bahasa santun dan aturan syar’i, yang
ada hanya BUSER kesalahan, tajassus, tatabu’ aurot, reporter inpotainment,
muntah kata kasar, caci maki,eksekusi bagaikan harimau kalap kelaparan memakan
habis daging manusia.
Sorak- sorak
kegembiraan dan kemenangan, tiada rasa bersalah apalagi berdosa serta tiada
merasa mendapat balasan perbuatannya nanti di alam kubur dan akhirat.
Betapa banyak hajuriyun menjadikan ia sebagai teman duduk ?Dan
yang semirip dengan lisan Abu Azzam ( jakarta ) dalam mengirim bahsa SMS, dan
mendapatkan kesalahan adalah inisial S dari tungkal ulu- jambi, padahal isi
SMSnya begitulah cerminan muka dan orang semisalnya.
13. Pernah kejadian
seorang Hajury anti Abu turob, selalu menghubungi saya minta di carikan istri,
karena sudah keseringan dan gigih meminta, maka saya usahakan dalam rangka
membantu pemuda yang ingin menikah. Sebelum ia datang ke Jambi, saya sudah
menyebutkan, apakah siap saya jemput di terminal antara jam 8 sampai jam 9 pagi
?. Karena saya pulang dari mesjid setelah suruq, memberikan sarapan pagi anak-
anak dan urusan rumah lainnya. dan pergi ke pasar membeli belanja harian ? Ia
menjawab, “ Bisa “.
Ternyata ia ingkar janji, pada pagi hari, setiap beberapa
menit ia telpon dan SMS saya untuk di jemput di terminal, bahkan ketika di atas
motor, dan lagi isi bensin motor. Bahasa tidak sopan, saya di perlakukan
seperti jongosnya. Sampai di depannya, saya menegur dan menasehatinya baik-
baik atas perjanjian sebelum datang, kemudian etikanya yang selalu telpon dan
SMS beruntun dalam jangka sekian menit. Dia hanya diam senyum, tidak ada rasa
malu dan penyesalan. Sampai di rumah , saya persilahkan ia mandi, ternyata
tidak mau mandi, bahkan saya persilahkan ia tidur dengan bantal yang yang saya
sediakan, justru ia mengajak saya berbincang sampai sholat dhuhur. Sayapun
tidak mungkin keluar rumah, karena ia tamu di dalam rumah saya, sementara istri
saya masak di dapur. Saya dan istri hanya sabar menahan bau tidak sedap.
Sampailah kesepakatan nadzhor, ia minta saya mendampinginya, tetapi saya tidak
mau karena saya sibuk meruqyah ada yang kesurupan.
Subhanallah saya terkejut, murid saya ( gadis melayu ), bercerita kepada istri
saya tentang prilakunya waktu nadzhor. Ia mengintip di sebuah lobang dinding
sementara kedua orang tuanya dan kerabat lain menyambut dengan menghidangkan
makanan, duduk dengan sopan. Ternyata si Hajuri ini mengutarakan tujuan
kedatangannya ingin nadzhor ( melihat
perempuan untuk tujuan pernikahan ) dan
mau melamar putrinya, berbicara bersandar ke dinding, bersendawa dan
menjulurkan kedua kakinya. Dengan gaya bahasa sombong, merendahkan si gadis,
bahwa si gadis minta di carikan suami kepada ustadznya..........dst . Sehingga
murid perempuan saya, di tegur keras oleh kedua orang tuanya, ia malu besar dan
istri sayapun malu besar. Bahkan saya di telpon oleh bapak si gadis, menasehati
dan menegur saya dengan bahasa yang lembut sopan santun............., dari mana
ustadz kenal pria tersebut? Apakah murid
sendiri ? Saya jawab “ bukan murid sendiri dan tidak kenal hanya di rekomendasi
dari seseorang sesama pengajian. “ Lalu beliau menyarankan untuk masa ke depan,
jangan lagi ustadz mengusahakan
perjodohan walaupun ia mengaku salafi dan di rekom salafi selama tidak bergaul
atau tidak kenal langsung prilakunya. Sayapun minta ma’af dan malu besar atas
perlakuan si fulan tersebut.........dst.
Sungguh putih mata saya dan istri saya
menanggung malu, tidak menyangka, ada manusia melakukan nadzhor dan melamar
gadis orang, dengan bahasa tubuh dan bahasa lisan demikian rupa. Padahal acara
nadzhar bahkan melamar tentu menampilkan bahasa dan perlakukan yang sopan
santun dan lemah lembut. Sementara si fulan sudah lama belajar di ma’had-
ma’had salafi bukan hanya seorang Ustadz, bahkan menjadi tukang tahzir sisi adab,
akhlaq, aqidah manhad asatidzh yang di bawah bimbingan Syaikh Robi.’ Termasuk
si fulan ini mentahzir prilaku Ust dzulakmal, ternyata prilaku, adabnya dan
perangainya bagaikan anjing kusta busuk yang menggonggong manusia.
Jika dalam suasana
seperti ini saja tidak ada budi bahasa, tata krama berbicara, etika sopan
santun demikian juga bahasa tubuh, maka bagaimana dengan mu’amalah suasana
selain nadzhor dan melamar ?? Sungguh tidak terbayangkan dan terlintas dalam
pikiran saya. Saya tegur baik- baik sifulan tersebut, hanya senyum saja tidak
ada tampak rasa malu apalagi penyesalan pada rona wajahnya. Demikian juga saya
tegur baik- baik yang merekomendasinya, justru dengan ringan mengatakan “ adab
dan akhlaq tidak penting , cukup aqidah manhaj saja yang bersih “. Allahu
Akbar, beginikah potret Hajuriyun yang mengidentitaskan sebagai salafi yang
paling terbersih dan terhaq di indonesia ini ?. Allahul musta’an. La haula wa
quwwata illa billah.
Betapa banyak Hajuriyun yang menjadikannya teman duduk. Wajar
saja, gaya bicaranya seperti taufiq, seperti orang yang suka duduk di warung
kopi dalam pasar. Betapa banyak hajuriyun yang lisannya seperti orang ini dan
taufiq ?
14. Dzakwan Almaidani,
Sulaiman Ambon dkk ,ketika fitnah di bagan batu Riau, melakukan tajassus,
tatabu’ aurot sampai kepada pribadi- pribadi santri yang telah bertahun tahun
dan bahkan kemampuan ilmiah mereka, sampai ust Abdul a’la menjawab 400 halaman
lebih. Dan betapa banyak orang yang menjadikan mereka sebagai teman duduk
bahkan sebagai Ustadz.
15. Betapa banyak orang
yang menjadikan Ilyas Ma. Enim- SUMSEL sebagai teman duduk, berarti begitulah
agama Hajuriyun. Bahkan Abu Hazim menjadikannya orang tsiqoh.
16. Sudah saya ungkap di
atas ada seorang hajury, pendusta tukang namimah, saking dusta namimahnya
berani mengatakan dirinya orang awam dan membuat cerita dusta mengadu domba.
Padahal ia sudah lama ta’lim salafi bahkan sekeluarga pernah mondok di ma’had
ust. Bukhori. Betapa banyak hajuriyun menjadikannya teman duduk ? .
17. Jeri Abu Sulaiman
Bengkulu yang sempat jadi ustadz sebentar di jambi di komunitas Hazimiyun dan
tidak sampai sebulan di Bagan pete januari 2014, ketika ia tinggal di bekas
kontrakan tahfidzh saya,justru teman duduknya adalah jama’ah yayasan imam
bukhori/ sejalan tv/ radio Rodja bahkan sempat menjadi tukang antar untuk anak
Abu Ibrohim di antar ke SDIT Yayasan Imam Bukhori. Berarti begitulah sejalan
dengan manhaj du’at Radio/ tv Rodja.
18. Saya sudah mengungkapkan perangai Abu Luqman, Abu faris,
Ahmad farid, Azmi Abu ja’far Langsa Aceh, Salman Abu Addin, si fulan yang pergi
ke tukang urut wanita, si musafir pemetik bunga mawar berduri, maka betapa
banyak hajuriyun yang menjadikan mereka sebagai teman duduk, termasuk istri-
istri mereka.
19. Kasus Kholid Alghirbani penanggung jawab aloloom Darul
hadist dammaj, sudah di bongkar di internet, dan dia sudah di peringatkan oleh
Syaikh Robi’ mulai dari berdusta dll. Justru Syaikh Yahya masih tetap
membiarkan orang tersebut. Betapa banyak hajuriyun duduk dengannya ?.
20. Syaikh Yahya menerima Syaikh Abul hasan Al ma’riby Al Misri
dan Syaikh Ali hasan ketika umroh.Sehingga Syaikh Muhammad bin hadi memberikan
komentar keras terhadap Syaikh yahya. Dan pendukung Syaikh yahya telah
memberikan jawaban uzur kepada Syaikh yahya sebagai mana di internet. Dan saya
tetap tidak setuju dengan jawaban uzur tersebut, karena kenapa Syaikh yahya
tetap meladeni pembicaraan ? kenapa Syaikh yahya tidak diam saja atau keluar
dari ruangan ?. Padahal syaikh yahya adalah orang yang pertama di yaman
mentahzir Syaikh Abul hasan, barulah kemudian satu kalimat seluruh ulama yaman
mentahzir Abul hasan Al ma’riby sebagai mubtadi’. Bahkan beberapa waktu lalu,
di yaman ada dauroh gabungan Hajuriyun dan Hasaniyun. Sementara di jambi saya
persaksikan sebagaimana yang sudah, saya tulis di atas.
21. Rumus Hajuriyun dalam menyikapi manusia adalah seperti
orang yang melihat segala sesuatu dengan menggunakan kaca mata kuda, yaitu
melihat satu arah saja yakni kebaikan hanya ada pada komunitas mereka saja,
jika seseorang berbuat kebaikan di juluki basa basi busuk. Sebagai contoh,
tatkala Ust. Luqman Ba’bduh berdialog dengan DR Firanda tentang yayasan Ihya
turost. Padahal beliau dengan keutamaan dari Allah Ta’ala menyampaikan hujjah
kepada DR Firanda. Kenapa rumus memberikan ‘uzur dari Hajuriyun kepada Syaikh
yahya ketika bertemu dengan Syaikh Abul hasan Al Mishri Al ma’ribi dan Syaikh
Ali hasan? Jadi wajar saja, Syaikh muhammad bin hadi memberikan komentar keras.
Oleh karena itulah kaedah yang di sebutkan penulis SMS tersebut “ agama
seseorang tergantung teman duduknya “ justru cocok dengan Hasani dan terbukti
yang di terapkan oleh eyang Abu Hazim dan salim dkk di Jambi.
Kesimpulannya wahai
pengirim SMS “ agama seseorang tergantung teman duduknya.... dst, juga lisan
Ilyas ma. Enim kepada saya dan Abu umar sei lilin selama ini. Berani kalian
menerapkan ucapan tersebut kepada Syaikh yahya dan pengikutnya ? sisi aqidah
manhaj sudah mencair melunak ? hasani, halaby bahkan di jambi ini
ikhwani,hizby, luqmay dan semanhaj du’at tv/ radio rodja ? bahkan aqidah juru
terawang alam jin, ingkar hadist,penjual agama dll bahkan adab dan akhlaq
sebagaimana yang sudah saya sebutkan ?
Dengan tulisan ini saya
menantang terbuka kepada Ilyas ma. Enim dan semua yang terlibat, mengadukan Abu
Umar mengirimkan anaknya ke ma’had Ust. Bukhori, kepada Syaikh yahya dan Abu
dahda, sehingga ada ucapan Syaikh yahya untuk saya agar menasehatinya berpisah
dengan lumaniyin,maka berani dan adil kah kalian mengadukan semua fakta dan
data yang saya sebutkan ? mana yang lebih besar dan berat dosa atau madhorotnya
di dunia dan akhirat ? Bahkan adukan juga Ilyas yang datang ke dauroh Ust.
Kholiful hadi, sementara ia menuduh orang luqmany karena datang ke Ust.
Kholiful hadi, maka seperti ini manhaj salaf ?
BANTAHAN TERHADAP SYUBHAT DUAT
( JIL ) JALAN IBLIS DAN HADDADIYAH DALAM MENGHALALKAN KEHORMATAN MANUSIA.
Mufti jalan Iblis, penjual agama dan peniti dukun
putih eyang Abu hazim muhsin mengatakan terhadap ghibah harom adalah tahadust
bin ni’mat. Sudah saya jawab pada bagian atas.Demikian juga da’i ( JIL ) jalan
iblis dan penjual agama si Taufiq hidayat menghalalkan kehormatan manusia
dengan istilah nasehat, sudah saya jawab pada bagian atas.
Raja ghibah, dusta dan adu domba serta da’i jalan
iblis penjual agama Salim Boyolali menaikkan slogan para du’at adalah sorotan
ummat sehingga menjadi tameng baginya untuk menghalalkan dosa- dosa lisan untuk
kampanye hitam dan pembunuhan karakter atas kehormatan manusia.
Saya jawab :
Slogan da’i ( JIL ) jalan iblis dan haddadiyah ini,
ungkapan yang secara lahiriyah merupakan kebenaran , yaitu du’at adalah sorotan
ummat ,tapi sejatinya di maksudkan untuk kebatilan
yaitu menghalalkan dosa- dosa
lisan dan menghalalkan kehormatan manusia. Oleh karena itulah tatkala kaum khawarij di zaman Ali bin Abi tholib
menaikkan slogan dengan lantang “ tidak ada yang berhak menghukum ( memutuskan
) selain Allah. Sehingga Ali bin Abi Tholib berkomentar “ ungkapan yang secara
lahiriyah merupakan kebenaran, tapi sejatinya di maksudkan demi kebatilan .“
Sehingga yang terjadi bukanlah menampilkan kebenaran, tapi pembenaran atas
kesalahan. Dan mencampur adukkan kebenaran dengan kebatilan. Yaitu
mempromosikan kebatilan dalam wajah kebenaran yang semu.
Betapa banyak larangan
menyakiti bahkan larangan menghalalkan kehormatan manusia baik di dalam Alquran
dan As sunnah dan betapa agungnya kehormatan manusia.
1.
Saya
sebutkan sebagai contoh;Allah Ta’ala berfirman :
والذين يؤذون المؤمنين
والمؤمنات بغير ما اكتسبوا
فقد احتملوا بهتانا وإثما
مبينا Artinya :
dan orang- orang menyakiti laki- laki mu’min dan wanita mukminah tanpa
kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah melakukan
kebohongan dan dosa besar. ( Al ahzab 58 ).
Berkata Syaikh As sa’di
dalam tafsirnya : menyakiti mukminin adalah perkara agung dan dosanya sangat
besar. Oleh karena inilah menyakiti individu- individu mukminin menyebabkan
hukum ta’zir, sesuai ukuran status dan ketinggian derajat mukmin tersebut, oleh
karena itu hukuman ta’zir terhadap orang yang mencaci maki terhadap sahabat
sangat tinggi, dan demikian juga hukum ta’zir orang yang mencaci maki ulama dan
orang- orang yang beragama lebih besar di bandingkan selain mereka.
2.
Firman
Allah Ta’ala :
إن الذين يحبون
أن تشيع الفاحشة في
الذين آمنوا لهم عذاب
أليم في الدنيا والآخرة
والله يعلم وأنتم لا تعلمون
Artinya : sesungguhnya orang- orang yang senang dengan tersebarnya
berita- berita keji di kalangan orang- orang beriman, mereka akan mendapatkan
azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah Maha mengetahui sedangkan
kalian tidak mengetahui ( An nur 19 ).
Berkata syaikh As sa’di
dalam tafsirnya : hal demikian karena tipu dayanya terhadap saudaranya sesama
kaum muslimin, mencintai keburukan pada diri mereka, dan menghabisi kehormatan
mereka, ancaman dalam ayat ini di tujukan kepada sebatas orang yang suka
tersebarnya berita keji, menghalalkan berita keji tersebut di dalam hatinya,
maka bagaimana dengan perbuatan lebih dahsyat dari itu semua yaitu
mengorbitkannya ( berita fitnah,keji tersebut ), menyebarkannya, hukumnya sama
terhadap yang memulai berita fitnah keji atau tidak memulai berita fitnah keji
tersebut.
Larangan ini semua merupakan rahmat Allah Ta’ala
pada hambaNya kaum mukminin, melindungi kehormatan mereka, sebagaimana Allah
ta’ala melindungi darah dan harta mereka, dan memerintahkan kaum mukmin untuk
bersikap jernih, mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri,
dan tidak suka terjadi terhadap saudaranya sebagaimana ia tidak suka terhadap
dirinya sendiri.
Dalam sebuah hadist : dari Tsabit dari Anas bin malik, ia berkata
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam menghampiri ku, ketika aku sedang
bermain bersama anak- anak yang lain, Beliau mengucapkan salam kepada kami,
lalu Beliau menyuruhku untuk sebuah keperluan, sampai aku terlambat pulang
kepada ibuku, ketika aku sudah pulang, ibuku bertanya, “ apa yang menyebabkan
kamu terlambat pulang ? aku menjawab, “ Rasululullah Shallallahu’alaihi
wasallam mengutusku untuk suatu keperluan, “. Ibuku bertanya lagi, keperluan
apa ? aku, “ menjawab, “ keperluan itu suatu rahasia”. Ibuku berkata, “ kalau
begitu jangan kamu ceritakan rahasia Rasulullullah Shallallahu’alaihi wasallam
kepada siapapun. Anas berkata, “ Demi Allah,andaikan aku di perbolehkan
memberitahu rahasia itu kepada seseorang, pasti aku akan menceritakan padamu
hai Tsabit. ( HR.Bukhori dan Muslim ).
Pelajaran dari hadist ini bahwa Rasulullah
Shallallahu’alaihi wassallam bukan hanya sebatas sorotan ummat bahkan suri
teladan bahkan sunnahnya sebagai sumber syaria’t Islam. Namun Anas bin Malik
tidak mau menceritakan keperluan tersebut. Sehingga yang kita petik adalah
menjaga rahasia seorang muslim dan menjaga kehormatannya.
Namun pada hari ini para
du’at ( JIL ) jalan iblis dan
haddadiyah, bukan hanya menelanjangi seorang muslim di depan umum, bahkan
secara massal kanibal daging kehormatan manusia, meminum habis darah kehormatan
muslim, bahkan merebus dan membuat sop tulang belulang kehormatan manusia
dengan kata-kata nista, di hisap habis barulah di bungkus dengan kain kafan dan
di buang semena-mena. Menghalalkan dosa- dosa lisan dan penyakit hati dengan
slogan yang memikat, menawan, memukau dan di terima di hati yaitu “ para dua’at
adalah sorotan ummat”.
Sungguh pada hari ini, muncul tragedi memilukan
daripada aksi ISIS di Iraq dan Syiria tatkala ada kaum muslimin tidak setuju bai’at dengan
mereka, maka di halalkan darah kaum muslimin. Sementara di tengah-tengah dakwah
salafiyah, muncul komunitas, yang apabila kaum muslimin berbeda pandangan
dengan mereka, maka kaum muslimin akan di hinakan kehormatannya di depan umum,
di cari-cari kesalahan dan di fitnah. Tidak puas dengan kampanye hitam dan
pembunuhan karakter bahkan menyebar komik dusta dan adu domba. Allahul
Musta’an. La haula wala quwwata illa billahi.
4. Di dalam Jami’ As shohih karya Syaikh Muqbil
rahimahullah, J 5/ hal 352 / bab 125 ( bab harom tajassus ( memata- matai ).
Berkata Abu daud Rahimahullah j 13 hal 234 : dari Zaid
bin Wahab berkata : Bahsanya ada seseorang di hadapkan kepada Abdullah bin
Mas’ud, lalu ada yang berkata padanya : si fulan ini, jenggotnya masih
bertetesan khamar, berkatalah Abdullah bin mas’ud : sesungguhnya kita telah di
larang dari tajassus ( mancari- cari kesalahan ), akan tetapi bila tampak
terang sesuatu di depan kita, itulah yang kita hukumi dengannya. Ini hadist
shohih atas syarat syaikhoini.
Berkata Syaikh Ibnu
Utsaimin : orang tersebut meminum khamar sembunyi- sembunyi, namun kaum tersebut
tajassus ( mencari- cari kesalahan ) atasnya, sehingga mereka mengeluarkannya
dalam kondisi tersebut, maka Abdullah bin Mas’ud Radhiallahu ‘anhu menjelaskan
kepada kita, barang siapa yang menampakkan aurat atau aibnya kepada kita, maka
kita menghukumi dengan perkara tersebut, dan barang siapa yang sembunyi-
sembunyi, maka kita tidak menghukuminya, dan ini juga dalil larangan tajassus.
(syarh riyadhussolihin J 4/ 124 ).
Oleh karena itulah dengan
dalil hadist ini, barang siapa yang menuduh orang lain, yang mendapatkan
tuduhan tersebut dengan cara tajassus ( mencari- cari kesalahan ), maka tidak
di terima semua tuduhannya.
Berkata At tirmidzi J 6 hal 180
juga j 5 hal 150 bab 22 ( orang yang mencegah kemungkaran, janganlah ia
tajassus ( mencari- cari kesalahan ) atas pelaku kemungkaran.
Dari Ibnu
umar berkata : Rasululullah Shallallahu’alaihi wasallam naik di atas mimbar,
Beliau menyeru dengan suara tinggi “ wahai sekalian orang yang baru islam
dengan lisannya, dan belum menancap iman di dalam hatinya, janganlah kalian
menta’yir mereka dan janganlah kalian mencari- cari aurat mereka, sesungguhnya
barang siapa mencari aurat saudaranya muslim, Allah akan mencari- cari
auratnya, dan barang siapa yang telah Allah ta’ala cari- cari auratnya, maka
Allah ta’ala akan membongkar auratnya, walaupun ia berada di tengah rumahnya.
Suatu hari Ibnu Umar melihat ke ka’bah lalu berkata, “ betapa agungnya engkau,
dan betapa agung kehormatan engkau, dan kehormatan diri seorang mukmin lebih
agung di sisi Allah Ta’ala di bandingkan kehormatan engkau.
Perhatikanlah ucapan
Abdullah bin Mas’ud “ kita di larang untuk tajassus ( mencari- cari kesalahan
), bila tampak terang sesuatu di depan kita, itulah yang kita hukumi dengannya
“. Sementara du’at ( JIL ) jalan iblis, du’at kanibal kehormatan manusia dan haddadiyah pada hari ini, justru memancing
curiga, buruk busuk prasangka anyir menyengat berulat, bukan hanya mengumpulkan
komentar, tajassus ( mencari- cari kesalahan ),bahkan membuat cerita dusta,
rapat dari rumah ke rumah sampai komentar dari anak kecil, perempuan dan pria
awam bahkan sampai safar ke provinsi- provinsi. Kemudian selautan informasi
yang di dapatkan bagaikan wahyu dari langit, memposisikan dirinya bagaikan Nabi
yang tidak lagi mengeluarkan ucapan dari hawa nafsu, kemudian tinggal eksekusi
di depan umum, memanggil algojo preman pasar, dengan semangat juang heroik
perang tahun 45, tunjuk- tunjuk tangan, teriak- teriak, bentak- bentak bagaikan
ban mobil pecah beruntun bagaikan suara kereta api. Maka berdasarkan hadist
Abdullah bin Mas’ud di atas, semua tuduhan Salim, Ari dkk, jika benarpun di
tolak dan tidak di terima. Karena mengorek dan mendapatkannya denan operasi
tajassus. Namun karena kalian penjual agama, kalian campakkan dalil-dalil
Alquran dan Assunnah tentang masalah ini. Sehingga jadilah sunnah Abu Hazim,
Salim, Taufiq sebagai sumber agama hajuriyun.Allahul Musta’an. Lahaula wala
quwwata illa billahi.
5. Takutlah kepada doa orang terdholimi.
Sesungguhnya
do’a orang yang terdholimi itu tidak ada hijab ( pembatas ) antara dirinya
dengan Allah.Sebagaimana dalam sebuah hadist : dari ibnu Abbas radhiallahuma
berkata bersabda Rasululullah Shallallahu’alai wa sallam kepada Mu’adz bin
Jabal saat beliau mengutusnya ke negeri Yaman: sesungguhnya engkau akan
mendatangi sebuah kaum dari ahlul kitab, apabila kamu mendatangi mereka serulah
kepada syahadat la ila ha illah, dan sesungguhnya muhammad itu Rasulullah, jika
mereka menta’ati engkau dalam perkara tersebut, sampaikanlah kepada mereka
bahwasanya Allah telah mewajibkan pada mereka sholat lima waktu sehari semalam,
jika mereka mentaati engkau dalam perkara tersebut, sampaikanlah kepada mereka
bahwasanya Allah telah mewajibkan pada mereka shodaqoh ( zakat ) yang di ambil
dari orang kaya mereka dan di berikan pada orang fakir mereka, jika mereka
mentaati engkau dalam perkara tersebut, hati- hatilah engkau terhadap harta
berharga mereka dan takutlah pada do’a orang yang terdholimi, sesungguhnya
tidak ada dirinya dan dan di antara Allah hijab ( HR. Bukhori- kitab Az zakat
no 1496 ).
Bahkan dalam shohih Bukhori menyebutkan kisah
tentang seorang wanita yang di fitnah mencuri sebuah selendang, kemudian ia
berdo’a kepada Allah, lalu tak lama kemudian terbang seekor burung menjatuhkan
selendang tersebut, sehingga manusia menyaksikan.
Kata Al hafidzh Ibnu hajar
perempuan tertuduh tersebut adalah musyrikin,dan menunjukkan doa orang yang
terdholimi itu di kabulkan oleh Allah ta’ala.
Dalam hadist lain dari Ibnu Abbas sesungguhnya
mu’azd bin jabal berkata : Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam mengutusku,
Beliau bersabda : sesungguhnya engkau mendatangi suatu kaum dari ahlul
kitab serulah mereka kepada syahadat la
ila ha illah dan sesungguhnya aku adalah
Rasulullah,...................................... dan takutlah pada do’a orang
yang terdholimi sesungguhnya tidak ada antara do’anya dengan Allah hijab (
penghalang ) ( HR. Muslim kitab Al iman bab 7 no 29 ).
Dari Abu
hurairoh Radhiallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam
bersabda : tiga orang yang do’anya pasti terkabulkan, do’a orang yang
terdholimi, do’a seorang musafir dan do’a orang tua kepada anaknya. ( Sunan Abu
Daud kitab sholat bab do’a bi dhohril ghoib 2/ 8, Sunan At tirmidzi kitab Al
birr bab du’aul walidaini 8/ 98, 99, Sunan ibnu majah kitab ad do’a 2/ 348 no
3908, Musnad Ahmad 2/ 478. Di hasankan Syaikh Al bani di dalam silsilah As
shohihah no 596.)
DUAT JALAN IBLIS DAN KANIBAL
KEHORMATAN MANUSIA ADALAH SESEMBAHAN
DARI PARA SAUDARA- SAUDARA DUKUN DAN KAUM HADDADIYAH.
Siapakah saudara- saudara dukun
itu ?
Sesungguhnya Abu hurairoh
berkata : dua orang wanita dari huzail saling berbunuhan, salah satunya
melempar batu ke yang lainnya, lalu membunuh wanita hamil tersebut dan
janinnya, lalu mereka bertengkar di hadapan Rasulullah Shallallahu’alaihi
wasallam. Maka Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam memutuskan sesungguhnya
diat janin adalah seorang gurroh yaitu seorang budak pria atau seorang budak
wanita. Dan beliau memutuskan diyat wanita hamil tersebut kepada kerabatnya (
kerabat pembunuh ). Harta diyat tersebut di warisi oleh anaknya ( wanita hamil
yang terbunuh ) dan orang yang bersama mereka. Maka berkatalah Hamal bin An
nabighoh Al Huzali : wahai rasulullah bagaimana saya membayar denda terhadap
orang yang tidak bisa minum dan tidak bisa makan, tidak bisa berbicara dan
tidak bisa teriak ? perkara seperti itu saja di perpanjang. Maka bersabdalah
Rasulullah Shallallahua’alaihi wasallam : sesungguhnya orang ini adalah
termasuk dari saudara- saudara dukun. Karena sajak yang ia buat. ( HR. Muslim
no 1681 ).
Berkata Imam An nawawi : berkata para ulama adapun
celaan kepada sajaknya karena dua alasan : pertama : sesungguhnya ia ( Hamal
Bin An nabighoh ) dengan sajak tersebut telah menentang hukum syar’i dan
menuntut pembatalan hukum syar’i. Kedua : sesungguhnya ia telah takalluf (
memberatkan diri ) dengan sajak tersebut untuk berbincang dengan Beliau. Ini
adalah sajak yang tercela. Adapun sajak yang pernah Nabi Shallallahu’alaihi
wasallam mengucapkan pada sebagian waktu dan itu mashur dalam hadist, tidaklah
termasuk larangan ini, karena sajak tersebut tidak dalam rangka menentang hukum
syar’i dan tidak takalluf, maka tidak ada larangan bahkan bagus. ( Syarh An
Nawawi J 6/ hal 148 ).
Maka saya katakan betapa
banyak ungkapan/ pembicaraan Salim, Taufiq, Ari bahkan eyang Abu hazim adalah
menentang hukum syar’i sebagai jawaban- jawaban saya di atas, dan mereka semua
taqlid, menta’atinya dan menyebar luaskannya. Inilah du’at ( JIL ) jalan iblis
seperti Salim, Ari, Dzulfdhli, istri Dzulfadhli, Marwan, Ahmad farid menuduh tukang
urut tersebut adalah seorang dukun dan saya di tuduh merekomendasi, juga
mendatangi dukun. Sehingga Taufiq di malam eksekusinya menyebut dalil harom
mendatangi dukun dan hukum si dukun tersebut sambil mengisyaratkan ke lehernya
( seperti orang yang menyembelih .
Sementara mereka sendiri adalah juru terawangan alam jin dan saudara-
saudara dukun.
Bahkan mereka membuat
sesembahan yaitu menghalalkan perkara harom dan mengharomkan perkara
halal.Betapa banyak perkara yang di haromkan Allah Ta’ala telah menjadi halal
di lisan du’at ( JIL ) jalan iblis dan kanibal kehormatan manusia. Seperti
tidak beradab dalam bertamu, makan harta anak yatim, khianat, manipulasi,
korupsi, ghibah harom, curiga, buruk busuk prasangka anyir menyengat berulat,
ta’yir ( mengejek, menghina ),dusta, namimah ( adu domba ), tajassus ( memata-
matai ) sehingga menjadi musuh dalam selimut, penggunting dalam lipatan menikam
bisa dari belakang, tatabu’ aurot ( mencari- cari kesalahan ) sehingga menjadi
BUSER ( buru sergap ) kehormatan manusia, menghinakan, membongkar kehormatan
manusia, kampanye hitam, pembunuhan karakter, dan reporter infotaiment ( buser
ghibah dan bongkar aib dalam dunia artis dan selebritis ), tidak cukup rapat-
rapat dari rumah- kerumah bahkan sampai berkelana mengembara ke tiga provinsi
di pulau sumatra.Bahkan dalam tauhid mereka menerawang alam jin, meniti dukun
putih dan dalam manhaj dakwah justru merapat dan merekom du’at semisal radio/
tv rodja. Semua itu menjadi elok pesona nan indah menawan memukau memikat hati
dalam slogan manampung ide dan aspirasi, niat baik tujuan baik, perkembangan
dan kemajuan dakwah, jangan taqlid kepada Duat. Du’at adalah sorotan ummat. Dan
mereka semua pun patuh dan mentaatinya.
Allah telah berfirman tentang perkara ini :
اتخذوا أحبارهم ورهبانهم
أربابا من دون الله
والمسيح ابن مريم وما
أمروا إلا ليعبدوا إلها واحدا
لا إله إلا هو
سبحانه عما يشركون
Artinya : mereka ( kaum yahudi
dan nasrani ) telah menjadikan para pendeta dan para pastur mereka dan Al masih
bin maryam sebagai sesembahan selain Allah. Dan padahal mereka hanya di
perintahkan untuk beribadah kepada Rabb
yang Maha Esa, tidak ada sesembahan yang haq di sembah kecuali Dia, maha suci
Allah dari apa yang mereka persekutukan ( At taubah 31) .
Ayat ini di
tafsirkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam kepada ‘Adi bin Hatim,
waktu ia datang sebagai muslim, masuk pada Rasulullah Shallallau’alaihi
wasallam, maka Beliau membacakan ayat ini padanya. Berkata ‘Adi, saya bertanya
: sesungguhnya mereka ( ahlul kitab ) tidaklah menyembah mereka ( para pendeta
dan para pastur ), maka Beliau menjawab, ya, sesungguhnya mereka ( para pendeta
dan para pastur ) mengharomkan atas mereka perkara halal, dan menghalalkan
untuk mereka perkara harom, lalu merekapun mengikuti para pendeta dan para
pastur, itulah bentuk ibadah mereka ( ahlul kitab ) kepada mereka ( para
pendeta dan para pastur ). HR. Ahmad, At tirmidzi dan menghasankannya, ‘Abad
bin Humaid, ibnu Abi Hatim dan tabroni dari beberapa jalan.( Fathul Majid hal
178 bab tafsir tauhid dan syahadat la ila ha illah ).
Berkata
Syaikh ‘Abdurrohman bin hasan : berkata Syaikhul Islam tentang ma’na ayat ini,
merekalah ( ahlul kitab ) yang telah menjadikan para pendeta dan para pastur
sebagai tuhan- tuhan, yaitu menta’ati mereka ( para pendeta dan para pastur )
di dalam penghalalan apa yang di haromkan Allah ta’ala dan mengharomkan apa
yang di halalkan Allah, terdapat pada dua sisi :
Pertama : mereka ( ahlul kitab ) mengetahui bahwasanya mereka ( para
pendeta dan para pastur ) telah merubah agama Allah, maka ahlul kitab mengikuti
para pendeta dan para pastur dalam perubahan agama.lalu mereka meyakini
penghalalan apa yang di haromkan Allah dan mengharomkan apa yang di halalkan
Allah, yaitu mengikuti tokoh-tokoh agama mereka, padahal ahlul kitab mengetahui
bahwa mereka ( para pendeta dan para pastur ) telah menyelisihi agama para
Rosul, perbuatan ini kufur. Allah dan RasulNya telah menetapkan ini sebagai kesyirikan
walaupun ahlul kitab tidak sholat dan tidak sujud kepada para pendeta dan para
pastur. Oleh karena itulah barang siapa mengikuti orang lain dalam rangka
menyelisihi agama, padahal ia mengetahui itu adalah penyelisihan terhadap agama
dan beri’tiqod apa yang di ucapkannya dan tidak beri’tiqod apa yang di
firmankan Allah dan apa yang di sabdakan RasulNya, maka hukumnya musyrik
semisal mereka ( ahlul kitab ).
Kedua : mereka tetap beri’tiqod dan mengimani pengharoman perkara
harom, dan penghalalan perkara halal, namun mereka menta’ati mereka ( tokoh
agama ) dalam rangka ma’siat kepada Allah, sebagaimana perbuatan seorang muslim
yang melakukan ma’siat yang masih meyakini itu adalah perkara ma’siat, maka
kedudukan mereka seperti kedudukan pelaku dosa- dosa, sebagaima yang telah
tetap dari Nabi Shallallahu’alaihi wasallam, sesungguhnya Beliau telah bersabda
: sesungguhnya keta’atan itu hanya dalam perkara ma’ruf. ( Fathul Majid Bab
Tafsir At Tauhid dan syahadat la ila ha illah halaman 179- 180 ).
Berkata Syaikh Abdurrohman bin Hasan : di dalam
hadist tersebut dalil bahwasanya mentaati para pendeta dan para pastur dalam
rangka ma’siat kepada Allah adalah bentuk ibadah kepada mereka kepada selain
Allah Ta’ala, dan termasuk syirik besar yang tidak di ampuni Allah Ta’la
sebagaimana pada akhir ayat tersebut ( At taubah 31 ).
Dan sebanding dengan itu semua
adalah Firman Allah Ta’ala :
ولا تأكلوا مما لم
يذكر اسم الله عليه
وإنه لفسق وإن الشياطين
ليوحون إلى أوليآئهم ليجادلوكم
وإن أطعتموهم
إنكم لمشركون
Artinya : (Wahai kaum mukminin
) dan janganlah kalian memakan sembelihan, ketika penyembelihannya tidak
menyebut nama Allah, sesungguhnya ( sembelihan demikian ) sungguh fasik, dan
sesungguhnya syaithan- syaitan membisikkan kepada wali- wali mereka untuk membantah
( kebenaran agama kalian ), jika kalian menta’ati ( bisikan syaitan ), sungguh
kalian termasuk orang- orang musyrik ( Al- An’am 121 ).
Dan fakta ini telah terjadi di kebanyakan manusia terhadap orang
taqlid kepada mereka ( tokoh agama ). ( Fathul majid bab barang siapa yang
menta’ati ulama dan umaro’ di dalam pengharoman apa yang di halalkan Allah atau
penghalalan apa yang di haromkan Allah halaman 544- 545 ).
Berkata Syaikh Muhammad bin Sholeh Al utsaimin : dan di ambil faedah
dari hadist tersebut :
1. Sesungguhnya ketaatan berma’na ibadah ubudiyah
muqoyyadah ( terbatas ).
2. sesungguhnya keta’atan di dalam meyelisihi
syariat Allah termasuk dari pada mengibadahi panutan ( orang yang di taati ),
adapun ketaatan di dalam ibadah kepada Allah itulah sejatinya ibadah kepada
Allah.
3. sesungguhnya mengikuti ulama dan ahli ibadah
di dalam rangka meyelisihi syariat Allah itu termasuk menjadikan mereka ( ulama
dan ahli ibadah ) sebagai tuhan- tuhan sesembahan.
Dan ketahuilah bahwasanya mentaati ulama dan umaro’
di dalam rangka penghalalan perkara yang harom atau sebaliknya terbagi kepada
tiga bagian :
1. Mengikuti mereka (
ulama dan ahli ibadah ) dalam perkara tersebut, ridho dengan segala ucapan
mereka, mendahulukannya, murka dengan hukum Allah maka dia kafir, karena dia
benci dengan apa yang di turunkan Allah, maka Allah ta’ala menghapus amalnya,
dan tidaklah terhapus amal kecuali dengan perbuatan kufur, maka setiap orang
yang benci dengan apa yang di turunkan Allah Ta’ala maka dia kafir.
2. Mengikuti mereka ( ulama dan ahli ibadah )
dalam perkara tersebut, ridho dengan hukum
Allah dan mengetahui
bahwasanya hukum Allah itulah yang utama dan tepat untuk hamba dan negeri, akan
tetapi karena hawa nafsu di dalam dirinya dia memilihnya ( ucapan para ulama
dan umaro ), misalnya dia ingin menjadi pegawai negeri, maka dia tidak di
kafirkan, akan tetapi dia fasik dan hukumnya sama dengan pelaku ma’siat
lainnya.
3. mengikuti mereka ( ulama dan ahli ibadah )
karena bodoh, lalu menyangka itu adalah hukum Allah ta’ala , maka terbagi dua
bagian :
1. Ia sendiri mampu untuk mengetahui perkara haq,
maka ia orang berkurang- kurangan, maka dia berdosa, karena Allah Ta’ala telah
memerintahkan untuk bertanya ahlul ilmi saat tidak ada ilmu.
2. Tidak berilmu, dan tidak mungkin baginya untuk
belajar, lalu dia mengikuti mereka taqlid, dan dia menyangka ini adalah perkara
haq, maka seperti ini, tidak masalah baginya karena dia telah berbuat apa yang
telah di perintahkan, dan dia di berikan ‘uzur dalam perkara tersebut,
Oleh karena itulah telah ( warid )
tersebut dari Rasulullah Shallallahu’laihi wasallam, sesungguhnya Beliau telah
bersabda : sesungguhnya barang siapa berfatwa tanpa ilmu, maka dosanya di pikul
atas orang yang telah memberinya fatwa ( Abu Daud 6357, Ibnu majah 53 dan di
hasankan oleh Albani 6068, 6069 ). ( Al qaulul mufid bab barang siapa yang
mentaati ulama dan umaro’ di dalam pengharoman apa yang di halalkan Allah
Ta’ala... J 2 hal 92 ).
UCAPAN SALIM DAN ARI “ Ust. Muh Ja’far mempunyai 10/ 11 kesalahan
dalam adab akhlaq aqidah manhaj, kami sepakat untuk tidak mengambil ilmu lagi
sampai dia mengumumkan taubat “.
Saya jawab : Alhamdulillah saya
sudah jawab semua, tuduhan- tuduhan tersebut, yang di bacakan Salim di malam
eksekusi Taufiq, bahkan tuduhan- tuduhan Salim/ Taufiq di luar malam eksekusi
tersebut sudah saya jawab. Bahkan eyang Abu Hazim Muhsin datang sebagai
pelengkap merebus tulang belulang saya dengan kata- kata nista, di lemparkan
dengan semena- mena. “ Semua kesalahan itu karena ada jin kafir di dalam
badannya, saya ( Abu Hazim ) tidak
menganjurkan kalian belajar dengannya “ Saya (Muhammad jafar) ucapkan
pula.:Alhamdulillah ‘ala kulli haalin, saya pun tidak mau lagi orang seperti
kalian di sekitar saya, dan saya berlindung kepada Allah Ta’ala untuk diri
saya, keluarga, anak keturunan, untuk para du’at bahkan untuk seluruh kaum
muslimin sampai hari kiamat nanti dari pada modus kejahatan semisal
kalian.Aaamin ya rabbal ‘alamiin.
Kalian pun menaikkan slogan setelah kedatangan eyang
Abu Hazim Muhsin, “ jangan percaya apapun ucapan Muh Ja’far, karena yang
berbicara adalah jin kafir di badannya “. Allahul Musta’an. La haula wala
quwwata illa billah. La ila ha ilallah Muhammad Rosulullah.
Jika
seandainya jawaban saya dalam tulisan ini, kalian tolak dan mementahkan dengan
slogan “ dia sekarang luqmany, jangan di percaya apapun “.
Maka saya jawab : sudah saya jelaskan kalian sejatinya adalah Du’at
jalan iblis dan saudara- saudara dukun dan menjadi tuhan sesembahan kaum
haddadiyah kanibal kehormatan manusia, yang
berkedok jubah salafi terbersih, terhaq dalam adab, akhlaq aqidah dan
manhaj, bermahkotakan peci kesalehan, berimamah merasa sudah ma’shum dari
segala dosa. sungguh hukum thogut warisan penjajah Belanda di Indonesia ini
lebih manusiawi dari pada hukum hajuriyuun karena hukum thogut warisan Belanda
di Indonesia ini, karena ada pasal praduga tidak bersalah kepada terdakwa dan
ada pasal pencemaran nama baik.
Sementara ucapan, tuduhan ,artikel kalian, tidak
boleh di kritik, di serang,di lawan di tentang dan apalagi di bantah mulai
level internasional Syaikh yahya sampai di indonesia selevel Ari, Salim bahkan
istri Dzulfadhli. Maka akan beresiko seram akan di hinakan kehormatan, akan di
bongkar kesalahan, aibnya sehingga menjadi sejarah hitam baginya sampai mati.
Jadilah kalian ucapan, tuduhan dan kritikan kalian
seolah-olah diri-diri kalian menjadi ma’shum, yang tidak ada mengucapkan ucapan
hawa nafsu sama sekali.
Biarlah kejadian ini
menjadi sebuah legenda, buah bibir, tutur kata dan permisalan di sebuah hari
nanti insya Allah, akan kisah anak- anak manusia sok suci sudah merasa suci sok
alim dan sudah merasa alim, di kala malam mulai beranjak, ada yang bermain
judi, bersafar dengan putri daro ( gadis ), bersanding senyum mesra romantis
mengukir kata kata mesra,pandangan mata berbinar- binar, di kala matahari mulai
meninggi, berduo- duo di atas motor mio dengan putri daro, berjabat tangan
tangan dengan wanita asing, bila datang waktu makan, makan harta anak yatim dan
pinjaman bank ribawi, berkerja ikhtilat, korupsi, manipulasi, kolusi, pinjam
sana pinjam sini ingkar janji, tidak bayar gaji, berlagak seperti bos pengawas,
lisan sibuk tajassus, tatabu’ aurot, ghibah harom, dusta, adu domba dan lain-
lain. Pandai menanam tebu di tepian bibir, rebung berduri di dalam hati,
mengoles bibir dengan madu, lisan bercabang , hati bagaikan empedu, Jika
tertangkap basah lisan berdusta, malah bangga sekedar susunan bahasa tidak usah
di permasalahkan, pandai melihat kuman di seberang lautan gajah di pelupuk mata
tidak kelihatan, bila capek lelah badan datang ke tukang urut wanita, terhadap
istri sendiri sibuk talaq cerai, bongkar aib, sebar sana sini, pinjam hp sana
sini, telpon dan sms sana sini, tidak ingat lagi sms apakah sudah di hapus,
apalagi siapa pemilik hp. Na’udzu billahi min dzalik.
Bila berpetuah meniti petuah dukun putih juru kunci
terawangan alam jin. Tidakkah si dukun putih ini menerawang berapa jin qorin
dirinya sendiri, di dalam hidungnya bahkan orang yang di depan hidungnya ? lalu
berlagak salafi terbersih terhaq dalam adab akhlaq aqidah manhaj di negeri ini.
Inilah serpihan panorama bagaikan otak udang, kotorannya itulah otakknya, akal
bagaikan anak kecil sibuk bermain air di dulang terpercik di muka sendiri,
berlisan biawak, pandai menjadi musuh dalam selimut, perangai bagaikan anjing
kusta menyengat selalu mengejar menggonggong manusia sehingga busuk kustanya
menyengat tersembunyi dan tidak tercium dan terlihat manusia, bagaikan
rombongan babi hutan, tampak makanan yang baik- baik namum yang di korek- korek
dan di makan kotoran manusia dan bangkai busuk, sebagaimana perumpamaan yang di
katakan Ibnul Qoyyim, terkadang tabiat manusia itu ada seperti babi .
KARAKTER KEPRIBADIAN JASUS (
INTEL ), MUSUH DALAM SELIMUT, PENGGUNTING DALAM LIPATAN, PENUSUK BISA DARI
BELAKANG YANG SAYA HADAPI ( TIPIKAL SALIM BOYOLALI, Eyang ABU HAZIM MUHSIN DAN
ARI ARYO BOJONEGORO DAN SEMISAL MEREKA ) .
1. Menyikapi perbuatannya dengan santai, tenang
bahkan senyum senang bahagia seakan- akan perbuatannya bukan kejahatan atau
sebuah kesalahan tetapi sebuah kebaikan dan tujuan baik.
2. Tukang fitnah berantai.
3. Mudah bosan dan jenuh terhadap pekerjaannya
4. Pendendam dan hasad ( iri hati ) yang di
bungkus istilah yang di terima hati dan baik.
5. Senang di puji, pembicaraan terhadap dirinya
melambung, politik pencitraan diri sendiri bahkan orang sekelilingnya pun
melakkukan politik pencitraan kepadanya.
6. Suka memuji diri sendiri terlampau tinggi,
terus berusaha dirinya untuk di puji dan di kagumi orang sekelilingnya agar
dapat menutupi keburukan dan kejahatan yang terjadi dalam dirinya dan dalam
rumah tangganya.
7. Pandai dan suka mencari- cari alasan
pembenaran atas kriminal yang dia lakukan bahkan balik menuduh korban kriminal
( kejahatan ) nya adalah salah.
8. Emosi dangkal,pikiran picik, gampang
tersinggung, dan perasaan halus untuk kesenangan hati sendiri sementara mati
perasaan terhadap orang lain dan menyerang kehormatan seorang muslim dengan
perkara- perkara sepele dan ringan bahkan dusta.
9. Mental pengecut,
dalang, tidak mau bertanggung jawab, lepas, menghindar dan lari dari tanggung
jawab dalam sebuah urusan namun semangat menjulang dalam urusan tersebut, dan
tidak bertanggung jawab dalam tindakan sendiri.
10. Suka manifulasi,
curang, culas dan penipu ulung dan tukang kibul.
11. Raja pendusta, raja
adu domba dan pandai mengarang cerita bagaikan dalang wayang, yang
membuat citra dirinya positif. Dan bila ketahuan kebohongannya akan mengarang
kebohongan lain dan meramu seakan- akan ceritanya adalah fakta sehingga menjadi
cerita bohong yang selalu berubah rubah.
12. Merasa sok suci dan sudah suci, merasa sok alim dan sudah
alim kesibukannnya hanya mengorek, mencari, memburu, menyergap, memikirkan,
merenung dan berimijinasi terhadap kesalahan dan kehormatan muslim dan tidak
perduli, sudah buta mata dan hati terhadap kesalahan, kekurangan, kelemahan,
aib dan dosa dosa sendiri.
13. Suka membuat
komentar sinis dan miring, membuat opini negatif dan sok analis terhadap kehormatan muslim.
14. Menganggap apa yang
dia lakukan adalah merespon dan menindak lanjuti laporan orang kepadanya,
padahal dia lah memancing dan menjebak dengan istilah – istilah penyedap rasa
kanibal kehormatan muslim, berasumsi baik dan di terima di hati. Dan orang
sekelilingnya pun mengaggap dia adalah manusia yang paling baik dan paling alim
dalam bidang tersebut.
15. Pandai membuat
kamuflase rumit, pemutar balikkan fakta, menebar pesona fitnah dan dusta untuk
mendapat kepuasan dirinya.
16. Pandai bertutur
kata, memikat, memukau dan fasih berbicara.
17. Suka berpikiran
negatif dan buruk busuk prasangka anyir menyengat berulat pada kehormatan
muslim.
18. Egois, menganggap
dirinya sudah hebat dan suka membantah dan menyerang jika di nasehati.
19. Suka melakukan
pelanggaran etika, sosial, hukum dan agama seperti korupsi, khianat dan kurang
ajar/tak beradab dalam bertamu dll.
20. Merasa lebih tahu,
lebih pintar, lebih megerti dan lebih menguasai dalam segala bidang di
bandingkan orang lain.
21. Tidak punya rasa malu, menyesal atau bersalah atas segala
perbuatannya, meskipun terkadang
mengakui tapi sangat menyepelekannya bagaikan sebutir debu halus dan
menyangkal serta tidak perduli akibat berantai dari keburukannya dan akan
selalu mengulangi lagi perbuatan buruk dalam kesempatan, waktu, dan kejadian
lain.
22. Hidup bagaikan benalu dan parasit karena suka mendekat,
memanfaatkan, memperguna kan orang lain baik komentar, harta dan kedudukannya
untuk kesenangan,pencitraan dankepuasan diri sendiri dan jika orang tersebut
tidak di butuhkan atau di manfaatkan lagi maka akan di tinggalkan, di hancurkan
dan di makan habis kehormatannya.
23. egois dalam norma
agama sehingga agamanya sendiri yang haq, paling sempurna, sok alim marasa
sudah alim sok suci dan merasa sudah suci ( ma’sum ).
24. Tenang, santai,
bertata krama, sopan, tampil anggun percaya diri, cepat beradaptasi.
25. punya daya analis,
opini, imajinasi dan obsesi tinggi.
26. Agresif dalam
bertindak, jam tidur larut malam dan suka atau sering keluar rumah.
27. Berdarah dingin,
tidak memiliki hati nurani tanpa ekspresi berwajah misteri.
28. Berusaha trampil
dalam banyak pengetahuan seperti kesehatan, sosial, membekam, meruqyah, agama
dll.
29. Suka mencela, suka
memaksakan kehendak, keinginan diri sendiri kepada manusia.
30. Mental pemalas dan
kotor dan menjadikan orang di sekitarnya seperti babu.
31. Mudah bereaksi
keras, jika ada ucapan atau nasehat kepadanya atau di tegur selalu mencari
dalih dan alasan.
32. Sikap acuh tidak
acuh dan tidak takut ancaman hukuman akhirat apalagi hukuman di dunia.
33. Tidak bisa menerima
ungkapan, teguran atau nasehat dari orang lain, karena menunjukkan dirinya
kalah atau di bawah. Dia harus di atas, panutan suci, pimpinan dan komandan.
34. Melakukan kejahatan
berantai dengan dalih membela dakwah atau demi demi dakwah/ agama.
35. Cepat bereaksi
terhadap orang lain, tidak mendengar atau tidak peduli keluhan, kekurangan
bahkan kedholiman yang di derita seorang muslim.
KEJAHATAN- KEJAHATAN ABU ‘ASIF SALIM ( SLAMET ) BOYOLALI :
1. Membuat rencana jahat
2. Menghasut manusia
dengan bahasa yang di terima di hati dan berkesan baik.
3. Membuat dusta dan
adu domba memperluas area perselisihan
4. Banyak mencela,
mencaci maki, fitnah, busuk prasangka
5. Menyebar berita-
berita dusta
6. Sering bertolak
belakang, lain di muka lain di belakang
7. Rapat- rapat
rahasia
8. Bersatu dan
berkumpul sesuai dengan kepentingan dan tujuan pribadi dan duniawi
9. Berbuat jahat dalam
perselisihan
10. Dengki, riya’, ujub
11. Tipu muslihat, makar
dan talbis ( pengkaburan ).
12. Menanamkan hizbiyyah
13. Wala’ dan barro yang
sempit
14. Pengkhiantan dan
penipuan
15. Politik pencitraan,
topeng, bermuka dua dan lisan bercabang
16. Pura- pura lembut,
santun dan berakhlaq mulia
17. pemutar balik fakta
18. Pura- pura tobat dan
bergaya sadar akan kesalahan akan tetapi melakukan kejahatan lebih sadis, kejam
dan nista
19. Memakai dan
memperalat orang untuk kepentingan pribadi
.
20. Membuat syariat baru
dalam Islam.
21. Menjadikan semua
kedholiman dan dosa- dosa lisan terhadap du’at adalah keta’atan, kebaikan dan
bertujuan baik.
22. Melindungi semua
pelaku akhlaq hina lagi rendahan dan pelaku dosa berantai bahkan berubah citra
menjadi orang saleh dan baik, apalagi bersama grup eyang Abu Hazim.
23. Ada ciri- ciri haddadiyah.
24. Tuduhan terhadap
Mar’iyin ‘adaniyin seperti perebutan mesjid dan lain- lain justru cerminan
mukanya bahkan lebih keji, uang kas mesjid belasan juta, kas Tahfidzh 2 juta
bahkan sertifikat tanah dakwah atas nama saya pribadi berhasil di rebut dengan
dusta, tipu muslihat dan dengan menahan kunci ruko.
25. Mengoleksi semua
sikap tidak beradab bahkan perbuatan kedzholiman kepada du’at menjadi
kebenaran, kebaikan dan tujuan baik. Dan memolesi pelakunya sebagai orang mulia
dan berbudi pekerti.
AWAS MODUS KEJAHATAN PREMAN
LAIN MUKA LAIN BELAKANG
Budaya ini pelakunya jika berbicara suka mutar-
mutar, pandai menolak secara halus, padahal hatinya suka dan mau. Mengucapkan
ya dalam ketidakan dan tidak dalam ke iyaan. Berbicara angguk-angguk, ya-ya
tetapi modusnya terus berjalan , padahal di larang. Piawai bertutur kata dan
berbahasa halus . Sikap ramah sekali, sopan santun, hormat, lembut dan lunak
padahal sejatinya seorang yang jahat sekali, sadis, culas, berdarah dingin,
tukang kibul dan pendendam. Ahli pakar menyimpan maksud dan tujuan sebenar
perbuatannya di balik wajah seperti orang baik.Semua sikap demikian hanya untuk
membungkus dan menutupi niat jahat, maksud dan tujuan hati sebenarnya. Halus, ramah sekali, sopan
santun, dan lembut hanyalah di depan, padahal hati tidak suka, benci,
mengerutu, ngomel. Maka tipe seperti ini adalah pakar untuk menjadi preman
musuh dalam selimut, menggunting dalam lipatan, menikam bisa dari belakang.
Apalagi ia menyandarkan diri ke salafi berbalut jubah kehormatan bermahkotan
peci kesalehan, maka semakin banyak orang tertipu, semoga Allah Ta’ala
melindungi ummat Islam modus kejahatan seperti ini.
NASEHAT ORANG BERAKAL DAN
IKHLAS KEPADA SAYA TENTANG BAHAYA LATEN KEJAHATAN LAIN MUKA LAIN DI BELAKANG.
Sejak saya masih remaja
sampai saya sudah menjadi da’i, banyak orang yang menasehati saya hati- hati
dengan kejahatan lain di muka lain di belakang, musuh dalam selimut.
Saya pernah nyantri sebentar tidak sampai sebulan di
sebuah pondok Tahfidzh Al quran di kendal setelah keluar dari pondok Darussalam
ponorogo pada tahun 1995. Baru beberapa hari mondok, seorang santri Banyuwangi-
JATIM, memanggil saya berbicara tertutup berdua di kamarnya. Umurnya lebih tua
dari saya. Ia pun menasehati saya,
“berhati- hati dengan si fulan, di depan kamu menampakkan ramah sekali,
sopan santun, lembut, bahasa halus dan senyum manis bahkan di iringi gerak
tunduk kepala dan gerak tangan khas sebagai penghormatan,bahkan di undang minum
teh di kamarnya, padahal menyembunyikan kejahatan untuk menghancurkan kamu“.
Saya bertanya” apa kesalahan saya ? santri banyuwangi menjawab “ tidak ada
salah, murni hasad ( irihati ) kepada kamu “. Karena dua kejadian, pertama pak
kiyai menyuruh kamu membaca susunan acara ketika rapat kemarin, ia menjadi iri
hati sebagai santri pertama merasa lebih pantas untuk tampil dalam setiap urusan,
kedua pak kiyai menyuruh kamu mengajar bahasa arab, sementara ia merasa pantas
mengajar bahasa arab juga, agar tidak ada persaingan.Lalu santri Banyuwangi
ini,menasehati saya untuk menjauhinya , dan cerita panjang lebar tentang
kultural masyarakat jawa dengan masyarakat sumatra.
Demikian juga seorang santri Banten, menasehati saya
tertutup berdua, mirip pembicaraan dengan santri Banyuwangi, sampai juga
tentang perbedaan kultural masyarakat jawa dengan masyarakat sumatra.
Jazahumallahu khoiro.
Padahal saya
tidak mau mengajar bahasa arab, karena sudah tidak betah lagi karena pak kiyai
meramal dengan cara memasukkan jin ke salah seorang santrinya, lalu santri
tidak sadarkan diri kemudian bertanya perkara ghaib juga ada atraksi memanggil
ruh. Akhirnya saya dengan seorang kawan dari Padang mohon pamit pulang, namun
tidak di kasih izin, sehingga tatkala pak kiyai sedang tasmi’ ( mendengar
setoran hafalan Al quran ), saya dengan seorang teman Padang tersebut, langsung
kabur ke Jogya mencari pondok tahfidzh Al quran yang lain, karena pondok
tersebut penuh dengan mistik dan perdukunan.
2. Suatu ketika salah
seorang paman saya ( pejabat di lingkungan pemda kabupaten ) menasehati saya
panjang lebar dan bahasa vulgar. Siapa dan dari daerah mana yang berada di
sekitar kamu di Jambi ? saya jawab “ ini... dan itu. Paman saya mulai
menasehati “ berhatilah- hatilah dengan penampilan sebuah kaum, ia datang,
mendekat di depan kita dengan senyum manis, muka ramah, sopan santum, halus,
lembut dan akrab. Bergaul dengan kita dan mendekat. Kita menyangka, ia adalah
teman bahkan seperti sanak saudara, ternyata sangat pandai menyembunyikan
kebusukan, kejahatan. Lalu kita di tikam, dan di tusuk dari belakang. Paman
sudah terlalu banyak menyaksikan dan mengetahui.........dst.
Adat kita orang sumatra, jika kita tersinggung atau tidak
senang sama seseorang, kesal dan sakit hati di keluarkan di depan mukanya, lalu
kita berhati-hati. Tetapi kaum seperti itu menjadi penikam bisa dari
belakang......... dst.
3. Suatu ketika, saya mengadakan pembicaraan
tentang pernikahan dengan seorang PNS yang sudah berumur. Lalu saya memuji
perbuatan prilaku sebuah kaum. Maka ia berkata menasehati saya “ ya itu prilaku
kaum yang baik, tapi jika yang jahat, pandai menjadi musuh dalam selimut,
menggunting dalam lipatan, mati kita di buatnya, hancur hubungan keluarga dan
hubungan persahabatan............di depan ramah, sopan, halus, akrab...banyak
yang saya persaksikan.....................dst.
PENUTUP.
1. Kejadian yang terjadi di jambi ini, hendaknya
pelajaran bagi du’at lain, di manapun.
Sungguh saya pernah di nasehati
baik-baik oleh asatidzah yang juga di persaksikan asatidzah lainnya sehingga
bisa berjumlah belasan orang, agar saya jangan menyembunyikan kejadian orang –
orang yang bermasalah di Jambi. Karena pernah ada kasus tersebar di kalangan
asatidzah bukan langsung dari lisan saya,yaitu kasus percobaan pemerkosaan oleh teman Salim da'i yayasan ashsofwa jakarta,(baca musuh dalam selimut 2).tapi justru saya menyembunyikan dan
merahasiakannya. Pernah ketika saya masih datang di dauroh veteran jogya, dalam
sebuah ruangan ada Ust. Yuswaji LC JATENG dan banyak asatidzah lain, beliau
menasehati saya jangan menyembunyikan kasus di Jambi agar asatidzah lainnya
tidak menjadi korban di ma’hadnya............dst bahkan di ma’had nya, jika ada
orang yang mau datang atau pindah di lingkungan ma’had, sementara di daerah
asalnya sudah ada ma’had atau Ustadz maka di lacak dulu apakah orang tersebut
bermasalah lisannya, sehingga banyak yang di tolak tinggal di lingkungan
ma’had.............dst. Ternyata mereka sudah mendengar kasus di Jambi.
Demikian juga di sebuah ruangan
banyak asatidzah, ust Abdul Qodir MA Aceh menasehati saya hampir mirip.......dst.Ternyata
beliau sudah mendengar kasus di jambi. Selesai dauroh, pernah seorang Ustadz
jakarta, menyampaikan pesan saya harus ke Depok karena Ust. Ja’far Sholeh mau
berbicara. Padahal saya mau pulang langsung ke jambi, akhirnya ke jakarta. Dalam
sebuah ruangan Ust ja’far Sholeh bertanya tentang perangai si Fulan Jambi, saya
berbicara ke sana ke mari menyembunyikan perbuatannya, saya terkejut, Ust.
Ja’far Sholeh sudah mengetahui vulgar. Sehingga beliau marah, kenapa saya
rahasiakan ? beliau tidak mau kejadian di jambi menimpa jama’ahnya di
Fatahillah depok. Demikian juga Ust Bukhori SUMSEl, mericek kepada saya pada
waktu dauroh di metro lampung desember 2007, tentang berita yang sudah di
ketahuinya tentang fulanah Jambi? kenapa tidak di beritahu dari awal? Sehingga
bisa di tolak kedatangannya?
2. Inilah keanehan pola kerja Hajuriyun, Ilyas
ma. Enim berusaha memberhentikan saya mengisi ta’lim di Sei lilin-SUMSEL sampai
mengadu ke Syaikh Yahya dan Abu dahda sementara di sisi lain, justru Taufiq, di
dampingi Abu izhar dan salim, ingin mengisi ta’lim di Sei lilin sekaligus untuk
membuat fitnah agar saya di berhentikan di Sei lilin.
3. Hari ini saya membenarkan nasehat seoran
teman senior di Dammaj dulu berkaitan Abu hazim, bahwa ia sibuk menghafal Al
quran namun lemah pemahaman tauhid aqidah dan fiqh. Nasehat ini bukan berarti
merendahkan penghafal Al quran dan keutamaan menghafal Al quran, tapi jangan
sampai melalaikan pelajaran aqidah dan fiqh.
4. Dalam tulisan ini, saya juga menjawab, berita
yang tidak benar yang bersumber dari ma’had magetan bahwa istri dan seorang
anak saya telah meninggal karena sakit diare dan tidak di obati,saya tidak tahu siapa yang membuat gosip dan apa
tujuannya. Alhamdulillah istri dan anak-anak saya masih hidup dan sehat wal
‘afiyat. ?
5. Tulisan sekarang ini, saya mengetik sendiri
dan adapun yang mengedit ketikan adalah
saya sendiri di bantu istri adapun tulisan-tulisan terdahulu, maka yang
mengetik dan mengeditnya adalah Abu abdillah Ari Aryo, sehingga tulisan sekarang
membutuhkan waktu cukup lama.
6. Alhamdulillah ‘ala kulli haalin dan saya
bersyukur kepada Allah Ta’ala atas musibah yang menimpa saya ini, sehingga saya
terbebas dari kejahatan dan kesulitan lebih besar lagi dari jaringan Salim,
Taufiq, Ary dkk. Ini juga di sadari oleh sebagai orang yang masih bersama saya.
Juga kembalinya mesjid bagan pete kepada yang bertanggung jawab sejatinya yaitu
Abu Faris. Oleh karena barang siapa setelah tulisan ini, suka mencela mancaci
maki saya tentang semrawutnya Bagan pete, maka persaksikan lisan dan prilakunya
bagaikan pinang yang tidak terbelahkan lagi dengan lisan dan prilaku Salim,
Taufiq,Ari Aryo, Abu faris dan Azmi Abu ja’far Aceh . Dan saya sudah sebutkan
hikmah di balik musibah seperti kisah ibu Musa dan Al baqoroh ayat 216 dan
tafsir as- saidi
7. Jika ada orang yang
merindui menghidupkan, menguasai dan menduduki mesjid Bagan pete berkata “ Ust
Muh ja’far mesti membebaskan dosanya karena telah menyerahkan mesjid kepada
Salim “ maka saya pertegas:
1.
kalian tipe sok ma’sum setiap tata
krama..dst sebagai mana tulisan di atas,
2. lisan kalian tidak ada bedanya dengan
Taufiq, Salim, Ari, Abu faris dan Azmi.
3. Kalian adalah begawan penyebut dan pencari
dosa-dosa manusia, tapi terhadap dosa-dosa sendiri tidak mau muhasabah, buta
hati, mata dan telinga. Sudah jelas pemaparan saya di atas tentang mesjid,
kesimpulannya di bangun di atas dosa-dosa, dan mendzolimi saya sekeluarga,
bukan berlandaskan taqwa kepada Allah ta’ala.
4. Adapun yang bertanggung jawab dengan mesjid
adalah Abu Faris bukan Salim, Salim bisa di usir dari mesjid tersebut, silahkan
kalian datangi Abu Faris, jangan kalian ulangi gaya Abu Pasha Ponco sang dalang
yang hanya berani bicara di belakang dan membuat makar, sebagaimana tulisan di
atas, justru saya dulu sudah niat menyerahkan mesjid ke Abu pasha dan sudah
saya ungkapkan pada Abu Zufar Rano, dan Abu Izhar namun Abu izhar tidak setuju
dan siap mengganti jumlah sodaqoh mereka jika mereka meminta. Kemudian saya
minta Hud Huda datang dengan Abu pasha ke rumah saya baik baik, silahkan Hud Huda
renungkan lagi adabnya datang ke rumah saya.Karena Abu Pasha tidak datang, saya
meminta Abu Faris dan Abu Luqman agar berkunjung ke rumah Abu Pasha, namun
sayang, Abu pasha tidak membukakan pintu, hanya berbicara dari dalam rumah,
tidak bisa menerima tamu, dan berkata “ serahkan saja kunci mesjid pada
saya.........dst,”.
Justru saya dengan senang hati, ada
yang menghidupkan mesjid dan menguasai mesjid, sehingga saya tidak perlu repot
lagi mencari orang yang memegang amanah di mesjid tersebut. Karena sebagaimana
penjelasan di atas, saya sudah berniat awal ke Jambi tidaklah untuk selamanya
menetap di Jambi, selama saya di Jambi saya merintis mesjid, kemudian akan saya
serahkan kepada ikhwan ahlus sunnah, semoga menjadi amal jariyah saya di akhirat
aamiin. Karena saya juga ingin merintis mesjid/ pondok di atas tanah keluarga
di Riau insya Allah ta’ala, hanya saya belum tahu kapan waktunya. Wallahu a’lam
.Wahai Hud Huda, Abu Pasha dan peserta dauroh dzulakmal, sungguh kalian
memegang kunci mesjidpun tidak ada berguna, yang terpenting dan sensitif adalah
surat keterangan wakaf dari pemilik tanah. Maka yang perlu di soroti adalah
Salman dan Bpk fauzani justru kalian menyibukkan diri memfitnah saya dan buruk
busuk prasangka pada saya. Karena kalian sudah punya makar dan busuk prasangka
dengan saya sejak rapat dauroh Muhammad ridwan, akhirnya semua kecolongan.
Surat keterangan wakaf bukan untuk mesjid salafi tapi sebagaimana yang sudah di
ungkap di atas. Tidakkah kalian membebaskan diri dari kesalahan, dan dosa- dosa
terhadap kehormatan saya dan mesjid bagan pete ? Sudah takdir Allah Ta’ala
Mesjid Bagan pete di pegang oleh Abu Faris sebagaimana penjelasan di atas. Oleh
karena itu silahkan Abu pasha, Abu faris, Salman, Marwan, Abu ukasyah dan
orang-orang yang merasa bersodaqoh terhadap mesjid dan terus mengungkit-ungkit
sodaqohnya sehingga tidak ridho Salim berada di mesjid atau si fulan-si fulan,
silahkan kalian dalam waktu sesingkatnya membangun rumah di tanah kalian
masing-masing di blok kaplingan mesjid, jika belum punya tanah, belilah tanah
di sekitar mesjid tersebut dan menghidupkan mesjid bahkan menguasainya. Jika
Abu Pasha dan semisalnya tidak pindah menempati dan menghidupkan mesjid di
Bagan pete, persaksikanlah bahwa kalian hanya provokator, kanibal kehormatan
manusia, suka membuat fitnah,
pengungkit-ungkit sadoqoh mesjid
serta menjadi duri dalam daging. Dan untuk selanjutnya jangan libatkan
saya selama-lamanya dalam mesjid tersebut, sebagaimana kalian tidak melibatkan
bahkan menyingkirkan saya sejak rapat dauroh Muhammad Ridwan di WKS des 2006
sampai rapat-rapat tertutup Salim yang akhirnya sertifikat dan uang mesjid dan
uang tahfidzhpun di ambil.
Jika Abu pasha berkelit, saya akan
mencari orang yang akan tinggal dimesjid dan menghidupkannya, maka saya jawab,
kelihatanlah Abu pasha sejak tahun pertama obsesi menjadi pemimpin, suka
tampil, raja pengatur sampai tidak ada lagi konsultasi dengan saya, jika di
nasehati menyerang,membangkang keras kepala, sehingga wajar saja ia pernah
berkata kepada saya, sebagaimana saya ungkap di atas, “jika pengurus yayasan
memberitahu ustadz jangan tanya ......rapat dimana,berapa jumlah yang hadir,apa
yang di bicarakan....siapa yangmengusulkan..........dst sehingga kejadian tersebut menjadi latar
belakang saya mempelajari Ad/RT yayasan kemudian mengingkarinya. Sehingga
jadilah para du’at di bawah telapak kakinya.
5. saya
menyarankan ke Azmi Abu ja’far atau asatidzah hajuriyun ,janganlah kamu
menambah keruh suasana, merindui mesjid Bagan walaupun dengan alasan menghidupkan,karena
orang yang mempunyai andil atau sodaqoh juga merindui mesjid tersebut.
8. Pada
bulan Dzulqo’dah kemarin Salim mendatangi dauroh Syaikh Abdullah Ahmad Badawi
dari Ma’ribi- Yaman di sebuah ma’had di Kec. Rimbo Bujang-kab.Muaro Tebo-
Jambi. Pimpinan ma’had ini dulunya murid Ust Elvi Syam Lc .Mag. Padang kota.
Ma’had tersebut bukannya hanya sekali ini saja mengadakan dauroh dari masyayikh
Ma’rib yaman.Maka semakin jelaslah hajaruriyun cocok dengan hasaniyun, bahkan
sudah 2 orang yang berbicara kepada saya ( murid Abu salma Lc dan yayasan
Assunnah ) mengaku sudah bertemu dengan Salim, mempertanyakan tanah pribadi
saya dekat mesjid Baganpete. Yang pertama mengatakan “ kata Salim, tanah Ustadz
dekat mesjid Bagan mau dijual”,yang satu lagi,mengatakan “ jika mau dijual sama
ikhwan saja”, padahal jangankan berbicara mau menjual,berniat pun saya tidak
pernah. Insya Allah saya akan jual tanah tersebut,apabila harganya sudah mahal
,bisa untuk membangun rumah atau untuk membangun mesjid pribadi.
9.
Saya mengucapkan jazakumullahu khoiro
ikhwan- ikhwan yang selama ini ikhlas bersodaqoh untuk mesjid, dan
membantu saya dan sekeluarga, walaupun begini akhirnya (
mesjid) karena adab buruk dan kepentingan pribadi tertentu.
10.
Saya memohon ampun kepada Allah ta’ala
atas segala kesalahan dan dosa, semoga Allah ta’ala menggantikan yang lebih
baik dari musibah yang telah berlalu.Aamin. Adapun dalam tulisan ini semua
kebenaran hanya milik Allah ta’ala semata. Alhamdulillah.
Penulis
: Abu Abdillah Muhammad Ja’far AlKampari Pilliong .Negeri Jambe Ahad 12 oktober 2014/ 18 Dzulhijjah 1435 H.